Lima Belas

153 5 0
                                    

Perjalanan dari Bekasi ke Puncak lumayan menghabiskan waktu yang cukup lama. Ada sebagian dari mereka yang memanfaatkan untuk tidur, ada pula yang berbincang dan makan. Begitu pula dengan Ria, ia memilih tidur. Pandu yang ada disampingnya diam-diam memperhatikan wajah cantiknya. Tanpa Pandu sadari kedua temannya yang duduk disebelahnya memperhatikan Pandu.

"Istighfar Ndu. Dia gak kemana-mana kok." Celetuk Amar.

Pandu yang mendengarnya langsung memberikan tatapan tajamnya.

"Ampun-ampun, kalau udah begini mana berani aku sama sultan." Kata Amar.

"Jaga dengan hati-hati Ndu, anak orang itu. Jangan sampai khilaf." Tambah Dani.

Kali ini Pandu melayangkan tatapan mautnya kepada Dani, dan Dani langsung memberikan dua jarinya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, mereka tiba disalah satu desa yang berada di Puncak. Berjalan beriringingan kurang lebih 500 meter untuk sampai di tempat perkemahan. Sesampainya disana mereka saling bahu membahu mendirikan tenda. Setelah selesai semua, mereka pun di bentuk beberapa kelompok. Ria satu tenda dengan Ranti dan Ayu karena tenda mereka yang paling kecil dan hanya muat untuk tiga orang. Meskipun tidak terbilang dekat, Ranti dan Ayu pernah berbicara dengan Ria. Hal itu tak dimasalahkan untuk Ria, yang penting dia bisa tidur malam ini.

Malam hari pun tiba, setelah beberapa acara telah dilewati para murid beristirahat di tenda masing-masing. Di tenda Ria, sudah ada Ranti dan Ayu yang bersiap tidur.

"Sebentar, ada yang mau aku bicarakan." Kata Ria.

Ranti dan Ayu pun diam menyimak.

"Kalau misal tengah malam nanti ada yang mau buang air kecil dan gak ada yang berani, jangan sungkan-sungkan bangunin aku. Kalau ada yang mendadak sakit, segera bilang sama aku. aku ada kotak P3K di tas. Kalau butuh bantuan apapun, kalian bisa bilang sama aku."

Mereka berdua mengangguk bersamaan, mereka berpendapat ternyata sisi baik dari Ria masih ada sampai sekarang.

Jam masih menunjukkan pukul 04.15, namun Ria sudah terbangun. Dia mengambil mukenahnya dari dalam tas dan keluar tenda. Dalam perjalanan menuju masjid, Ria harus menempuh kurang lebih 200 meter dengan berjalan kaki. Suasana sepi yang menemaninya namun Ria tak ambil pusing. Sesampainya disana, ternyata baru terdengar kumandang adzan. Ria segera mengambil wudhu. Saat memasuki masjid, suasana masih begitu sepi. Ria segera mengambil tempat dan tak lupa melaksanakan dua sholat sunah setelah adzan berhenti.

Menit berlalu, ternyata jamaah di masjid ini bisa dibilang sepi. Mungkin teman-temannya masih ada yang tidur atau memilih masjid yang lain. Karena masih dibilang pagi, Ria masih bersantai-santai di teras masjid sambil memainkan ponselnya. Hanya sekedar memberi kabar kepada papanya. Dari dalam masjid, Pandu dan teman-temannya berjalan keluar. Hingga akhirnya Dani berhasil menghentikan langkah keduanya.

"Eh Ndu. Ria, Ndu." Katanya sambil menepuk bahu Pandu.

Pandu langsung melihat keberadaan Ria yang duduk seorang diri di tangga masjid.

"Bidadari kamu luar biasa ya, disaat yang lain masih tiduran, eh dianya udah nongol disini." Celoteh Amar yang ikut memperhatikan Ria.

Pandu tak menanggapinya.

"Samperin lah Ndu." Bujuk Amar.

Pandu menggeleng. Dani dibuat kesal melihatnya. Saat Dani berniat menghampirinya dan baru beberapa langkah, ternyata Ria pergi dari sana. Hal itu sontak mengundang gelak tawa Dani dan Pandu hanya tersenyum. Amar kesal karena ditertawakan.

Selesai sarapan para murid dikumpulkan untuk mengikuti acara pagi ini. Pak Bani membentuk beberapa kelompok dengan mencampurkan murid IPA 1, 2 dan 3. Kali ini acaranya permainan air, dimana muridnya harus menaiki perahu kecil yang nanti akan mereka tumpangi ke hilir sungai yang nantinya tempat permainan mereka. Tak lama kemudian mereka bersiap menaiki perahu yang cukup untuk memuat 15 penumpang. Ria bersyukur karena ada Pandu bersamanya. Meskipun ada rasa kesal karena ada Siska di perahu yang sama. Perahu pun melaju di arus yang tenang. Ada sebagian dari mereka berbicara ada pula dari mereka yang hanya diam menikmati suasana sekitar. Saat Ria asyik memperhatikan pinggiran sungai, tiba-tiba dia merasa didorong dan akhirnya tercebur ke sungai. Sebagian dari mereka ada yang kaget, namun ada yang hanya diam menonton karena beranggapan Ria bisa berenang. Pandu yang awalnya tak menyadari akhirnya tersadar setelah teman disebelahnya mengatakan Ria berenang. Dilihatnya ke belakang dan benar saja. Ria tidak bisa berenang dan mereka hanya diam menonton. Tanpa banyak bicara Pandu langsung menceburkan dirinya dan segera menoling Ria. Disana Ria sudah mulai kehabisan nafas. Pandu segera membawanya naik ke perahu.

"Bawa ke tepi, Pak." Suruh Pandu.

Si bapak yang mengemudikan perahu hanya diam saja.

"Kalau saya bilang bawa ke tepi ya bawa ke tepi." Kata Pandu sedikit berteriak.

Si Bapak akhirnya menurut. Pandu segera membopong Ria dan turun dari sana.

"Bilang sama Pak Bani, saya dan Ria tidak bisa ikut kesana." Katanya kepada semua penumpang.

Tanpa mendengar jawaban dari mereka, Pandu langsung berjalan kaki meninggalkan perahu itu bersama Ria.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang