TIGA PULUH TIGA

123 6 0
                                    

Pandu dan Ria saat ini berada di salah satu rumah makan. Mereka menyantap nasi lengkap dengan ayam penyet dan lalapannya. Satu hal yang membuat Pandu kagum dengan Ria, Ria ternyata mempunyai pribadi yang sederhana dan tidak sungkan diajak makan di rumah makan yang sederhana ini. Mungkin dengan memperhatikan Ria makan saja sudah mampu membuat Pandu kenyang. Hingga akhirnya datang sekumpulan lelaki yang memakai seragam SMA melintasi mereka. Beberapa dari mereka tampak mencuri pandang melihat Ria yang tak menyadari kehadiran mereka. Pandu yang tidak terima langsung berdehem keras hingga membuat Ria memberhentikan makannya. Sementara para lelaki itu langsung dibuat diam karena Pandu melayangkan tatapan tajamnya. Ria yang memperhatikan Pandu sekilas mengira dia kehausan dan langsung mengambilkan air minum. Pandu meminumnya sekali teguk dan memperhatikan mereka yang masih memperhatikan Ria. Dengan kasar Pandu meletakkan gelas itu dan membuat mereka kaget karena tatapan tajam Pandu masih mengarah terhadap mereka. Ria hanya menatap bingung ke arah Pandu karena tak mengerti dengan sikap Pandu. Hal itu tak membuat Pandu selera makan. Matanya masih mengawasi mereka yang duduk tak jauh dari tempat Pandu. Namun masih saja dari mereka ada yang memperhatikan Ria dan itu membuat Pandu tidak suka.

"Kita pulang." Tutur Pandu melihat Ria yang selesai minum.

"Makanan kamu?" Tanya Ria karena melihat makanan Pandu masih utuh.

"Kita bungkus." Jawab Pandu singkat.

Ria mengangguk dan membawa piring Pandu yang masih ada makanannya ke kasir. Pandu ikut berdiri dan mengikutinya. Kali ini Pandu yang membayarnya.

"Loh,, kan aku yang traktir." Kata Ria sambil menerima kantong plastik dari si kasir.

"Aku aja yang bayar." Balas Pandu dengan mata masih melihat ke sekumpulan lelaki itu.

"Beneran? Makasih ya.." Ucap Ria sambil tersenyum manis.

Hal itu mengudang bisik-bisik dari mereka yang memuji dan mengatakan Ria manis. Meskipun pelan masih terdengar jelas di telinga Pandu. Dia sudah tidak tahan, segera dia menggenggam pergelangan tangan Ria dan membawanya pergi dari sana. Ria hanya menurut tanpa mau bertanya.

Sore harinya Ria sedang duduk diatas motor menunggu kehadiran Pandu yang sedang sholat berjamaah di masjid pinggir jalan. Satu hal yang membuat Ria kagum, sekeras-kerasnya Pandu namun dia masih ingat sholat lima waktu. Senyumnya muncul saat yang dinanti berjalan ke arahnya.

"Tambah ganteng aja calon imam." Puji Ria.

Pandu diam tak membalas

"Aku denger-denger nanti malam kamu balapan ya?" Tanya Ria.

Pandu masih diam tak menjawab.

"Kalau aku.."

" Gak." Potong Pandu cepat sebelum Ria menyelesaikan kalimatnya.

"Kenapa? Kan aku pengen nonton kamu." Kesal Ria.

"Kalau aku bilang gak ya gak." Tegas Pandu.

Ria mengangguk patuh. Pandu yang melihatnya menurut mendadak ada rasa senang yang menyelimuti hatinya. Ria pun mengajaknya pulang dan tanpa menjawab Pandu langsung menaiki motornya. Meminta Ria untuk berada didepan dan Pandu mengikutinya dari belakang.

Malam pun tiba, suara deru motor mulai memekakkan telinga para penonton. Pandu sudah menaiki kuda besinya sambil menunggu balapan itu dimulai. Inilah sisi lain Pandu dengan dunia malamnya. Motor, suara deru motor, teriakan orang dan musuh yang siap dilawan. Hampir setiap malam ada balapan yang dia terima dan berakhir dengan kemenangannya. Hingga tak jarang memunculkan banyak musuh selepas setelah balapan. Namun Pandu tak mau ambil pusing, dia hanya mencari kesenangan dengan hobinya.

Pagi di sekolah Ria sudah berada di kantin sambil menikmati bakso dan es jeruk. Dia menyantap lahan bakso tanpa memperdulikan mereka yang memperhatikannya duduk seorang diri. Hingga akhirnya makannya terhenti karena kedatangan Pandu di mejanya dan langsung duduk. Meletakkan kepalanya dimeja karena kantuk yang masih terasa.

"Mau sarapan atau mau numpang tidur Mas.." Ledek Ria.

Pandu tak memperdulikan justru memperbaiki posisi kepalanya mencari tempat ternyaman. Telinganya mulai mendengar bisik-bisik yang membahasnya duduk bersama Ria. Pandu tak memperdulikannya, begitu pula Ria. Ria yang selesai makan berniat berdiri untuk mengembalikan mangkok dan gelasnya.

"Kemana?" Tanya Pandu sambil membuka matanya.

"Mau balikin ini, bentar aja." Jawab Ria sambil menunjukkan yang dibawanya lalu pergi.

Pandu yang sudah membuka matanya mulai memperhatikan suasana sekitar. Dia sadar dirinya menjadi pusat perhatian murid perempuan. Dia langsung mengangkat malas kepalanya sambil menunggu Ria. Saat itu matanya menangkap Bayu yang berada tak jauh dari Ria bersiap untuk menjegalnya. Ria yang sebentar lagi akan melintas pasti akan terjatuh. Pandu segera bangun dan bergerak mendekat. Dugaannya benar, namun Pandu secara sigap mengangkap Ria dengan kedua tangannya agar tidak terjungkal ke lantai. Mata mereka sempat bertemu dan memandang saling diam. Namun mereka segera sadar dan Ria segera bangkit. Pandu langsung menghajar Bayu dengan sekali pukulan dan itu berhasil membuat darah keluhar dari hidungnya.

"Pandu.." Teriak Ria sambil menahannya saat Pandu ingin memukul Bayu untuk kedua kalinya.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang