Aku Quin Michela, gadis berumur 18 tahun berasal dari Indonesia dan sekarang sedang meneruskan pendidikannya di salah satu universitas swasta di New York, bersama sahabat ku dari kecil yaitu Bryan. Sudah sebulan berlalu semanjak kepindahanku ke kampus ini dari kampus ku sebelumnya dan Bryan masih sama seperti dulu tak beruah, masih sering bergonta ganti pacar dan anehnya masih saja banyak wanita yang mau diajaknya berkencan.
Tapi belakangan ini hubungan kami kurang baik, semenjak kejadian di apartemen ku 2 minggu yang lalu. Sampai saat ini aku dan dia belum bertegur sapa. Tiap kali aku bertemu dengan dia di kampus, ia selalu tak menghiraukan aku seperti menganggap aku tak ada. Bahkan saat diriku memberaikan diri untuk mengajaknya bicara, ia selalu terlihat sedang bersama para kekasihnya yang hampir setiap hari berbeda.
Hubungan ku dengan Axel? Ya tentu kami masih berpacaran, namun aku masih ragu dengan perasaanku sendiri. Semakin hari ia mampu membuatku merasa nyaman dengannya namun setiap kali melihat Bryan, rasanya lagi – lagi hati ku sangat sakit karena tidak bisa memilikinya sebagai seorang pasangan. Setiap hari aku berpikir bahwa aku harus melupakan Bryan dan fokus pada Axel saja, namun masih ada keraguan ku pada Axel, bagaimana jika nanti ia menyakiti ku disaat aku sudah melepaskan segalanya bahkan melupakan Bryan. Sudah cukup rasa cinta bertepul sebelah tangan ku kepada Bryan, aku tak ingin rasa sakit itu terjadi lagi disaat aku benar – benar sayang kepada seseorang.
"Quin ini, kau pasti belum makan" aku melihat sekotak susu dan sebungkus roti ditaruh diatas meja ku dan aku menoleh kesumber suara itu. Aku sangat senang karena itu benar suara Bryan.
"Ian? Bagaimana kau tau aku belum makan?" tanyaku kepadanya.
"ini kelas jam 7 pagi, dan pasti kau belum makan jam segini karena bangun kesiangan. Aku hapal itu diluar kepala Quin" ujarnya lalu duduk di kursi yang berada disebelahku karena dosen sudah memasuki kelas.
Aku merasa sangat senang, akhirnya ia kembali menjadi Bryan yang perhatian padaku.
"hei Quin, apa kau dan Bryan berkencan?" tanya Oline kepadaku.
"tentu sa.."
"ya kami berkencan, kenapa?" Bryan menjawabnya, padahal celum selesai aku menjawab pertanyaan dari Oline bahwa tentu saja kami tidak berkencan..
"what? Really?" Oline menunjukan ekspresi sangat kaget. Dan aku menggelengka kepala kepadanya.
"kenapa kau tak mengakuiku Quin?" kata Bryan.
"Bryan apa yang.."
"hei kalian yang dibelakang sana, kenapa sangat berisik?" lagi dan lagi, belum selesai aku bicara ada yang memotongnya, dan kali ini adalah dosen killer dan sepertinya aku akan segera di marahi.
"kamu" lanjut dosen itu sambal menunjuk kearahku.
"buat sebuah tulisan essay tentang isu terkini, dan hubungan dengan minimal dua teori komunikasi, 4 halaman tulis tangan dengan kertas A4. Sebelum jam 6 sore serahlan ke saya, kalau tidak sampai akhir semester nilaimu tidak akan saya keluarkan. Dan satu lagi, jangan ada coretan sedikitpun." Lanjutnya yang tentu saja membuat seisi kelas menoleh kearahku.
"yes prof" Jawabku dan aku berdiri untuk meninggalkan kelas, aku menoleh kearah Bryan dan ia tertawa kecil. "sialan Bryan" upatku dalam hati.
Aku mengerjakan hukuman yang diberikan di perpustakaan kampus. Karena hukuman ini aku membatalkan janji ku dengan Axel untuk berkencan hari ini, dan Axel sempat marah dan ingin membayar orang lain untuk mengerjakan tugas ku agar kami tetap bisa berkencan namun aku melarangnya. Dengan berjanji nanti malam akan mengantarkannya ke bandara karena ia punya urusan bisnis di Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last is You! (Sex University 2)
RomanceKelanjutan dari kisah Quin, Axel dan Bryan setelah tamatnya "Sex University". Apakah hubungan Quin dan Axel akan berjalan mulus? setelah 3 bulan perjanjian mereka apakah Axel mampu membuat Quin jatuh cinta kepadanya? Lalu, bagaimana dengan Bryan? Ap...