LIMA

158 9 0
                                    

Malam pun datang, kali ini Ria sudah berada di depan rumah Mita. Mereka akan jalan bersama malam ini. Senyum Ria muncul tak kala Mita sudah muncul dari balik pintu.

"Pakai motor nih, mobil kamu gak takut sendirian di rumah?" Kata Mita sambil berjalan mendekat.

"Belum punya SIM."

"Lah.. apa bedanya sama naik motor?"

"He he he.." Ria hanya bisa nyengir.

"Udah ayok, keburu malam." Ajak Mita sambil duduk di jok belakang.

"Siap siap."

Dengan semangat Ria mulai menyalakan motornya dan mengendarainya dengan kecepatan sedang.

Menit berlalu dan tibalah mereka di taman kota, tempat yang sudah biasa mereka kunjungi. Hanya duduk santai disalah satu kursi sambil menikmati air mancur yang ada disana sambil berbincang-bincang ditemani jagung bakar. Tersadar minum mereka sudah habis, Ria memutuskan untuk membelinya seorang diri dan meninggalkan Mita sendirian.

Beberapa warung disana terlihat ramai, Ria berjalan mencari warung yang sepi agar tak lama mengantri. Setelah dijumpai, Ria segera membeli 2 botol air mineral ukuran sedang. Baru saja ia berbalik badan dan berniat pergi, langkahnya ia urungkan karena kehadiran Bayu di hadapannya. Tanpa banyak kata Bayu langsung menarik Ria pergi dari sana.

Tibalah mereka di salah satu sudut taman itu. Bayu melepas kasar tangan Ria dan meninggalkan bekas biru disana. Ria hanya bisa mengibas-ngibaskan tangannya untuk meredakan rasa nyerinya.

"Gara-gara lo, gue dikeluarin dari tim basket." Gertak Bayu dan berhasil membuat Ria kaget.

"Belum puas lo mempermalukan gue. Dulu gue nembak elo, elo tolak. Sekarang gue di keluarin dari tim basket di depan anak-anak. Kenapa kalau soal tentang lo, gue selalu sial. Kenapa?" Bentak Bayu sambil berjalan mendekati Ria.

Ria yang mulai ketakutan hanya bisa berjalan mundur.

"Elo tau, tadi sore gue emang sengaja lempar bolanya ke elo. " Jujur Bayu dengan senyum sinisnya.

Hal itu sukses membuat mata Ria membulat.

"Berharap kalau elo celaka." Lanjut Bayu yang kali ini berhasil memegang tangan kanan kiri Ria.

Kantong plastik yang berisi botol air mineral Ria lepaskan asal karena ingin menggunakan tangan kanannya untuk melepaskan tangan kirinya dari tangan Bayu. Namun semua percuma, genggaman Bayu semakin erat dan Ria percaya pasti akan semakin terlihat jejak biru disana. Saat Ria masih berusaha melepaskan, Bayu semakin memajukan kepalanya hendak mencium Ria. Ria yang tersadar langsung menggunakan tangan kanannya untuk menampar Bayu dengan keras.

"Berani ya lo.." Bentak Bayu keras dan membuat Ria kaget sambil menutup matanya.

Ria tak ingin semakin lama di situasi seperti ini. Ria menggigit keras tangan Bayu yang menggenggam pergelangan tangan kiri Ria. Bayu sukses berteriak kesakitan dan melepaskan genggemannya. Setelah benar-benar terlepas Ria segera kabur dari sana.

Pagi disekolah, kali ini Ria menggunakan jaket birunya untuk menutupi pergelangan kirinya yang membiru. Entah apa yang akan dibicarakan teman-temannya nanti, Ria tak akan ambil pusing. Bahkan para murid sudah memperhatikannya sejak dia mulai memasuki lorong sekolah.

Kali ini Ria sudah berada di kantin untuk menemui sahabatnya, siapa lagi kalau bukan Mita. Ria langsung duduk santai sambil memperhatikan suasana sekitar.

"Tumben pakai jaket?" Tanya Mita selepas meminum es jeruknya.

"He em.." Jawab Ria singkat.

Kali ini tatapannya menangkap Bayu yang baru saja tiba dikantin. Berjalan melewatinya sambil tersenyum sinis. Ria mengamati tangan kanan Bayu dan ada luka bekas gigitannya semalam. Tak mau mengingat kejadian semalam, Ria segera pergi dari sana. Di pintu kantin, Ria berpapasan dengan Pandu. Seperti biasa Ria memberikan senyuman manisnya dan langsung melewati Pandu begitu saja. Merasa ada yang aneh, Pandu menarik bahu Ria.

"Ada apa?" Tanya Ria setelah berbalik badan.

"Kenapa pakai jaket?" Pandu tanya balik.

"Emang kenapa? Gak boleh? Kamu kan juga pakai jaket." Jawab Ria.

Pandu merasa kurang puas dan tidak yakin dengan jawaban yang diberikan Ria.

"Kenapa pakai jaket?" Dia tanya lagi.

"Kalau pun aku cerita, kamu gak akan peduli sama aku." Jawab Ria dengan serius.

Ria memilih menjauh dari sana. Baru beberapa langkah, pergelangan tangan kirinya ditarik Pandu.

"Awwwww.." Rintih Ria.

Pandu yang mendengarnya langsung melepaskan genggamannya.

"Ada apa?" Tanya Pandu.

"Gak usah sok peduli sama aku." Jelas Ria.

"Kalau aku peduli sama kamu?"

"Sayangnya aku gak percaya. Diantara kita, cuma aku yang ada rasa sama kamu. Jadi, biarkan aku yang berjuang disini sampai membuat kamu ada rasa sama aku. aku gak mau terlalu berharap sama kamu sebelum aku memastikan kamu memang ada rasa sama aku." Ungkap Ria.

Pandu tak bisa menjawab.

"Sekali pun aku cerita, mungkin kamu gak akan percaya." Lanjut Ria dan memutuskan untuk pergi.

Pandu tak bisa mengejarnya. Dia hanya diam terpaku mendengar kalimat Ria.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang