Setelah kejadian Marshal mencium Fashya, kini Fashya dipaksa untuk menemani Marshal menonton didepan televisi yang menayangkan berita.
Tentunya harus dipaksa dulu agar Fashya mau. Dengan terpaksa Fashya menuruti keinginan Marshal meski dia harus meninggalkan belajar bersama kedua sahabatnya.
Menolak pun percuma, laki-laki itu punya seribu satu cara agar keinginannya terpenuhi.
Kedua orangtua Marshal sangat menyetujui hubungannya dengan Marshal. Hubungan? Bahkan Fashya tidak pernah menerima perasaan Marshal, walaupun lelaki itu sering menyatakan perasaannya.
Fashya hanya belum yakin dengan yang namanya cinta.
"Yang usapin dong kepala aku" pinta Marshal yang kini ternyata sedang tiduran dipangkuan Fashya.
Sifat Marshal dan Arelfan memang tidak jauh berbeda, sangat suka bermanja-manja dengan gadisnya.
Fashya sangat tidak suka keadaan ini. "Apaansi kak, bangun. Dikira gak berat apa" ketus Fashya yang jengah melihat tingkah manja Marshal yang membuatnya enek itu.
"Sayaang..." Rengek Marshal terdengar menjijikkan ditelinga Fashya.
"Berhenti manggil gue sayang, gue bukan pacar lo" dengan geram Fashya menyingkirkan kepala Marshal diatas pangkuannya dengan paksa.
Marshal yang mendapat perlakuan marah. Terlebih saat Fashya acuh dan malah ingin pergi meninggalkannya ke kamar Marsha.
Dengan rahang yang mengeras Marshal menarik tangan Fashya kelantai dua. Lebih tepatnya kamarnya.
"Kak lepasin tangan gue, gue mau ke kamar Caca" ronta Fashya saat tangannya terus ditarik oleh Marshal.
Brukk
Dengan keras Marshal menutup pintu kamarnya, tak lupa menguncinya agar Fashya tidak bisa keluar.
"Kak lo apa-apaan si, buka gak" kesal Fashya sambil mencoba menyingkirkan tangan Marshal yang mengungkungnya ditembok.
"Gak" jawab Marshal acuh.
"Mau lo apasih?" Sengit Fashya menatap tajam Marshal.
"Kamu jadi pacar" Marshal menggeleng. "Calon istri aku". Jawabnya meralat.
"Gakma--"
Marshal menarik pinggang ramping Fashya dengan satu tangan agar lebih dekat dengannya. Satu tangannya lagi menarik tengkuk Fashya mencium bibir gadis itu, bahkan melumatnya.
Fashya terkejut dengan perlakuan Marshal, matanya melotot sempurna. Ia meronta mumukul dada Marshal agar Marshal melepaskan ciumannya. Tapi itu tidak berpengaruh sama sekali.
Setelah dirasa Fashya kehabisan nafas, Marshal melepaskan ciumannya. Dilihatnya wajah Fashya yang memerah dan segera menghirup udara dengan rakus.
Fashya menatap tajam Marshal. "Lo mau bunuh gue?".
*****
Tepatnya dikamar Marsha yang bersebelahan dengan kamar Marshal, Areya dan Marsha mendengar suara keras yang membuatnya terlonjak ditengah fokus belajarnya.
"Suara apa tuh ca?" Tanya Areya dengan nada panik. Areya yang notabenenya memang penakut, mendekat kearah Marsha.
"Caca juga gak tau re" jawab Marsha ikut takut. Bukan takut hantu, tapi ia lebih takut jika itu adalah penjahat yang ingin mencoba membobol rumahnya.
Marsha bertanya-tanya dimanakah kedua orangtuanya juga kakaknya.
"Kita cek aja keluar yuk re" ajak Marsha yang dibalas tatapan takut dari Areya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Young Girl
Lãng mạn"Om ada kecoa" Marsha menggertak Arelfan seakan Arelfan akan takut. "Terus?" Shit, om om ini tidak takut sama sekali dengan kecoa. Batinnya. "Caca teriak nih" ancam Marsha bersiap untuk berteriak. "Kakaa--" teriakannya terhenti saat sebuah benda ken...