DUA PULUH ENAM

124 5 1
                                    

Ria memperhatikan sekitar dan semakin banyak menyindirnya habis-habisan. Ria muak disana.

"Terserah apa yang mau kamu bilang, tapi satu hal, aku gak seperti apa yang kamu bilang. Semua kalimat yang kamu tuduhkan, bukan di aku. Kamu bilang aku murahan? Semurah apa aku sampai kamu bisa mengeluarkan kata itu dari mulut kamu."

Pandu diam tak menjawab.

"Aku akui aku suka sama kamu. Entah kalimat apa yang kamu ucapkan itu gak akan berpengaruh untuk aku. Aku akan tetap berusaha hingga kamu suka sama aku. Namun jika kenyataannya tidak, aku akan pergi jika kamu yang akan memintanya." Jelas Ria.

Semua yang ada disana mendengarnya dan ikut terdiam. Ria menghela nafas panjang dan segera pergi dari sana. Gerimis mulai turun tapi tak menggoyahkan tekad Ria. Pandu hanya diam dan kedua sahabatnya mendekatinya.

"Tega kamu Ndu." Kata Amar.

"Gak baik cowok ngomong sekasar itu sama cewek." Tambah Dani.

Pandu diam tak menjawab. Hingga seseorang gadis memberanikan diri mendekati Pandu. Semua pasang mata tertuju pada gadis berkacamata itu.

"Kak Pandu, ada sesuatu yang mau tunjukkan ke Kak Pandu. Aku harap ini akan menjadi jawaban dari tuduhan kakak dan semuanya yang ditujukan kepada Kak Ria. Ini tentang Ratri." Jelas gadis itu.

Gadis itu menunjukkan sebuah video beberapa menit. Disana dia sedang merekam beberapa tumbuhan di pekarangan sekolah untuk keperluan tugasnya. Secara tidak sengaja kameranya merekam insiden jatuhnya Ratri. Terlihat Ria sudah menjauh dari Ratri, lalu tiba-tiba seseorang mendorongnya dari belakang. Ratri jatuh ke bawah karena dorongan orang itu. Ria yang sudah menjauh kembali mendekat untuk memastikan. Ternyata Ratri sudah tergeletak dibawah. Pandu yang melihatnya hanya bisa diam. Para murid bergantian melihatnya. Amar dan Dani juga sudah menduga jika bukan Ria pelakunya. Hingga akhirnya Pandu pergi dari sana dan mengabaikan panggilan dari sahabat-sahabatnya.

Sesampai di parkiran motor Ria sudah tidak ada. Gerimis mulai berjatuhan dan membuat Pandu semakin merasa bersalah karena mencemaskan Ria. Dia menelfon Ria namun tak ada jawaban. Segera Pandu pergi dari sana dan berniat ke rumah Ria.

Hujan yang masih rintik-rintik membuat Ria berhenti di salah satu minimarket. Dia masuk kedalam untuk membeli beberapa camilan. Saat dia keluar, pandangannya langsung tertuju kepada seorang anak yang berjalan ke tengah jalan karena mengambil mainannnya yang jatuh. Teriakan ibunya tak didengarnya, bahkan anak itu tak melihat kendaraan sekitarnya. Hingga akhirnya sebuah mobil dengan kecepatan sedang mendekati anak itu. Ria langsung melepasnkan kantong belanjaannya dan berjalan menghampiri anak itu. Dalam sekali tarikan anak itu berhasil didapat dan mendorongnya ke tepi jalan. Namun sayang, dirinya tertabrak mobil itu hingga kepalanya membentur aspal.

Pandu sudah ada didepan pintu rumah Ria, dia mengetuk berulang kali. Hingga akhirnya keluar seorang lelaki yang ia jumpai tadi malam bersama Ria.

"Ada perlu apa?" Tanyanya.

"Ria ada?" Tanya Pandu balik.

"Dia belum pulang, mungkin ada yang mau disampaikan. Saya Alfa, kakaknya." Ucap lelaki itu.

Pandu terdiam, tidak menyangka lelaki itu adalah kakak dari Ria. Perasaan bersalah semakin membuatnya kacau, dia hanya bisa menjambak rambutnya sendiri. Membuat Alfa memandangnya heran. Pandu segera pergi tanpa pamit. Sementara Alfa langsung masuk ke rumah.

Pandu mengenderai motornya dengan lumayan cepat. Dia dibuat bersalah dan mencemaskan dimana Ria. Kesalahan demi kesalahan terus berputar di otaknya dan membuat Pandu kesal dengan dirinya sendiri. Hingga akhirnya segerombolan orang dipinggir jalan membuatnya harus menghentikan laju motornya. Terdengar samar ada yang mengatakan jika ada murid sekolah menjadi korban tabrak lari karena menyelamatkan seorang anak, apalagi korban itu adalah perempuan. Pandu segera turun dari motornya dan mendekati mereka. Langsung menerobos masuk untuk memastikan siapa korbannya. Matanya tercengat melihat Ria ada disana dengan darah segar mengalir dari kepalanya. Ria yang belum sepenuhnya pingsan menyadari kehadiran disana. Pandu segera mendekat dan memangku kepala Ria.

"Pandu.." Panggil Ria pelan.

"Bertahan ya." Kata Pandu sambil mengeluarkan ponselnya.

Namun sayang, saat Pandu belum melakukan panggilan untuk menghubungi ambulans Ria sudah pingsan. Pandu mecoba menggoyang-goyangkan bahu Ria namun tak berhasil.

"Ya, bangun Ya. Ria.." Ucapnya berungkali.

Pandu terlihat kacau disana, orang sekitar hanya memandangnya prihatin. Terlihat jelas jika ada rasa kesedihan pada diri Pandu saat mengetahui Ria tidak sadarkan diri.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang