EMPAT PULUH SATU

114 10 0
                                    

Suasana masih pagi, Ria dan Mita berada dikantin untuk berbincang karena memang hanya dikantin mereka bisa bersama. Ada banyak hal yang mereka perbincangkan meskipun terlihat Mita yang bercerita dengan memasang wajah sedihnya dan mengundang tawa Ria. Hingga saat ini pun Ria masih susah berteman, tapi dia tak mau memikirkannya. Mempunyai sahabat seperti Mita sudah membuatnya cukup. Tak lama Pandu dkk datang dan langsung bergabung dengan mereka. Seperti biasa Pandu duduk disamping Ria. Kali ini Pandu tampak mengantuk dan meletakkan kepalanya diatas meja.

"Balapan lagi?" Tanya Ria.

Pandu tak menjawab, justru Amar dan Dani yang menjawab dengan anggukan kepala.

"Biasanya cuma satu kali main, tapi ada undangan dari tempat lain. Kita mah oke aja, lumayan bisa nambah uang jajan." Jelas Dani.

"Bisa diartikan kamu itu managernya Pandu gitu?" Tanya Mita.

"Bukan dia aja, tapi kita." Amar yang menjawab sambil menunjuk dirinya dan Dani.

Dani menganggukan kepala.

"Mau makan atau minum apa gitu?" Tawar Ria.

"Kopi mungkin." Jawab Pandu dengan masih menggeletakkan kepalanya.

Ria langsung berdiri memesankannya.

"Kamu beneran udah suka sama Ria kan, Ndu?" Tanya Mita.

Pandu mengangkat kepala setelah mendengarnya.

"Jika emang iya, aku mohon jangan buat dia kecewa." Lanjut Mita.

Pandu tak menjawab, dia bingung ingin berkata apa. Disatu sisi dia sudah menyukai Ria dan menerimanya dalam kehidupannya, disisi lain dia berniat melepaskannya. Amar dan Dani yang sudah mengetahui niatan Pandu untuk menjauh dari Ria hanya diam menyimak.

"Aku takutnya saat kamu udah buat dia senang dan membuatnya semakin jatuh kedalam karena keberadaanmu saat ini, suatu saat kamu akan meninggalkanhnya dan membuatnya terluka." Terang Mita dengan serius.

Entah kenapa Amar yang memakan gorengan Mita langsung tersedak mendengarnya dan Dani langsung memukul pelan bahu Amar. Pandu tak bisa berkata dan hanya memalingkan muka. Tak lama Ria datang dengan segelas kopi.

"Selamat menikmati." Ucapnya sambil meletakkan kopi didepan Pandu.

Pandu membalasnya dengan tersenyum.

Saat keluar dari kelas, dia tidak melihat keberadaan Pandu. Biasanya dia menunggunnya keluar kelas. Ria pun tak mau ambil pusing dan melanjutkan langkahnya. Saat tiba diparkiran dirinya dikejutkan dengan keberadaan Pandu yang sudah menaiki motornya.

"Pandu.." Panggil Ria setelah mendekat.

"Tadi pagi motor aku mogok, aku kesini naik ojek online. Saat aku mau nebeng Dani, ternyata dia nebeng sama Amar. Antar aku ke bengkel ya." Jelas Pandu.

Ria tersenyum dan menganggukkan kepala. Dia melempar kunci motornya dan ditangkap oleh Pandu. Ria langsung membonceng dibelakang. Hal itu sontak mengundang perhatian para murid yang masih ramai. Namun Ria dan Pandu masa bodoh dengan hal itu.

Sesampainya dibengkel, Ria menunggu Pandu dimotornya karena Pandu membayar biaya perbaikan motornya. Saat sudah selesai Pandu menghampiri Ria dengan menaiki motornya.

"Mau aku traktir makan atau minum? Kalau mau, kamu yang menentukan tempatnya." Tawar Pandu.

"Benar ya?" Jawab Ria antusias.

Pandu mengangguk mantap.

Pandu mengira Ria akan membawanya di salah satu tempat makan atau kedai es krim. Kenyataannya mereka saat ini berada di salah satu penjual es campur di pinggir jalan. Hal sederhana namun membuat Pandu tersenyum. Ria memesankan dua mangkok es buah lalu duduh disamping Pandu.

"Es campur disini udah jadi langganan aku sejak SMP. Rasanya enak banget, pasti kamu ketagihan." Cerita Ria.

Pandu tersenyum menanggapinya. Tak lama pesanan mereka datang dan mereka menikmati bersama.

"Aku harap apapun yang kita lalui saat ini, kamu gak akan melupakannya. Aku gak tau kedepannya nanti kita akan seperti apa. Tapi aku bersyukur untuk sekarang kita masih bisa bersama." Kata Ria disela-sela menikmati minumannya.

Pandu pun berhenti menyantapnya.

"Aku maunya kita gini terus, tapi aku gak tau kamu maunya gimana. Bisa aja apa yang aku harapkan tak sejalan dengan kenyataan kan." Tutur Ria dengan senyum kecilnya.

Pandu masih setia dengan diamnya. Entah kenapa Pandu melihat senyum Ria seperti ada rasa kecewa didalamnya.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang