Pagi ini Arelfan sudah menunggu didepan rumah Marsha. Apapun yang terjadi nantinya ia tidak peduli sama sekali. Yang penting ia tetap ingin bersama gadisnya.
Sejak pagi-pagi sekali memang Arelfan sudah berada didepan rumah Marsha. Mungkin dari subuh.
Apapun caranya ia harus membuat gadisnya kembali lagi padanya. APAPUN. Ia sendiri masih sangat bingung, sebenarnya apa salahnya sehingga membuat Marsha terlihat begitu benci dan enggan untuk bertemu lagi dengannya.
"Aku gak peduli mau kamu sebenci apapun sama aku, aku cuma mau kamu tetep ada disisi aku sayang" lirih Arelfan yang sedang bersandar dipinggir mobilnya seraya menatap kamar Marsha yang ada dilantai dua.
*****
Marsha terlihat sedang menggeliat dalam tidurnya, ia dibangunkan oleh suara alarm. Kedua orangtuanya tidak pulang semalam.
Ada untungnya juga orangtuanya tidak pulang, jadi masalahnya dengan Arelfan tidak diketahui oleh keduanya.
Mengingat itu, hatinya kembali berdenyut. Arelfan memang pandai bersandiwara. Pikirnya.
Sebodoh itukah ia sampai terkelabui oleh Arelfan? Bahkan ia sudah sangat percaya diri Arelfan memang mencintainya.
Kini Marsha dan Marshal sedang sarapan bersama. Hanya mereka berdua saja.
"Papih sama mamih kenapa gak pulang kak semalem?" Tanya Marsha disela sarapannya.
"Keluar kota, ya jadinya gak pulang" jawab Marshal. Marsha hanya mengangguk saja menanggapinya.
"Dek" panggil Marshal setelah menyelesaikan sarapannya.
"Apa Arelfan gak tau masalah kamu mutusin dia?" Pertanyaan Marshal membuat Marsha terdiam sejenak. Memang benar Arelfan mungkin tidak tahu masalahnya apa. Tapi bukankah dia seharusnya sadar sendiri atas perbuatannya.
Marsha menggeleng. "Caca yakin kak Arel pasti nyadar kok salah dia dimana tanpa harus Caca bilang" jawab Marsha menyudahi sarapannya.
"Apa gak sebaiknya diomongin berdua? Kakak takut kamu salah paham lagi" bukan bermaksud ingin membela Arelfan, Marshal tahu jika adiknya ini selalu mengambil keputusan tanpa ingin mendengar penjelasan terlebih dahulu. Mudah salah paham.
Marshal pun tentu masih sangat marah dengan perlakuan Arelfan yang seolah terdengar mempermainkan adiknya. Tapi ia tahu betul sahabatnya itu seperti apa. Arelfan tidak mungkin berbuat seperti itu. Tapi... entahlah.
Ketika Marshal dan Marsha sudah membuka pintu utama rumah, mereka melihat Arelfan yang tampak menunduk sambil menyender di mobilnya.
Arelfan masih belum menyadari jika Marsha dan Marshal sudah keluar dari rumahnya.
"Ekhem" Marshal berdehem membuat Arelfan menengadahkan kepalanya dan langsung membenarkan posisinya jadi berdiri tegap.
Arelfan menerbitkan senyumnya ketika melihat Marsha. Walaupun gadis itu sama sekali tidak melirik kearahnya sama sekali, terkesan acuh dan tidak peduli dengan kehadirannya.
Marsha akan langsung masuk ke mobil Marshal, enggan untuk bertatap dengan Arelfan.
Tapi langkah nya terhenti saat Arelfan mencekal pergelangan tangannya. "Sayang..." Panggil Arelfan mendekati Marsha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Girl
Romance"Om ada kecoa" Marsha menggertak Arelfan seakan Arelfan akan takut. "Terus?" Shit, om om ini tidak takut sama sekali dengan kecoa. Batinnya. "Caca teriak nih" ancam Marsha bersiap untuk berteriak. "Kakaa--" teriakannya terhenti saat sebuah benda ken...