Marsha benar-benar jengkel melihat tingkah Arelfan yang seperti anak kecil ketika sedang sakit. Bukankah tadi laki-laki itu bilang sudah sembuh? Dasar Arelfan menyebalkan.
Untuk meminum obat saja banyak negosiasi nya. Harus inilah harus itulah. Contohnya seperti sekarang. Marsha harus menciumnya dulu agar Arelfan mau meminum obatnya.
Jika saja Arelfan bukanlah kekasihnya, maka Marsha akan menenggelamkan Arelfan kedasar laut.
"Sayang obatnya pait" ucap Arelfan seraya memeletkan lidahnya karena merasakan pahitnya obat yang baru saja ia minum.
"Kalo manis namanya gula kak" balas Marsha jengah. Mana ada obat manis? Obat balita baru manis, rasa jeruk dan strawberry. Arelfan sudah dewasa, masa iya harus minum obat seperti itu.
Cup
"Tapi ini juga manis" Arelfan mengecup bibir Marsha cepat dengan sedikit melumatnya.
Marsha melotot mendapat perlakuan tiba-tiba itu. "Ini jauh lebih manis dari apapun" lanjut Arelfan membuat pipi Marsha memerah malu.
Arelfan gemas melihat rona merah di pipi gadisnya. Dengan jahilnya ia menoel-noel pipi chubby Marsha membuat Marsha menutup wajahnya malu.
"Ish kak Arel, Caca malu tauuu" rengek Marsha karena Arelfan terus menggodanya.
"Kok malu sih. Aku suka tau. Kamu jadi makin gemesin" ucap Arelfan sambil membuka tangan Marsha yang menutupi wajah menggemaskannya.
Dan kini Arelfan dapat dengan leluasa melihat wajah menggemaskan gadisnya itu. Tatapan mereka bertemu, mereka saling menatap dalam. Tertumpuk sebuah kerinduan yang terpancar jelas dimata keduanya.
Arelfan mulai memajukan wajahnya dan memejamkan matanya. Marsha hanya diam dan mencoba menutup matanya seolah tau apa yang akan terjadi.
Saat sedikit lagi bibir keduanya akan bersentuhan tiba-tiba pintu kamar Arelfan terbuka.
"Sayang apa Arelfan nya mau minum obat?" Ana dengan wajah tanpa dosanya masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Arelfan mendengus kesal saat aksinya melepas rindu digagalkan oleh ibunya sendiri. Sementara Marsha terlihat salah tingkah.
"U-udah kok bu. Kak Arel udah mau minum obat" jawab Marsha gugup.
Ana pun menghampiri Marsha dan tersenyum lembut. "Makasih ya sayang" Ana mengelus kepala Marsha dengan sayang.
Marsha balas tersenyum dan mengangguk. "Bu, Caca izin pulang ya udah mau malem. Caca lupa gak izin mami mau kesini" ucapan Marsha membuat Arelfan mendekat kearah Marsha dan merebahkan kepalanya dipangkuan Marsha.
Ana menatap bingung pada putranya itu, ia tahu bahwa mereka sudah berbaikan atau bahkan yang lebih menyenangkannya mereka sudah kembali menjalin hubungan lagi. Jika itu terjadi maka Ana Sangat merasa senang dan bersyukur atas hal itu.
Arelfan dengan santainya memejamkan matanya dipangkuan Marsha. Ana yang melihat itu tersenyum geli.
"Ibu keluar ya sayang" Ana pun keluar dan membiarkan lagi putranya melepas rindu pada gadisnya.
"Kak Caca mau pu---" Marsha tersentak saat Arelfan malah menenggelamkan wajahnya diperut rata Marsha dan melingkarkan tangannya memeluk pinggang Marsha erat.
"Disini aja yaaa...aku masih kangen sama kamu. Kamu gak kangen sama aku?" Rengek Arelfan dengan sifat manjanya.
"Kak...Caca tadi gak izin ke mami takutnya nyariin" balas Marsha memberi pengertian kepada Arelfan dengan mengusap-usap kepala Arelfan dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Girl
Romance"Om ada kecoa" Marsha menggertak Arelfan seakan Arelfan akan takut. "Terus?" Shit, om om ini tidak takut sama sekali dengan kecoa. Batinnya. "Caca teriak nih" ancam Marsha bersiap untuk berteriak. "Kakaa--" teriakannya terhenti saat sebuah benda ken...