Pandu mulai memainkan bola basket itu, mendrible dengan lihainya seakan unjuk kemampuan didepan Ria. Awalnya Ria mulai memperhatikannya, namun lama kelamaan dibuat bosan karena dia terlalu lama mainnya. Ria memberanikan diri mendekat mencoba mengambil bolanya.
"Mana bolanya." Kata Ria sambil berusaha meraih bola yang dimainkan Pandu.
Pandu tetap diam sambil memutar sesekali untuk menghindari dari Ria.
"Itu bola cuma satu ya, yang lain udah dibawa ke gudang. Nanti aku sendiri yang mengembalikan ke gudang." Kesal Ria namun tetap berusaha mengambilnya.
Pandu berhenti memainkan bolanya.
"Kita main sebentar, siapa yang menang harus ditraktir makan di warung pinggir jalan." Kata Pandu dengan nada menantang.
"Ya menangan kamu lah." Balas Ria tak terima.
"Dimulai dari sekarang." Kata Pandu dan mulai menembak ke ring dan berhasil.
Pandu tersenyum puas sambil melihat kea rah Ria. Ria yang melihatnya hanya kesal dan langsung mengambil bola itu lalu mendriblenya pelan. Namun Pandu langsung merebut dan menembakkan kembali. Bola itu selalu masuk. Ria kembali mengambilnya. Saat Pandu terlihat ingin mengambilnya, Ria membawanya memutar lapangan basket demi menghindar dari Pandu. Pandu yang melihatnya di buat gemas. Ria melakukan lemparan dari jarak yang cukup jauh namun akhirnya berhasil masuk. Pandu dibuat heran melihatnya.
"Yes yes yes." Ucap Ria seperti anak kecil.
Pandu hanya tersenyum kecil melihatnya. Tak butuh waktu lama Pandu segera membalasnya dan berhasil memasukkan bola ke ring. Ria tak tinggal diam dan terus memainkan bola itu. Mereka asyik merebut bola satu sama lain. Ria terkadang kesal karena setiap merebut bola Pandu selalu mengangkatnya ke atas dan Ria tak bisa menjangkaunya. Tanpa mereka sadari bel istirahat sudah berbunyi dan mereka yang masih asyik bermain menjadi pusat perhatian dari beberapa siswa yang melintas. Mereka tetap bermain hingga akhirnya Ria menyerah.
"Udah aku capek." Ucapnya sambil duduk dan membujurkan kedua kakinya.
Pandu berhenti memainkan bola dan hanya berdiri didepan Ria.
"Aku yang menang. Aku tunggu pulang sekolah." Kata Pandu lalu pergi dari sana setelah menaruh bola basket.
Ria kesal sendiri melihatnya. Dia segera bangkit dan pergi dari sana.
Sesampainya digudang, Ria langsung menaruh bola itu dirak yang dikhususkan untuk tempat bola basket. Ria langsung menuju pintu dan hendak keluar. Namun keanehan terasa saat pintu gudang tertutup. Dia merasa membiarkan pintu terbuka saat dia masuk, namun kali ini pintunya tertutup. Ria menarik gagang pintu itu namun tidak terbuka. Dia merasa dikunci dari luar. Dia menggedor pintu itu dan berteriak meminta tolong berulang kali namun tidak ada jawaban.
Waktunya pulang sekolah, Pandu sudah berdiri didepan kelasnya. Menunggu Ria yang sebentar lagi akan melintasi kelasnya. Menit berlalu namun yang ditunggu tak kunjung datang. Pandu berjalan ke kelas Ria. Hanya ada beberapa murid disana dan tas Ria masih disana. Pandu memasuki kelas itu dan menanyakan keberadaan Ria namun tak seorang pun tahu. Dengan perasaan kesalnya dia keluar dari sana. Dalam langkahnya dia teringat terakhir kali dia bertemu dengan Ria di lapangan basket. Tanpa fikir panjang Pandu langsung pergi ke gudang untuk memastikan keberadaan Ria.
Sementara di gudang, Ria sudah pasrah dengan keadaannya saat ini. Jikapun harus keluar besok tak masalah baginya. Hanya saja ia takut maagnya akan kambuh. Seragam olahraganya masih melekat ditubuhnya. Dia duduk bersandar dinding karena merasa lelah berteriak dan tak ada jawaban dari luar.
"Ria.." Panggil seseorang yang membuat Ria berdiri dari duduknya.
"Pandu.. aku didalam.." Teriaknya dari dalam dan mengenal betul jika itu suara Pandu.
Pandu mendobrak dari luar dan Ria segera menyingkir dari pintu gudang. Tak butuh waktu lama pintu terbuka dan munculah Pandu dari balik pintu itu.
"Kenapa bisa terkurung disini?" Tanyanya langsung.
"Aku gak tahu." Jawab Ria jujur.
Pandu masih diam dan ingin mendengar jawaban yang lebih dengan tatapan dinginnya.
"Aku beneran gak tahu Ndu." Lanjut Ria sambil mengalihkan pandangannya.
Pandu langsung menarik Ria pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIA LOVES PANDU
Ficção AdolescenteDisaat banyak perempuan mempunyai rasa malu untuk memendam perasaannya, namun tidak dengan Ria. Murid yang terkenal karena parasnya yang cantik namun terkesan kasar dan tak memiliki banyak teman secara terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya terh...