Suatu pagi di sekolah, Ria tampak berjalan santai setelah memarkirkan motornya. Mengabaikan beberapa sapaan dari murid cowok yang dia lintasi. Namun Ria tetap cuek tanpa berniat membalas atau meliriknya. Hingga akhirnya tepukan pelan dibahunya sukses membuat langkahnya terhenti. Ingin berbalik badan namun seseorang dari belakang sudah berada didepannya. Dia hanya mengulurkan sebuah paperbag yang ia bawa. Ria mengangkat kepala dan menyadari jika orang itu adalah Pandu. Ria menerimanya.
"Ini apa?" Tanyanya.
"Jaket kamu waktu di perpustakaan aku yang bawa." Jawab Pandu datar.
"Kok baru kasih hari ini?"
"Iya."
"Oh, lomba basketnya kapan?" Tanya Ria lagi, dia ingin berlama-lama dengan Pandu.
"Lusa."
"Habis weekend ya."
Pandu hanya mengangguk.
"Yang semangat ya latihannya." Lanjut Ria.
Pandu hanya mengangguk kembali dan pergi dari sana.
"Pandu.." Teriak Ria.
Pandu berhenti dan membalikkan badan menunggu Ria kembali berucap.
"Makasih buat semalam." Lanjut Ria sedikit keras hingga beberapa murid yang ada disana ikut mendengar.
Pandu hanya mengangguk dan kembali melangkah. Ria tersenyum hanya dengan melihatnya. Lalu Ria melanjutkan kembali langkahnya dan mengabaikan bisik-bisik dari beberapa murid yang ada disana.
Kali ini pelajaran berlangsung tenang di kelas XI IPA 3. Hanya diberikan tugas mengerjakan soal yang ada dipapan tulis dan bisa dikumpulkan jika sudah selesai. Ria sebenarnya sudah selesai dari awal, kemudian dia memilih tidur dengan meletakkan kepalanya di meja. Hingga gebrakan pelan membuat Ria terbangun dari tidurnya.
"Kamu fikir ini hotel. Bisa tidur seenaknya." Kata Bu Maya.
"Ruangan ada papan tulis sama meja kursi masak iya dikira hotel. Ibu pasti udah ngantuk banget nih." Balas Ria.
"Biaya sekolah disini mahal, jangan hanya digunakan untuk tiduran."
"Iya lah bu mahal, kan bayarnya pakai uang. Kali aja ibu kelebihan uang, saya siap tamping kok. Lumayan bisa buat tambah biaya saya sekolah disini." Balas Ria.
Bu Maya tak mau tambah kesal lagi menghadapi Ria.
"Tugas kamu sudah selesai?"
"Sudah bu." Ria memberikan bukunya dan diterima oleh Bu Maya.
Bu Maya dibuat terdiam melihat jawaban Ria.
"Sepuluh menit lagi kan istirahat, boleh ya saya keluar lebih awal. Kebelet Bu."
Bu Maya hanya bisa menghela nafas berat. Akhirnya dia mengangguk.
"Makasih Bu Maya, Ibu makin cantik deh." Balas Ria dan segera keluar tanpa memperhatikan suasana kelas yang dari tadi para murid memperhatikan percakapan antara guru dan muridnya.
Beberapa menit berlalu akhirnya Ria keluar dari toilet setelah buang air. Baru saja keluar dari pintu, sebuah ember berisi air langsung menyiram Ria dari atas kepala hingga ujung kaki. Sontak pemandangan itu menjadi tontonan bagi sebagian murid yang lewat karena bertepatan dengan jam istirahat. Ada yang kasihan ada pula yang menertawakannya. Ria hanya bisa diam dan masa bodo dengan hal itu. Pandu yang kebetulan melintas langsung mendekatinya. Dia hanya memperhatikan Ria dari kepala hingga ujung kaki.
"Kenapa? Kasihan? Sekalian aja ikut tertawa biar sama kayak yang lain." Kata Ria sedikit ketus.
Pandu hanya menatapnya datar. Dia hanya mengira seperti itukan pemikiran Ria.
"Jaket kamu mana?" Tanya Pandu.
"Ada dikelas." Jawab Ria sambil memalingkan muka.
Pandu langsung pergi menuju kelas Ria.
Kedatangan Pandu di kelas Ria sontak menjadi perhatian. Tanpa permisi dan langsung masuk, Pandu langsung menuju bangku Ria. Dia sudah tahu bangkunya karena kedatangan Pandu tempo hari itu. Setelah menemukan paparbag yang ternyata dimasukkan di dalam tas, dia berniat langsung keluar. Namun langkahnya terhalang oleh Siska.
"Eh Pandu. Ambil apa sih dari tasnya Ria?"
Pandu hanya diam tak menjawab, dia tahu betul gelagat cewek yang seperti ini.
"Ria kayak gitu aja kamu perhatikan, kamu gak salah pilih kan? Banyak cewek yang lebih baik dari Ria, dan aku salah satunya." Lanjut Siska.
Pandu langsung membuang muka setelah mendengarnya, tebakannya kali ini benar. Dia segera pergi dan mengabaikan panggilan dari Siska.
Pandu yang tak melihat Ria didepan toilet langsung bertanya kepada seorang murid yang baru keluar. Ternyata Ria ada didalam dan Pandu memintanya untuk memanggil Ria keluar. Setelah Ria keluar, Ria dibuat bingung dengan keberadaan Pandu.
"Ngapain kesini?"
Pandu yang tak ingin bicara langsung mengeluarkan jaket Ria. Ria tersenyum melihatnya, segera ia menerimanya dan berniat kembali ke toilet. Namun tangannya dicekal Pandu.
"Apa?" Tanya Ria heran.
Pandu memberikan paperbag yang masih dibawanya. Ria yang faham hanya menerima saja dan tersenyum sendiri. Pandu langsung pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIA LOVES PANDU
Teen FictionDisaat banyak perempuan mempunyai rasa malu untuk memendam perasaannya, namun tidak dengan Ria. Murid yang terkenal karena parasnya yang cantik namun terkesan kasar dan tak memiliki banyak teman secara terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya terh...