[43] Alin

3.1K 262 3
                                    

"BOO"

"E AYAM AYAM" seru Hyera yang terkejut mendengar suara dari belakangnya.

Hyera menetralkan napasnya. Dia kemudian membalikkan badannya. Hyera langsung berhamburan memeluk tubuh laki-laki tersebut.

"miss you, Alin" ucap Hyera.

"miss you more, Ra" balas Guanlin sambil mengusap usap lebut surai Hyera.

Hyera melepaskan pelukannya. Dia menatap lembut mata Guanlin. Mata teduh yang sangat ia rindukan.

"jadi gw udah mati ni?" tanya Hyera.

"sssttt" Guanlin langsung memberikan telunjuknya dibibir Hyera.

"lo ga boleh gitu" lanjut Guanlin.

Hyera terdiam. Dia kemudian mengambil tangan Guanlin dari bibirnya. Kemudian Hyera mencium singkat tangan putih Guanlin.

Cupp

"gw mau disini aja sama lo" ucap Hyera sambil memejamkan matanya.

"engga" tolak Guanlin langsung.

Hyera menatap mata Guanlin tak percaya. Sedangkan Guanlin langsung mengajak Hyera keayunan teduh bawah pohon.

"duduklah"

Hyera menurut. Dia kemudian duduk diayunan. Dan Guanlinpun mendorongnya dengan perlahan.

"ini belum saatnya lo disini, Hyera-"

"tapi-"

"dengerin gw dulu, baru dijawab. Kebiasaan deh" sungut Guanlin.

Hyerapun terkekeh. Kemudian dia menurut dan membiarkan Guanlin malanjutkan ucapannya.

"lo harus balik kedunia lo, disini ga seperti yang lo bayangin Hyera. Bahkan jika bisa gw pingin banget balek kedunia lo" lanjut Guanlin.

Hyera termenung. Benar yang dikatakan Guanlin. Banyak sekali orang-orang yang meninggal memohon untuk dihidupkan kembali.

"tapi tidak ada yang sayang sama gw" lirih Hyera.

"tidak. Mamah Haera sayang sama lo, Kak Taeil, Seungmin, Hyunjin, temen-temen lo itu. Semua sayang sama lo, Ra. Termasuk Jeno" jawab Guanlin.

"Jeno? Tidak. Dia tidak sayang sama gw. Sekarang dia udah punya cewe baru haha" balas Hyera sambil tertawa cringe.

Guanlin memberhentikan ayunan Hyera. Kemudian Hyera membalikkan kepalanya agar menatap Guanlin.

"tidak ada hubungan yang sempurna jika kalian saling egois"

"tapi gw ga-"

"ssst... Biar kali ini gw yang ngomong" potong Guanlin.

Hyera kesal. Kemudian dia turun dari ayunan dan mendudukkan dirinya dibawah pohon. Dengan cepat Guanlin mengikuti Hyera.

Guanlin menidurkan dirinya dipaha Hyera. Dia bisa menatap wajah sang gadis dengan detail.

"lo ga berubah. Lo masih aja cewe yang suka ngambek" ucap Guanlin sambil mencubit pipi Hyera.

"lagian lo yang ngeselin sih" sungut Hyera sambil memanyunkan bibirnya.

"iya iya maaf"

Hyera menganggukan kepalanya langsung. Dia benar-benar tidak bisa marah terlalu lama jika bersama Guanlin.

"Alin" panggil Hyera.

"hm"

"katanya lo mau nikahin gw" ucap Hyera dengan lembut.

"jika itu bisa, akan gw lakuin sekarang" jawab Guanlin.

"kenapa ga isa? Makanya gw disini aja nemeni lo"

"ga, Hyera"

Guanlin merubah posisinya menjadi duduk. Dia mengamati mata sang gadis dari samping.

"dikehidupan ini lo milik Jeno, Ra. Di kehidupan selanjutnya gw yang jadi jodoh lo"

"kok lo tau?"

"ya tau, gw udah pesen sama malaikatnya buat satuin kita dikehidupan selanjutnya haha" jawab Guanlin sambil tertawa diakhir kalimatnya.

"apasi, Lin"

Mereka saling terdiam kemudian. Hanya hembusan angin yang berbisik saja yang terdengar. Hingga tiba-tiba Guanlin memandang wajah Hyera.

"genggam tangan gw" titah Guanlin.

Hyera menurut. Dia meletakkan tangan mungilnya diatas tangan Guanlin.

"kecil banget deh" ejek Guanlin sambil tertawa.

"ejek aja terus" sungut Hyera sambil menggembungkan pipinya.

"iya iyaaa. Tutup matanya, dan bayangin apa yang lo mau"

Hyera menutup mata. Entah mengapa dia hanya menangkap sosok Jeno yang memakai jas putih dan dirinya yang berjalan bersama Taeil membawa bucket bunga.

Tiba-tiba pikirannya mengabur. Pandangannya menjadi silau seperti sedang ada cahaya yang menyorotinya.

"Guanlin, apa yang terjadi?" tanya Hyera sambil mengeratkan genggamannya pada Guanlin.

"apapun yang terjadi jangan buka mata lo dulu"

Hyera mengangguk. Kemudian dia menunggu satu menit.

Satu menit berlalu. Namun tidak ada suara apapun yang dapat Hyera dengar. Tetapi tangannya masih seperti menggenggam tangan seseorang.

"Alin.." lirih Hyera.

"Hyera, Ra. Buka mata lo" ucapnya.

Hyera membuka matanya. Dan dia menemukan Jaemin yang tengah berada disampingnya sambil menggenggam tangannya.

"Ra, are you okay. Bentar gw panggilin dokter" ucap Jaemin.

Jaemin hendak pergi meninggalkan Hyera. Namun Hyera tidak melepaskan genggamannya. Jaeminpun kembali duduk dan mengelus kepala Hyera lembut.

"ada apa? Lo mau apa?" tanya Jaemin lembut.

"gw kangen" jawab Hyera dengan suara kecil.

"kangen gw?"

"hmm gw kangen lo, kak Taeil" jawab Hyera.

"dan Jeno" lanjut Hyera.

Jaemin menatap Hyera tak percaya. Kemudian wajah Jaemin menjadi malas saat mendengar nama Jeno.

"apa dia baik baik saja?" tanya Hyera.

"ahh tentu saja" jawab Jaemin yang sebenarnya dia sendiri malas menjawab pertanyaan itu.

Kemudian mereka saling terdiam.

"Jaem, beritahu Jeno, kalo gw udah sembuh" perintah Hyera.

"engga!"

Bukan Jaemin yang menolaknya. Melainkan Taeil yang ternyata sudah masuk keruang inap Hyera.

"tidak ada siapapun yang boleh menemuinya sekarang. Termasuk kamu, Hyera" tegas Taeil sambil mengambil alih tempat Jaemin.

Jaemin pun memutuskan untuk keluar dan memberi waktu untuk kakak beradik itu. Taeil mengelus tangan Hyera dengan lembut, seakan dia tidak ingin kehilangan sang adik lagi.

"kakak tolong, jangan pisahkan kami" pinta Hyera dengan lembut.

"bukan kakak yang memisahkan kalian. Tapi takdir yang membuat kakak mengerti bahwa Jeno tidak baik untukmu" jawab Taeil.

"tapi Hyera sayang Jeno"

"dan apakah dia masih menyayangimu?"

Jawab Taeil yang membuat hati Hyera tersayat. Hyera memalingkan mukanya dari Taeil dan merintihkan air matanya.

"i wish. This is just dream"

--Hyera

#tbc

Bad Boy - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang