SEMBILAN

161 7 0
                                    

Tibalah perlombaan basket antar sekolah SMA Karya Bakti sebagai tuan rumah menghadapi SMA Tunas Bangsa. Ria yang begitu antusias langsung duduk di barisan paling depan. Tak henti-hentinya meneriaki nama Pandu. Mita yang ada disebelahnya hanya bisa menggelengkan kepala. Tanding pun dimulai. Masing-masing dari tim basket saling beradu pandang dengan tatapan sengit dari ketua tim basket tamu. Sementara Pandu hanya memandangnya datar. Suara peluit berbunyi dan permainan di mulai. Pandu yang begitu lihai memasukkan bola ke ring lawan mengundang suara riuh penonton. Tak jarang dia juga berbagi kesempatan kepada pemain yang lain, termasuk Amar dan Dani. Tim Pandu sempat tertinggal poin, namun dengan cepat Pandu mengembalikan kedudukannya. Penonton pun kembali bersorak girang melihatnya. Hingga menit-menit akhir Ria melihat ketua tim basket lawan berniat menjegal Pandu yang sedang berlari mendekat ring lawan.

"Awas Pandu..." Teriaknya.

Pandu yang mendengarnya langsung mengamati suasana sekitar. Matanya menangkap ketua tim basket sudah bersiap untuk menjegalnya. Pandu berpura-pura tidah melihat dan berlari mendekat. Saat lelaki itu bersiap dengan kaki kirinya, Pandu langsung mengecohnya dengan melewati lelaki itu dari sisi kanan. Lelaki itu dibuat kesal melihatnya. Pandu lolos dan berhasil menambah poin untuk tim tuan rumah. Tuan rumah muncul sebagai pemenang dan para penonton dibuat senang melihatnya. Begitu pula Ria yang bahagia melihat Pandu tampil sangat baik. Dibalik semua itu, kapten tim lawan memperhatikan Ria diam-diam. Penasaran dengan siapa gadis itu, karena gadis itu dia gagal menjegal Pandu. Meskipun dia tahu timnya akan kalah, namun dia ingin melihat ketua tim basket tuan rumah kesakitan. Ria segera bangkit dari duduknya dan berlari menghampiri Pandu. Dia memberikan sebotol air mineral dan handuk kecil. Entah kenapa Pandu langsung menerimanya. Sontak pemandangan itu langsung menjadi pusat perhatian sekitar yang masih dipenuhi penonton karena acara belum selesai.

"Kamu mainnya bagus." Puji Ria dengan memberikan dua jempolnya.

Pandu hanya mengangguk sambil menutup kembali botol air minum pemberian Ria.

"Lah.. kita gak dikasih nih Ya." Kata Amar yang baru bergabung bersama Dani.

"Gak." Jawab Ria singkat.

"Ada hubungan apakah kalian?" Tanya Amar yang curiga dengan kedekatan sahabatnya dengan Ria.

Pandu hanya memutar bola matanya malas dan kembali meminum air.

"Jangan-jangan kalian pacaran ya?" Tebak Dani.

Sontak hal itu membuat Pandu tersedak. Ria dibuat khawatir melihatnya langsung menepuk pelan bahu Pandu. Dani hanya bisa meringis menunjukkan deretan giginya. Dia sudah memastikan pasti Pandu akan berulah setelah ini.

"Ulangi ngomong apa?" Kata Pandu dengan nada dingin setelah membaik.

"Enggak, gak bisa di ulang." Balas Dani tanpa mau melihat Pandu.

"Syukurin lo." Ejek Amar.

"Eitsss.. Di sekolah ini gak boleh ya memanggil dengan panggilan itu." Kata Ria mengingatkan.

"Eh iya, lupa." Jawab Dani cengengesan.

Tiba-tiba sang ketuam tim basket lawan menghampiri mereka. Suasana hening menyelimuti mereka.

"Cewek lo,Ndu? Cantik juga." Ujarnya.

Ria yang bingung dengan suasana saat ini hanya memperhatikan Pandu dan lelaki itu.

"Boleh kenalan kan?" Lanjut lelaki itu sambil mengulurkan tangannya kepada Ria.

Sontak Pandu langsung menarik Ria ke belakang dan menyembunyikannya dengan badannya.

"Santai Ndu. Gue gak bakal macem-macem kok."

Pandu hanya menatapnya dingin tanpa mau menjawab.

"Gara-gara dia kan lo selamat. Boleh aja elo yang selamat, tapi dia mungkin gak akan selamat." Tutur lelaki itu dengan nada penuh penekanan.

Pandu hanya diam dan mengepal erat tangannya, menahan agar tidak menonjok lelaki itu.

"Sial lo ya.." Kesal Amar berniat menghakimi lelaki itu namun ditahan Dani.

Lelaki itu melambaikan tangannya dan senyuman liciknya, setelah itu dia pergi.

"Ada apa?" Tanya Ria yang sedari tadi bingung dengan situasi barusan.

Pandu hanya menggeleng, menandakan tidak boleh ada yang menjelaskan.

"Bukan apa-apa." Jawab Amar sekenanya.

Namun rasa penasaran masih melintas dibenak Ria.

Waktunya pulang sekolah, Ria sudah bersiap di motornya. Saat hendak menyalakan motornya, ada seseorang yang menepuk bahunya dan membuat Ria menoleh kesamping.

"Aku antar pulang." Kata Pandu.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang