TIGA PULUH SEMBILAN

113 7 0
                                    

Pandu mengantar Ria ke rumah. Bi Asih yang menyambut kedatangan mereka dan membawa mereka ke ruang tengah. Setelah itu Bi Asih ke dapur membuatkan minuman. Saat Ria melangkahkan kakinya berniat ke lantai atas, tangannya ditahan Pandu. Sontak Ria mengurungkan niatkan dan menatap Pandu.

"Ada apa?" Tanya Ria.

Pandu hanya menatapnya sedih tanpa kata. Ria yang bingung dengan ekspresi wajah Pandu dibuat bingung.

"Kalau gak ada yang mau kamu bicarakan, aku ke kamar dulu." Sambung Ria dengan melepaskan tangannya.

Namun Pandu kembali menariknya.

"Maaf." Ucap Pandu.

"Untuk?" Tanya Ria tak mengerti.

"Semuanya yang terjadi sama kamu. Aku penyebab kamu selalu celaka, gak hanya disekolah tapi juga dijalanan. Salahkan aku atas semua yang terjadi sama kamu." Jelas Pandu.

"Kamu gak salah, emang mereka aja yang gak suka sama aku. Baik itu Siska ataupun teman kamu yang mencelakai aku karena mereka benci sama aku." Balas Ria.

Pandu hanya diam, diamnya Pandu membuat Ria merasa curiga.

"Jangan karena hal ini kamu memintaku untuk menjauh dari kamu." Kata Ria seolah mengerti apa yang ada difikiran Pandu.

Pandu tak menjawab namun matanya membulat. Ria tampak memalingkan muka dan pergi meninggalkannya karena merasa tebakannya benar dengan yang ada difikiran Pandu.

Setelah Ria berganti baju santai dan Pandu melepas seragamnya menyisakan kaos putihnya, mereka duduk di teras belakang rumah. Menikmati teh buatan Bi Asih dengan suasana hening.

"Nanti malam sibuk?" Tanya Pandu.

Ria menggeleng.

"Jalan keluar ya, aku jemput." Lanjut Pandu.

Ria tersenyum mendengarnya, namun mendadak senyumnya hilang seolah mengetahui niatan apa Pandu mengajaknya keluar. Ria segera membuang fikiran itu, yang penting sekarang dia bisa jalan dengan Pandu.

"Boleh." Jawab Ria bersemangat.

"Gak usah dandan berlebihan, biasa aja. Kalau perlu gak usah dandan, pakai setelan kayak gini aja."

"Emang kapan aku dandan."

"Ya siapa tau aja, mana ada cewek yang gak seneng diajak gebetannya jalan bareng." Kata Pandu percaya diri.

"Iya iya, tau banget kalau yang disini cuma aku yang ada rasa sama kamu."

Pandu tak membalas, dia diam sambil menatap Ria dalam. Jika saja dia berani berkata, Pandu sudah ada rasa dengan Ria.

Malam pun tiba, Pandu yang hanya mengenakan kaos polos dan jaket kebanggaannya sudah berada di depan rumah Ria. Ria muncul dengan setelan kaos panjang dan celana jeansnya. Ria langsung membonceng dibelakang tanpa berpegangan pada Pandu. Pandu dibuat kagum, jika kebanyakan cewek akan berpegangan dengan memeluk perut lelakinya kali ini Ria tidak. Pandu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Pandu mengajaknya ke mall. Mereka berjalan-jalan menyelusuri pertokoan yang ada disana. Bersendau gurau meskipun terlihat Ria yang sering bercerita dan Pandu hanya menanggapinya singkat. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dan mengira jika mereka adalah pasangan kekasih. Pandu mengajaknya ke timezona dan mencoba beberapa permainan disana. Setelah puas bermain, Pandu mengajaknya ke sepatu. Mungkin Ria akan menyukai sesuatu dan Pandu akan membelikannya. Namun Ria tak ingin membeli apapun saat itu. Pandu sudah menawarkannya dan Ria menggeleng. Saat melewati toko tas, berharap Ria akan berminat namun semuanya salah. Gelengan yang didapatkan Pandu. Saat melewati toko boneka, Ria bahkan tak tertarik sama sekali dan membuat Pandu menghela nafas panjang. Niatnya untuk membelikan barang kesukaan Ria pupus.

Akhirnya Pandu mengajaknya berhenti disalah satu warung tenda yang menjual ayam penyet. Ria tampak antusias dan itu membuat Pandu senang. Langsung saja Pandu memesan makanan untuk mereka berdua. Mereka menyantap bersama sambil memperhatikan lalu lalang kendaraan. Pandu menyimak dengan baik semua cerita Ria. Bahkan Pandu ikut menanggapinya.

"Habis ini aku mau ajak kamu ke suatu tempat, tapi kamu jangan kaget." Ajak Pandu.

"Kemana?" Tanya Ria penasaran.

"Kamu pasti tau."

Ria menganggukkan kepala.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang