Delapan Belas

132 6 0
                                    

Setelah beberapa hari acara study tour selesai, Ria mulai berteman baik dengan Pandu dkk. Ria megabaikan omongan murid-murid yang lain karena berteman dengan Pandu dkk. Biarlah dicap buruk, yang penting tidak merugikan mereka. Di kantin, Ria langsung menghampiri Amar dan Dani. Tak terlihat Pandu disana.

"Berduannya aja, ntar ketiganya setan loh.." Kata Ria yang baru duduk.

"Yang tiba-tiba datang itu berarti orang ketiga. Nah, yang baru datang kan kamu, berarti yang setannya itu kan.." Balas Amar tak menyelesaikan kalimat terakhirnya.

"Resek ya.." Balas Ria dengan senyum kecilnya.

"Cari Pandu ya Ya. Mungkin dia datangnya telat." Kata Dani.

"Biasa, habis dinas dia." Tambah Amar.

"Dinas?" Tanya Ria tak mengerti.

"Tuh orangnya." Kata Dani yang melihat Pandu datang dan mendekati mereka.

Pandu duduk tepat disebelah Ria.

"Kita kira datangnya telat." Lanjut Dani.

Pandu tak menjawab dan hanya memasang wajah lesu. Lalu meletakkan kepalanya diatas meja.

"Kelihatan ngantuk banget. Kata Amar semalam kamu habis dinas, emang dinas apaan?" Tanya Ria.

Pandu langsung mengangkat kepalanya dan menatap dingin ke arah Amar. Amar langsung tersedak dan meletakkan minumnya.

"Syukurin." Kata Dani berbahagia.

Amar hanya memberikan dua jarinya sambil mengelus dada.

Saat pulang sekolah, Ria berjalan sendirian menuju parkiran. Sudah terbiasa pulang sendirian, bahkan tak ada yang mengajaknya berbincang seperti murid kebanyakan. Ria hanya berjalan sambil memperhatikan murid-murid lainnya yang asyik berbicara satu sama lain. Hingga seseorang menghentikan langkahnya.

"Pandu.." Ucap Ria.

"Pinjam HP." Kata Pandu singkat.

Ria tak banyak bicara, dia langsung mengambil ponselnya di tas dan memberikan ke Pandu. Pandu langsung mengetikkan nomornya disana dan langsung menyimpannya. Setelah selesai, dia langsung mengembalikan kepada pemiliknya. Ria tersenyum melihatnya, ada nama Pandu di kontaknya. Bahkan Ria belum sempat meminta namun Pandu memberikannya lebih dahulu. Setelah selesai, Pandu langsung pergi dari sana. Ria senang bukan main. Bahkan murid yang melintas melihatnya dibuat heran.

Makan malan di rumah Ria, papanya sudah pulang dan sudah duduk di meja makan. Ria yang baru turun dari kamar langsung menyapanya.

"Malam papa."

Papanya tersenyum.

"Gini donk, kan aku senang kalau makan malam ada orangnya. Gak sendirian aja. Bibi diajak makan disini juga gak pernah mau." Cerita Ria.

"Kalau gak ada kerjaan, papa pasti pulang lebih awal." Kata papanya sambil menyuapkan makanan.

"Iya iya. Kalau Pandu boleh main kemari?" Tanya Ria spontan.

Papanya langsung tersedak mendengarnya, Ria langsung mengulurkan minumannya dan di teguk papanya hingga sisa setengah.

"Pelan-pelan Pa.."

"Lanjut saja makanannya, yang kamu tanya itu di bahas kapan-kapan saja." Kata papa.

Ria langsung kesal mendengarnya. Papa yang melihatnya terlihat biasa saja.

Karena ini adalah malam Minggu, Ria sudah berada di depan rumah Mita dengan motor maticnya. Duduk di jok motor sambil memanggil-manggil nama Mita.

"Mita.. Mita Fransisca Kusuma.. Ria sudah tiba.." Teriaknya.

Tak butuh waktu lama, yang di panggil langsung keluar rumah.

"Bisa pelan gak sih manggilnya." Sungut Mita menghampiri.

Yang dimarahi hanya cengar cengir tak jelas.

"Gak pakai teriak juga bisa kali."

"Yuk jalan." Ajak Ria mengabaikan Mita.

Mita yang melihatnya justru kesal dan langsung saja menerima ajakan Ria.

Saat makan di pinggir jalan, Ria dibuat heran dengan beberapa gerombolan motor anak muda yang berjalan beriringan.

"Ada apa?" Tanya Mita yang menyadari sikap Ria.

"Lagi pada kemana sih tuh rombongan motor?" Tanya Ria balik.

"Mungkin ada balapan, kan malam minggu." Jawab Mita.

"Yuk kesana.." Ajak Ria bersemangat.

Mita yang mendengarnya dibuat kaget. Bisa-bisanya temannya yang satu ini punya sifat seperti ini.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang