Enam Belas

135 6 0
                                    

Untung saja jarak Pandu turun dari perahu hingga ke perkemahan belum terlalu jauh. Badan Ria yang tak terlalu berat tidak membuat Pandu kesusahan. Meskipun beberapa semak belukar sempat mempersulit langkahnya, namun tak menjadi masalah besar untuk Pandu. Sesampai disana Pandu langsung membawa Ria ke tenda yang disediakan khusus oleh PMR. Sudah ada yang bertugas disana.

"Tolong dia, tadi dia tercebur ke sungai." Pintanya sambil membaringkan Ria di tikar yang sudah digelar.

Petugas PMR yang berjaga langsung menghampiri mereka. Ria yang sedari tadi sadar hanya memegang tangan Pandu, memintanya untuk tetap disini dan tidak meninggalkannya.

"Ganti baju dulu, aku tunggu diluar." Kata Pandu.

"Bajunya kan di tas aku." kata Ria yang terdengar lemah.

Pandu yang tahu tenda Ria segera pergi dari sana. Ria yang melihatnya hanya tersenyum kecil. Ia masih teringat usaha Pandu untuk menyelamatkannya saat tercebur sungai. Usahanya mebawa kemari dengan melewati pinggiran sungai. Ria tidak pingsan, hanya saja lemas karena hampir tenggelam dan berusaha bernafas. Ria semakin yakin suatu saat Pandu akan menyukainya tanpa harus Ria yang memperjuangkannya.

Setelah berganti baju dan petugas PMR sudah memberikan paracetamol semakin untuk penurun demam, Pandu masih setia menemaninya . Bahkan ia membuat teh untuk Ria tanpa Ria minta. Saat pandu berniat meminumkannya, Ria menolak. Ria mengambil gelasnya karena tak ingin terlalu merepotkan Pandu.

"Telfon papa kamu ya?" Kata Pandu.

Ria menggeleng tegas.

"Kenapa?"

"Ntar dikira aku kenapa-napa, cuma jatuh ke sungai aja."

"Cuma?" Pandu sedikit kesal.

"Kan aku gak papa Pandu. Lagi pula nanti malam kan ada jelajah malam, aku mau ikut."

Pandu tak habis fikir, disaat kondisinya yang baru membaik Ria justru memikirkan untuk ikut acara nanti malam.

"Terserah." Putus Pandu lalu pergi dari sana.

Ria hanya bingung dengan sikap Pandu, tapi dia tak mau ambil pusing.

Malam pun tiba, kali ini Pak Bani sudah membagi beberapa kelompok. Kelompok yang terdiri dari 5-6 orang dan campuran dari kelas IPA 1-3. Meraka ditugaskan mengambil gambar aktifitas binatang dimalam hari dan menjadikannya sebuah artikel. Sayangnya kelompok Ria mendapat urutan terakhir dalam memulai tugasnya. Pak Bani hanya berpesan untuk berhati-hati dan mengikuti tanda yang sudah dipasang disepanjang jalan agar tidak tersesat. Menit berlalu dan tibalah kelompok Ria memulai perjalanannnya. Ternyata ada Siska dan Rani dikelompoknya dan membuat Ria kesal. Mengambil gambar pun dimulai. Siska terlihat beberapa kali mendekati Pandu dan membuat Pandu risih. Setiap kali berpindah tempat, Siska selalu mengikuti. Ria hanya diam melihatnya, meskipun dalam hati ia mengumpat untuk Siska. Hingga akhirnya tangan Siska berniat memegang lengan Pandu dan membuat Pandu jengkel. Pandu pun jalan terlebih dahulu diikuti murid lelaki yang lain. Ria tersenyum melihatnya. Saat Ria ingin memotret kunang-kunang, Siska sengaja menyenggolnya dan membuat gambar Ria jelek.

"Syukurin, tuh ambil lagi gambarnya." Ejek Siska dan pergi bersama Rani.

Ria tak meladeninya dan segera mengambil gambar lagi. Tanpa Ria sadari, Siska dan Rani mengubah tanda panah yang ditempel di pohon, tanda yang harusnya mengarah ke kiri namun mereka ubah ke kanan. Senyum licik terlihat di bibir mereka berdua dan segera pergi dari sana. Ria yang selesai ambil gambar pun mengikuti arah panah dari tanda itu.

Menit berlalu dan Ria tak menjumpai kelompoknya. Seperti ada yang aneh namun Ria belum menyadarinya. Semakin kedalam semakin sepi dan tidak ia dengar langkah teman-temannya. Dia mulai memanggil nama Pandu, namun tak ada jawaban. Barulah Ria menyadari jika dirinya tersesat.

Pandu yang hanya diam saja semenjak kejadian Siska tadi belum menyadari jika Ria tersesat. Hingga mereka sampai ke perkemahan, barulah Pandu menyadarinya.

"Ria mana?" Tanyanya pada anggota kelompoknya.

Tak ada yang menjawab disana, hanya saling melihat satu sama lain.

"Ria mana?" Tegas Pandu.

Namun tak ada jawaban disana. Hingga akhirnya Pandu mendekati Siska.

"Ria mana?" Tanyanya dengan suara dingin.

Siska dan Rani hanya bisa menunduk dan menggeleng. Pak Bani yang mengetahuinya meminta beberapa murid lelaki untuk mencarinya. Tanpa menunggu perintah dari Pak Bani, Pandu kembali masuk ke hutan dengan memilih jalur masuk.

Pandu memanggil-manggil nama Ria, namun tak ada jawaban, hingga akhirnya ia melewati tanda yang diubah Siska. Dia tahu betul arahnya tadi ke kiri, bukan ke kanan. Pandu segera mengikuti tanda itu. Berharap tidak terjadi apa-apa dengan Ria. Ditempat lain Ria berjalan tanpa mengikuti arah, bahkan Ria memilih berbalik karena takut terlalu masuk kedalam. Karena penerangan hanya bermodal center kecil, Ria kurang berhati-hati hingga kakinya tergores batang kayu dan mengeluarkan darah. Perih langsung Ria rasakan. Apalagi cuaca yang berembun membuat luka Ria terkena air dari beberapa rumput yang Ria lewati. Ria juga hanya mengenakan jaket tipis karena mengira acara ini akan segera selesai. Namun perkiraannya salah, ia justru terpisah dari kelompoknya. Ria sudah merasakan kedinginan. Dia hanya bisa duduk memeluk kakinya dan menundukkan kepalanya. Hingga akhirnya Pandu berhasil menemukannya tanpa Ria sadari. Ria yang merasakan kehadiran seseorang langsung mengangkat kepalanya. Bibirnya tersenyum.

"Pandu.." panggilnya lemah hingga ia kehilangan keseimbangan dan bersandar pada dada bidang lelaki itu.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang