TUJUH

163 9 0
                                    

Sore hari ini Ria sedang bersantai di teras rumahnya. Hanya duduk sambil memainkan ponselnya. Tak berselang lama, mobil papanya datang. Melihat papanya turun dari mobil, Ria tak bergeming dari tempatnya. Papanya yang sudah terbiasa dengan sikap anaknya kali ini menghampiri putrinya yang duduk sendirian.

"Ria.." Panggil papanya.

Ria hanya menoleh tanpa mau menjawab, lalu mengambil tangan papanya untuk ia cium.

"Sedang apa?" Tanya papanya.

"Tumben papa udah pulang." Balas Ria berbeda jauh dengan pertanyaan papanya.

Papanya tersenyum mendengarnya.

"Tapi sama aja, pulang lebih awal terus nanti malam keluar." Lanjut Ria tanpa melihat papanya.

"Sabar ya. Ria kan tau papa sedang sibuk-sibuknya. Kalau sudah luang, pasti papa akan memberikan waktu papa untuk Ria."

Ria hanya tersenyum kecut menanggapi.

Malam harinya Ria memutuskan untuk berjalan-jalan seorang diri di sebuah mall dekat dengan rumahnya. Kali ini Ria hanya menyusuri pertokoan disana sambil melihat-lihat barang yang dijual. Mulai dari baju, tas, hingga kali ini memasuki sebuat toko sepatu. Matanya berbinar tak kala melihat sepatu dengan merek ternama berwarna biru yang terlihat lucu dimatanya. Sayangnya ukurannya kebesaran. Alhasil dia mendatangi salah satu penjaga toko yang ada disana yang sedang melayani seorang pembeli juga. Pembeli itu Pandu dan dia dibuat heran karena Ria tidak menyadari keberadaannya.

"Kak, ukuran 39 ada gak?" Tanya Ria langsung tanpa basa-basi.

"Sebentar ya kak." Balas penjaga itu lembut.

Ria hanya mengangguk dan sedikit menjauh dari sana.

Setelah Pandu menemukan pilihannya, si penjaga itu beralih ke Ria. Pandu hanya mengekor dan memperhatikan saja. Ria terlihat ramah kepada si penjaga toko itu. Cukup berbeda dengan Ria yang disekolah. Terlihat sedikit judes dan terkesan cuek. Bersikap ramah pun hanya kepada orang-orang tertentu. Menit berlalu dan Ria sudah menjatuhkan pada pilihannya tadi. Pandu juga masih ada disana, entah kenapa memperhatikan Ria kala itu menjadi ketertarikannya. Hingga tibalah mereka di depan kasir dengan Ria berada didepan Pandu. Sepatu Ria dihitung dan berharga 700 ribu lebih. Ria membuka dompetnya dan tidak menemukan atm-nya disana. Uangnya pun hanya ada 75.000.

"Bagaimana Kak?" Tanya kasir itu.

Ria tampak kebingungan. Hingga akhirnya Pandu meletakkan sepatunya.

"Jadikan satu dengan punya saya." Katanya.

Ria kaget melihatnya, dia tidak menyadari jika Pandu ada disana sedari tadi.

"Kok kamu disini?" Tanya Ria.

"Iya."

Entah kenapa tiba-tiba Ria menyadari jika si kasir mencuri-curi pandang memperhatikan Pandu dengan tersenyum sendiri.

"Kak.. Jangan liat-liat." Kata Ria dengan ketus.

"Eh.. Maaf kak." Ucap kasir itu sedikit sewot.

"Lihat cowok lain aja, jangan dia." Tambah Ria dengan berdiri didepan Pandu.

Bermaksud menutupi Pandu agar tak terlihat oleh si mbaknya, namun tinggi Ria hanya sebatas dagu Pandu. Hal itu mengundang senyum kecil di bibir Pandu.

"Totalnya 1.998.000 Mas." Ucap si Mbak dengan senyum ramahnya.

Pandu mengeluarkan atmnya. Berniat memberikan langsung kepada si kasir namun segera direbut oleh Ria. Pandu hanya pasrah.

"Ini.." Ketus Ria.

Kasir pun menerimanya. Akhirnya mereka pergi dari sana setelah barang sudah dibayar.

Ria dan Pandu pun berjalan beriringan setelah keluar dari toko sepatu itu.

"Makasih ya, besok aku ganti." Ucap Ria.

Pandu hanya diam tak menjawab. Mereka melangkah bersama tanpa ada yang berbicara. Hingga tibalah mereka di parkiran, Ria langsung menghampiri motornya tanpa memperhatikan situasi. Hampir saja dia terserempet sepeda motor jika tidak Pandu menarik tangannya. Ria cukup kaget melihatnya. Dia hanya bisa diam didepan Pandu.

"Hati-hati." Kata Pandu.

Ria hanya menganggukan kepala tanpa bisa berkata.

"Aku antar pulang." Lanjut Pandu.

"Yang bener?" Tanya Ria memastikan.

Pandu hanya mengangguk.

"Bisa kasih alasannya kenapa?" Tanya Ria lagi.

"Supaya kamu gak kenapa-napa." Jawab Pandu lalu berjalan menghampiri motornya.

Ria begitu bahagia mendengarnya. Biarlah dikata orang gila oleh orang melintas karena Ria tak dapat menyembunyikan senyumannya.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang