TIGA

199 8 0
                                    

Ria akhirnya berbaring di kursi panjang yang berada di samping warung sambil mengompres airnya dengan botol yang sudah di isi air hangat. Pandu menemaninya sambil duduk di kursi satunya.
"Udah baikan?" Tanya Pandu.

"Iya, makasih ya udah mau nemenin aku disini. Oh ya, kamu kok sama mereka. Kaliah genk motor kan. Jadi selama ini kamu bagian dari mereka. Terus yang dimaksud sultan tadi siapa?" Cerocos Ria dengan tangan yang masih mengompres perutnya.

Pandu mengabaikan Ria lalu mengambil piring yang sudah berisi pesanan Ria.

"Makan." Perintah Pandu sambil menyodorkan piring ke arah Ria.

"Ntar dulu, jawab dulu pertanyaanku." Balas Ria.

Pandu yang tak mau meladeni Ria kembali meletakkan piring itu ke meja lalu membangunkan Ria secara paksa. Ria sempat terkejut mendapat perlakuan dari Pandu. Tak cukup sampai disitu, Pandu mengambil botol yang dipegang Ria dan meletakkan di meja. Lalu Pandu mengambil piring itu lagi dan menyuapi Ria. Setelah sendok sudah berisi nasi dan ayam, Pandu menggerakkannya hingga sampai didepan mulut Ria.

"Kalau aku gak mau makan kenapa" Tolak Ria.

Mendengar jawaban dari Ria, sontak Pandu memberikan tatapan dinginnya terhadap Ria dan berhasil membuat nyali Ria menciut sedikit ketakutan. Ria perlahan membuka mulutnya dan menerima suapan Pandu. Pandu yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil, sangat kecil hingga Ria yang berada didepannya tak bisa mengenali senyuman itu. Gadis seperti Ria ternyata bisa ia takuti hanya dengan tatapan dinginnnya.

"Gak ada rencana buat antar aku pulang gitu?" Kata Ria setelah menelan makanannya.

Pandu hanya diam tak menjawab dan kembali melanjutkan menyuapi Ria. Ria yang ingin kembali bersuara hanya bisa pasrah menerima suapan itu. Padahal dalam hatinya sangat bahagia karena akhirnya bisa sedekat ini dengan Pandu.

"Kalau gak bisa antar aku pulang gak papa. Seenggaknya aku bisa berterima kasih sama kamu buat malam ini. Karena kamu udah nemenin aku disini saat aku sakit dan mau suapin aku. Makasih ya."

Pandu hanya diam mendengarnya, terdengar sekali ucapan Ria begitu tulus. Pandu langsung memberikan piring itu kepada Ria.

"Habiskan, lepas ini aku antar kamu pulang." Putus Pandu.

Ria senang luar biasa, dia segera menghabiskan makanannya.

Setiba di depan rumah Ria, sudah ada mobil sedan terparkir di halaman rumah Ria. Ria sudah menebak siapa pemilik mobil itu.

"Mau mampir dulu tidak?" Tawar Ria kepada Pandu yang masih duduk di motor gedenya.

Pandu menggeleng. Ria hanya tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala.

"Hati-hati ya pulangnya, makasih buat malam ini." Tutur Ria diikuti senyum manisnya.

Pandu mengangguk dan berniat menghidupkan motornya. Namun niatnya ia urungkan karena sesosok lelaki paruh baya muncul dari balik gerbang.

"Ria.. Dari mana saja kamu? Hampir jam sepuluh malam dan baru pulang." Kata lelaki itu.

"Habis jalan sama pacar." Jawab Ria acuh sambil meninggalkan kedua lelaki itu di depan gerbang.

Lelaki itu melihat Pandu dari ujung kaki hingga ujung kepala. Merasa tidak enak diperhatikan seperti itu Pandu turun dari motornya dan menyalimi lelaki itu.

"Saya Pandu, om." Kata Pandu.

"Saya papanya Ria. Panggil saja Om Danu. Lain kali jangan ajak Ria jalan hingga pulang seperti ini." Ungkap Pak Danu.

Pandu hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum.

"Dari penampilan kamu, saya bisa menilai kalau kamu anak genk motor. Iya kan?" Tebak Pak Danu.

"Iya, Om." Jawab Pandu.

"Saya tidak melarang Ria berteman dengan siapapun, yang penting mereka tidak membawa pengaruh buruk untuk anak saya. Melihat kamu malam ini, saya rasa kamu anak yang baik."

Pandu tersenyum menanggapi.

"Jangan buat anak saya kecewa. Awas saja kalau dia terluka gara-gara kamu. Selamat malam." Kata Pak Danu lalu masuk ke dalam dan meninggalkan Pandu yang terdiam disana.

Pagi harinya Ria sudah berdiri santai didepan kelas XI IPA 2. Siapa lagi yang dia tunggu jika bukan Pandu. Tak memperdulikan murid sekitar yang memandangnya tak suka. Ria hanya membalasnya dengan tatapan sinis. Senyumnya pun muncul tak kala melihat Pandu yang sudah datang.

"Hai Ndu.." Sapanya dengan senyum manisnya.

Pandu tak menjawab, Ria yang sudah hafal dengan sikapnya hanya bisa tetap tersenyum.

"Ini buat kamu." Ucap Ria sambil menyodorkan kotak bekalnya.

Pandu hanya mengangkat kedua alisnya.

"Ada sandwich didalamnya, anggap aja sebagai terima kasih aku untuk semalam." Jelas Ria dengan masih memberikan senyuman.

Pandu pun menerimanya dan kembali melanjutkan langkahnya. Namun beberapa langkah dia terhenti dan melihat Ria.

"Lain kali gak usah kayak gini." Ucapnya.

"Kenapa?" Tanya Ria bingung.

"Kamu bukan siapa-siapanya aku, dan tentang kemarin kamu jangan terlalu berlebihan." Tutur Pandu dan langsung memasuki kelasnya.

Ria hanya bisa tersenyum kecut menanggapinya dan mengabaikan beberapa murid yang bergosip tentang dirinya.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang