DUA BELAS

144 6 0
                                    

Tibalah hari dimana Ria sudah kembali bersekolah. Baru saja dia turun dari motor, beberapa pasang mata sudah memperhatikannya. Ria tak memperdulikan mereka dan langsung pergi menuju kelasnya.

Setiba dikelas pun teman-temannya hanya memperhatikannya tanpa mau menanyakan kabarnya. Ria sudah terbiasa dengan sikap teman-temannya itu yang kadang menganggapnya tidak ada. Ria hanya duduk seorang diri di bangkunya dan teman-temannya mengacuhkannya. Pandu yang kebetulan melintas dan memperhatikan Ria sejak awal masuk hingga duduk dibangkunya merasa prihatin. Dia memberanikan diri memasuki kelas Ria dan langsung mendekati bangkunya.

"Ada apa?" Tanya Ria yang kebingungan dengan kehadiran Pandu namun masih dengan posisi duduknya.

Pandu hanya menarik tangan Ria dan membuat Ria berdiri dari duduknya. Pandu berniat mengajaknya keluar kelas, namun langkahnya terhalang Siska.

"Mau kemana sih,Ndu. Ria disini tenang-tenang aja masak mau dibawa keluar." Kata Siska tak suka.

"Kalian yang anggap dia gak ada. Teman macam apa kalian, dia baru masuk bahkan tidak ada satupun dari kalian yang menanyakan keadaannya." Jelas Pandu.

Semua murid terdiam mendengarnya, Pandu yang dikenal cuek dan irit bicara baru kali ini berbicara panjang lebar.

"Wait, ini beneran Pandu. Sejak kapan kamu jadi banyak bicara." Siska tak terima.

Pandu hanya tersenyum kecil mendengarnya namun tangannya masih menggenggam Ria.

"Cewek kayak gini yang kamu suka. Kamu gak tau kan gimana dia dikelas sampai-sampai kita gak berteman sama dia." Lanjut Siska.

Pandu hanya diam dan membiarkan Siska berbicara.

"Ria Arsylia Wijaya, anak salah satu pengusaha di kota ini yang susah punya teman karena sikapnya. Sikapnya yang judes, suka maunya sendiri , dapat nilai baik tapi susah buat diajak kerja sama. Sering ditembak cowok sana sini tapi dianya sok jual mahal. Sok kecantikan bahkan murid cewek disini gak ada yang mau temenan sama dia. Cari teman aja pilih-pilih."

"Aku gak pilih-pilih ya cari teman." Ria tak terima dengan kalimat terakhirnya.

"Oh ya. Setahu aku teman kamu cuma Mita, anak IPS itu kan. Apa donk namanya kalau susah punya teman soalnya kamu suka pilih-pilih dalam berteman."

"Aku bukan kayak gitu, kalian aja yang munafik." Kata Ria dengan nada tinggi dan berniat menghampiri Siska karena tidak terima.

Namun tangannya ditahan Pandu supaya tidak meladeninya. Ria yang mengerti hanya bisa diam. Pandu langsung mengajaknya keluar karena sudah muak dengan situasi di kelas itu.

Ria dan Pandu duduk di pinggir lapangan basket. Mengabaikan sekitar yang diam-diam memperhatikan mereka berdua.

"Terserah kamu percaya apa enggak, tapi mereka itu munafik." Kata Ria.

Pandu diam membiarkan Ria bercerita.

Flasback on

Di awal tahun pelajaran, Ria sudah dikenal beberapa murid karena berasal dari keluarga raya. Banyak sebagian dari mereka mendekatinya. Pergi ke kantin bersama dan berakhir dengan Ria yang membayar makanan mereka, bukan hanya sekali namun berulang kali. Ria juga dikenal pintar dikelasnya, bahkan tak jarang nilainya selalu sempurna. Mereka mendekatinya dengan maksud mencontek hasil kerjaan Ria. Awalnya Ria mengijinkannya, namun karena terlalu sering Ria menolaknya. Mereka kesal dibuatnya. Beberapa guru pun sering memuji nilainya dan membandingkan dengan teman sekelasnya. Banyak lelaki yang menembaknya secara terang-terangan dan sebagian dari lelak itu ada gebetan teman sekelas Ria. Ria menolaknya, selain karena mengetahui mereka gebetan teman sekelasnya, Ria juga memang tak menyukainya karena dia hanya menyukai Pandu. Hingga akhirnya tibalah hari dimana ujian harian berlangsung dan saat itu pelajaran Bu Maya. Rani ingin mencontek jawaban Ria dan Ria tegas menolak. Namun Rani tetap bersikeras ingin mencontek.

"Kalau aku bilang enggak ya enggak." Kesal Ria akhirnya dengan suara tinggi.

"Ada apa?" Tanya Bu Maya dari meja guru.

"Bukan apa-apa."

Siska yang ikut kesal karena tak mendapat contekan dari Ria akhirnya melempar Ria dengan kertas contekannya berupa rumus. Ria yang tak sadar hanya membukanya.

"Bu Maya, Ria punya contekan." Adu Siska.

Bu Maya segera menghampiri dan melihat Ria sudah membuka kertas. Bu Maya langsung menuduhnya dan beranggapan jika nilai bagus yang Ria dapat adalah hasil dari contekan. Ria menjelaskan namun tidak diterima. Ria pun muak dengan semuanya dan keluar kelas.

Semenjak kejadian itu, sebagian murid memandanganya remeh. Menjelek-jelekan Ria secara terang-terangan, bahkan dilabrak perempuan yang mengaku pacar dari seseorang lelaki yang telah menembaknya. Mulai hari itulah Ria jarang memiliki teman dan sebagian dari mereka tak mau berurusan dengannya.

Flashback off

"Kasihan banget kan hidup aku. Bahkan aku gak tahu kenapa mereka yang bukan teman sekelas aku, malah ikutan menjauh dari aku. Sejak kelas sepuluh sampai kelas sebelas sekarang aku cuma punya Mita sebagai teman dekat aku. Dan aku bersyukur karena kamu masih mau dekat sama aku." Tutur Ria.

Pandu hanya diam mendengar cerita Ria. Disalahkan atas apa yang tidak diperbuat hingga harus dijauhi teman-temannya hingga masalah sepele.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang