Marsha sedari tadi hanya menunduk dan diam saja tanpa sepatah kata pun. Air matanya terus menerus mengalir meski terus ia usap dari pipinya.
Arelfan semakin bingung kenapa dengan Marsha. Walaupun ia tahu semalam gadisnya itu mengatakan kata perpisahan, mungkin itu. Tapi yang jadi masalahnya adalah apa alasannya Marsha mengakhiri hubungan yang baru dimulai ini. Padahal mereka sama sekali tidak mempunyai masalah.
"Sayang" Arelfan mencoba menggenggam tangan Marsha. Namun ditepis oleh Marsha.
"Ca kamu kenapa?" Arelfan menghentikan mobilnya disebuah jalan, ia mulai tidak bisa fokus menyetir.
Tidak ada jawaban dari Marsha, tangisnya pun mulai terdengar pilu.
Arelfan sungguh sangat bingung dengan situasi ini. Bukankah Marsha sendiri yang memintanya untuk berpisah walaupun Arelfan tidak menerima itu dan tidak tahu alasannya. Tapi mengapa Marsha seolah menjadi yang paling menderita.
Arelfan tidak tahu saja, memang disini Marsha lah yang merasa paling menderita.
Arelfan pun memeluk Marsha walaupun Marsha mencoba melepaskannya.
"Ca, kamu kenapa? Aku gak tau kalo kamu cuma nangis terus" Arelfan mengusap halus kepala Marsha agar gadisnya sedikit lebih tenang.
Beberapa saat setelah dirasa Marsha sudah mulai tenang, Arelfan pun melepaskan pelukannya.
"Aku ada salah sama kamu?" Arelfan menggenggam kedua tangan Marsha.
"Kenapa kak Arel ada disini? Bukannya kak Arel harusnya ada diluar kota" Marsha masih enggan untuk menatap Arelfan. Jujur rasanya masih sakit. Tapi itulah Marsha sangat pandai menyembunyikan masalah.
"Ca, itu gak penting. Kamu kenapa minta--"
"Putus" barulah Marsha menatap Arelfan tepat dimanik matanya.
Air matanya mulai mengalir kembali."Aku gak mau ca, aku mohon" Arelfan menciumi tangan Marsha dan mendekapnya didadanya.
"Caca gak bisa pacaran sama calon tunangan orang" Marsha pun melepaskan genggaman tangannya dari Arelfan.
Arelfan masih tidak mengerti. "Maksud kam--" jadi ini masalahnya? Darimana Marsha bisa tahu. Hatinya mulai berdebar semakin takut. Takut kenyataan berpisah dengan gadis yang ia cintai akan nyata terjadi.
"Kenapa kak Arel tega jadiin Caca selingkuhan kak Arel? Hiks...hiks..." Marsha menangis tersedu-sedu mengucapkannya.
"Sayang gak gitu, kamu dengerin aku dulu ya" pinta Arelfan sambil terus mencoba menenangkan Marsha. Wajahnya sudah pucat takut.
"Gak perlu, Caca udah tahu semuanya kok. Caca tau kenapa kak Arel gak pernah bilang sama ayah dan ibu soal hubungan kita. Ternyata Caca cuma selingkuhan kak Arel"
"Ca, sayang. Gak gitu. Please dengerin aku dulu ya"
"Gak papa kok, Caca minta maaf kalo Caca ada salah sama kak Arel. Caca pulang sendiri aja" Marsha pun hendak membuka pintu mobil, namun dengan cepat Arelfan mengunci mobilnya secara otomatis.
"Aku gak akan biarin kamu pergi sebelum kamu dengerin penjelasan aku" Arelfan terdengar tegas dan dingin. "Ca, please jangan kayak anak kecil. Kamu harus dengerin dulu penjelasan aku" ucap Arelfan saat ia melihat Marsha menangis terus.
"Iya Caca emang kayak anak kecil, terus kenapa kak Arel mau sama anak kecil kayak caca? Oh iya, Caca lupa Caca kan cuma selingkuhan. Bodoh banget" kekeh Marsha tersenyum getir. Ia harus sadar diri sekarang.
"Maaf sayang, gak gitu" Arelfan merutuki ucapannya yang menyebut gadisnya seperti anak kecil. Ia menyukai sifat Marsha yang seperti itu. Untuk yang barusan mungkin ia terlalu frustasi jadi ia asal bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Girl
Romance"Om ada kecoa" Marsha menggertak Arelfan seakan Arelfan akan takut. "Terus?" Shit, om om ini tidak takut sama sekali dengan kecoa. Batinnya. "Caca teriak nih" ancam Marsha bersiap untuk berteriak. "Kakaa--" teriakannya terhenti saat sebuah benda ken...