EMPAT PULUH ENAM

109 7 0
                                    

Selesai acara, Pandu mentraktir teman-temannya termasuk Ria dan Mita di warung tenda. Beralas tikar, mereka duduk bersama menyantap makanan masing-masing. Pandu selalu disamping Ria, meskipun Pandu tak banyak bicara namun dia sesekali memberi perhatian kecil kepada Ria. Seperti sekarang, saat Ria hendak minum, Pandu mengambilkannya minuman karena masih berada di nampan yang berada di tengah-tengah. Pandu yang bisa membaca pergerakan tangan Ria ingin mengambil kerupuk, langsung dia ambilkan. Saat Ria selesai mencuci tangan dan hendak mengambil lap, Pandu juga yang mengambilkan. Beberapa perhatian kecil dari Pandu selalu diakhiri dengan senyum kecil Ria. Hingga akhirnya acara makan bersama selesai, mereka berniat pulang.

"Ndu, toilet disini dimana ya?" Tanya Ria sedikit berbisik.

"Pom bensin seberang jalan." Jawab Pandu.

"Tunggu sepuluh menitan ya." Pamit Ria sambil berdiri dan pergi dari sana.

Pandu setia duduk disana sambil memperhatikan Ria. Awalnya dia berniat untuk mengantarnya, namun karena pom bensin itu dekat jadi dia urungkan. Beberapa menit kemudian Pandu melihat Ria yang keluar dari toilet dan berjalan hendak menyeberang. Namun pandangan Pandu terhalang karena adanya dua orang pengamen. Pandu pun langsung mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah kepada salah satunya. Berharap pengamen itu segera pergi atau setidaknya berpindah tempat, namun pengamen itu masih setia menutupi pandangannya dan menyanyikan beberapa lagu. Merasa pengamen itu sudah menyanyikan beberapa lagu dan sadar Ria belum juga datang, akhirnya Pandu mulai merasa curiga. Pandu bangkit dari duduknya meninggalkan mereka dan berjalan ke tepi jalan raya. Seharunya Ria sudah bersamanya saat ini, tapi ini sudah sepuluh menit sejak Pandu melihat Ria yang sudah hendak menyebrang. Pandu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Ria, tersambung namun tak diangkat. Hingga ketiga kalinya namun hasilnya sama. Pasti sesuatu terjadi terhadap Ria. Saat Pandu hendak kembali ke teman-temannya untuk meminta bantuan, ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk. Dilihatnya whatsappnya dan ada pesan dari Rendi paling atas.

"Ria sama gue"

Satu pesan yang langsung membuat Pandu marah.

Setelah mendapatkan pesan dari Rendi, Pandu langsung meminta teman-temannya untuk mencari Ria dan meminta Mita untuk pulang. Pandu berusaha meminta alamat keberadaan Ria saat ini tetapi Rendi kekeh tak memberikannya. Pandu hanya bisa mendatangi markas keberadaan Rendi, namun kosong. Tempat tongkrongan pun juga kosong. Pandu bingung harus berkata apa kepada Om Danu jika putrinya menghilang karena ulah temannya. Apalagi sekarang jam menunjukkan pukul sebelas malam, mau tidak mau Pandu harus mendatangi rumah Ria dan menjelaskannya.

Saat mengetuk pintu, Om Danu yang membukakan. Sangat terlihat jika Om Danu menanti kepulangan putrinya. Pandu yang bingung ingin memulai dari mana hanya bisa diam. Om Danu yang mulai merasakan gelagat mencurigakan akhirnya angkat bicara.

"Mana anak saya?" Tanyanya dengan nada datar.

Pandu diam tak menjawab.

"Sekali lagi saya tanya, mana anak saya?" Lanjut Om Danu dengan nada terdengar dingin.

"Maafkan saya, Om. Ria menghilang karena ulah teman saya." Jawab Pandu sambil menunduk.

PLAKKK.. Tamparan keras melayang di wajah Pandu. Kilatan amarah jelas terlihat di wajah Om Danu. Tak butuh waktu lama, Om Danu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang untuk dimintai bantuan. Setelah mengakhiri panggilannya, dia menatap tajam ke arah Pandu.

"Anak buah saya akan bantu cari Ria. Kalau kamu ingin mendapatkan maaf dari saya, dapatkan Ria sebelum anak buah saya yang mendapatkannya." Tutur Om Danu dan langsung masuk kedalam.

Pandu langsung menjambak kasar rambutnya. Dia tidak membayangkan jika hari ini akhirnya akan terjadi. Pandu tak tinggal diam, dia langsung pergi dari rumah Ria dan kembali mencari gadisnya.

Jam tangannya menunjukan pukul tengah dua dini hari. Pandu masih mengendarai motornya tanpa arah tujuan. Dia bingung harus mencari Ria dimana. Rendi yang dia hubungi berulang kali namun tidak pernah diangkat. Mungkin ini salah satu permainannya untuk membuat Pandu cemas dan gelisah. Jalanan yang mulai sepi membuat Pandu mengendarai santai motornya. Kebersamaannya dengan Ria yang baru terjalin namun kini harus mendapatkan masalah kembali. Hatinya gusar karena kenyataannya Ria kembali mendapatkan masalah karena dirinya.

Pagi menyapa, Pandu terbangun dari tidurnya dengan sarung masih menutupi pinggang dan kaki panjangnya. Ponselnya yang sedari tadi berdering membuatnya harus terbangung. Kantung mata terlihat jelas dimatanya. Dia mengangkat tanpa melihat nama kontak yang memanggilnya.

"Halo." Ucap Pandu.

Dia diam dengarn sorot mata tajam. Entah siapa yang menghubunginya membuatnya hanya diam dan selang beberapa menit dia mematikan telfonnya.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang