TIGA PULUH SATU

126 6 0
                                    

Sesampainya dilantai atas atau lebih tepatnya didepan kamar Pandu, Ria dibuat tercengang dengan kondisi seperti kapal pecah didalam sana. Ria memberanikan diri masuk dengan langkah pelan. Pandu terlihat marah dengan melempar beberapa barang disana.

"Aku gak tau masalah kamu apa, tapi aku mohon berhentilah." Kata Ria pelan.

Pandu yang hendak membanting barang lagi langsung terhenti dan memandang dingin ke arah Ra. Vas bunga ia lempar asal lalu berjalan mendekati Ria.

"Kalau elo gak suka, lebih baik elo gak usah disini." Balas Pandu dingin.

"Kita bisa menyelesaikan masalah bersama kok, kalau aku bisa bantu kenapa enggak."

"Gak usah sok ikut campur." Gertak Pandu.

Ria yang kaget langsung menunduk.

"Kamu itu sebenarnya orang baik Ndu."

Melihat Ria tertunduk, Pandu langsung memegang kedua bahu Ria. Ria secara tidak langsung langsung menatap orang yang ada didepannya saat ini.

"Lo bilang gue baik? Lo tau kan sisi buruk gue, gue buruk kayak gini elo bilang baik? Dan elo masih aja suka sama gue? Kenapa? Kenapa Ya?" Kata Pandu sambil mengguncang-guncangkan bahu Ria.

Ria yang tak sanggup melihat kemarahan Pandu hanya mampu memejamkan matanya.

"Kenapa Ria? Kenapa elo gak jawab? Jawab gue." Bentak Pandu.

"Karena aku suka sama kamu itu tanpa alasan Ndu. Jangan tanya kenapa karena aku juga gak tau alasannya apa." Jawab Ria pelan.

Cengkraman di bahu Ria mulai mengendur, Ria sedikit bernafas lega.

"Jadi aku mohon, balas rasa suka aku sama kamu. Supaya aku bisa sepenuhnya mencintai kamu. Aku gak mau mencintai seseorang tapi orang itu tak mencintai aku. cukup aku anggap ini hanya sebatas rasa suka." Lanjutnya.

"Kenapa elo terus deketin gue padahal elo belum tau jawabannya?" Tanya Pandu.

"Entah, tapi aku rasa kamu adalah orang yang pantas aku perjuangkan. Padahal aku tahu kamu tidak memperjuangkanku, tapi rasanya suatu saat ada masanya kamu akan membalas perasaanku dan aku yang kelak akan kamu perjuangkan." Jelas Ria.

Pandu terdiam.

"Biar aku yang berjuang disini. Kasih aku aku waktu kalau aku memang pantas untuk kelak kamu perjuangkan. Biar aku yang bertahan dengan perasaan ini, meskipun kamu menjauh dan menghindar dariku. Tapi aku akan pergi, jika kelak kamu yang memintaku dan tidak menginnginkan aku untuk datang kembali." Kata Ria bersungguh-sungguh.

Pandu hanya diam menatapnya. Entah apa yang difikirannya, Pandu hanya diam seribu bahasa. Tanpa mereka sadari oma Pandu ada didepan kamar. Menyaksikan dua remaja yang sedang berbicara tentang cinta. Senyum kecil terukir diwajah wanita itu. Dia menyadari jika gadis itu menyukai cucunya dan mampu sabar menghadapi kelakuan Pandu.

Pagi di sekolah, Ria berjalan santai menuju kelasnya. Beberapa pasang mata meperhatikannya. Ria yang sudah terbiasa hanya acuh dan tak memperdulikannya. Berbeda dengan Pandu yang ternyata memperhatikannya dari belakang. Pandu melangkah persis dibelakang Ria dengan jarak yang tak cukup jauh. Saat melewati kumpulan murid lelaki, Ria mendapatkan sapaan bahkan siulan. Namun Ria tetap acuh tanpa menanggapi. Saat Ria mulai menjauh dan kali ini Pandu yang melintas, para murid itu langsung terdiam karena tatapan dingin Pandu. Dalam fikirian Pandu, Ria ternyata cuek dengan sekitar. Namun anggapan itu tak berselang lama. Saat ada murid yang melintas dan beberapa bukunya terjatuh, Ria langsung membantunya untuk mengambil beberapa buku dan menumpuknya. Setelah itu diberikan kepada pemiliknya dan berpesan agar lebih hati-hati lalu melanjutkan langkahnya. Meskipun cuek, ternyata Ria tidak terlalu cuek dengan lingkungan sekitar. Sampai akhirnya Ria memasuki kelasnya tanpa menyadari adanya Pandu dan Pandu yang tiba didepan kelasnya namun memilih berdiri di depan pintu. Tanpa Pandu menyadari, ternyata Amar dan Dani juga memperhatikannya secara diam-diam.

"Lihatin siapa sih Ndu, udah masuk dianya." Kata Amar tepat disampingnya.

Pandu memutar bola matanya malas.

"Tenang Ndu, selama di sekolah dia aman." Tambah Dani.

Pandu tak menanggapinya dan langsung masuk ke kelas. Hal itu mengundang gelak tawa mereka berdua.

Kali ini jam pelajaran olahraga di kelas XI IPA 3. Para murid sudah melakukan pemanasan di lapangan basket. Pak Bani selaku guru olahraga mulai mengajari cara bermain bola basket dengan teknik yang benar. Semua murid tampak memperhatikan, terkhusus murid perempuan. Mungkin menurut murid laki-laki pelajaran ini terlihat biasa, namun tidak untuk perempuam. Mulai dari melakukan drible hingga melakukan shot ke ring. Para murid pun mencoba satu per satu. Ria tampak antusias melakukannya. Tembakannya selalu tepat sasaran dan itu menjadi kesenangan tersendiri untuknya. Pak Bani memutuskan untuk tanding basket dengan membentuk 2 tim perempuan di kelas itu. Ria dan Siska di tunjuk sebagai kapten tim masing-masing. Saat mulai berjalan, Ria menguasai bola dan menggiring ke daerah lawan. Sekali lempar bola masuk ke ring. Namun Ria tak ingin menguasai permainan sendiri. Dia berbagi bola dengan teman se-timnya. Hingga permainan selesai tim Ria yang menang. Ria yang puas langsung memberikan senyuman mengejek kepada Siska. Menjelang berakhirnya jam olahraga, semua murid mulai ke kelas. Berbeda dengan Ria yang masih asik bermain bola basket dan sesekali melemparnya. Saat Ria berhasil melempar bola ke ring, bolanya langsung jatuh dan terpental ke arah belakang Ria. Ria langsung berbalik badan namun dikejutkan dengan kehadiran seseorang disana.

"Pandu." Panggil Ria sambil menatap Pandu.

Namun yang dipanggil hanya diam sambil memegang bola yang tadi dilempar Ria.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang