EMPAT PULUH EMPAT

103 8 0
                                    

Pulang sekolah, Ria mengendarai motor maticnya dengan santai. Tidak terburu-buru karena suasana siang menjelang sore itu lumayan ramai. Saat sudah berbelok menuju arah rumahnya, dia dikejutkan dengan keberadaan Pandu yang sedang berkelahi dengan seorang lelaki. Entah masalah apa diantara mereka tetapi Pandu lebih sering memberikan pukulan kepada lelaki itu hingga jatuh tersungkur. Ria segera turun dari motornya dan melerai meraka.

"Cukup.." Teriak Ria berusaha berada ditengah mereka.

Pandu terhenti seketika saat melihat keberadaan Ria.

"Pergi lo, kali ini elo selamat." Gertak Pandu kepada lelaki itu.

Lelaki itu segera bangkit dan pergi dengan motornya.

"Ada masalah apa kamu sama dia?" Tanya Ria.

"Bukan apa-apa." Jawab Pandu singkat.

Semarah-marahnya Ria terhadap Pandu namun Ria masih peduli kepadanya. Terlihat Ria menatap prihatin beberapa luka di wajah Pandu.

"Sakit gak?"

Pandu diam tak menjawab. Ria dibuat sabar dengannya. Saat Ria berniat peduli terhadapnya justru pertanyaannya tidak dijawab. Tanpa buang waktu Ria pergi tanpa sepatah kata. Pandu yang melihatnya dibuat terkejut karena Ria pergi tanpa kata . hal itu membuat Pandu kembali kesal dan bersalah karena mendiamkan Ria.

Malam harinya, Ria berniat mencari makan di warung tenda di pinggir jalan. Suasana malam selalu membuat candu bagi Ria. Apalagi makan sambil memperhatikan lalu lalang kendaraan memberikan kedamaian tersendiri untuk Ria. Saat ini Ria sudah berhenti dipinggir jalan dan sudah memesan ayam penyet. Saat makanan sudah datang, baru saja Ria akan memakannya dengan tangan pandangannya menangkap motor Pandu yang berdampingan dengan seseorang dan saling teriak satu sama lain. Ria yang penasaran akhirnya memutuskan membungkusnya dan segera mengikuti Pandu. Meskipun Ria berusaha menjauh dari Pandu, namun rasa pedulinya masih ada.

Pandu dan lelaki itu yang ternyata adalah Bayu berhenti dipinggir jalan. Bayu tampak memanas-masanasi Pandu hingga Pandu terpancing. Entah apa yang mereka bicarakan akhirnya membuat Pandu melayangkan pukulan dan tepat mengenai sudut bibir Bayu. Ria yang baru datang langsung dibuat terkejut karena kembali melihat Pandu berkelahi. Ria menghampiri mereka dan segera berdiri ditengah-tengan keduanya saat Pandu ingin menghajar Bayu lagi.

"Stop..." Teriak Ria dengan merentangkan kedua tangannya hingga ada jarak diantara Pandu & Bayu.

Tangan Pandu terlihat mengudara karena hampir saja menyentuh pipi Ria.

"Gak capek apa kerjaannya berantem terus." Keluh Ria.

"Tanya aja sama Pandu." Kata Bayu dengan senyum sinisnya.

Ria menatap Pandu meminta penjelasan, namun yang dijawab malah membuang muka.

"Kalau elo deket sama dia harus ekstra sabar dan banyak fikiran, lihat aja kelakuannya kayak gimana. Kalau elo sama gue dari dulu, udah gue jamin elo pasti tenang dan gak banyak fikiran." Jelas Bayu.

Hal itu mengudang Pandu kembali emosi. Pandu berniat menghajar Bayu namun tangannya dicekal Ria. Mau tak mau Pandu harus mengalah. Bayu yang melihatnya tersenyum jahat. Tak lama Bayu memilih pergi dari sana meninggalkan mereka berdua.

"Bisa gak sih gak usah berantem." Pinta Ria dengan masih mencekal tangan Pandu.

Pandu tak menjawab.

"Asal kamu tahu, sejauh apapun aku menghindar dari kamu, aku masih peduli sama kamu." Lanjutnya.

Pandu hanya bisa menatap Ria tanpa berkata.

"Aku gak suka lihat kamu kayak gini. Apalagi sampai melukai diri kamu sendiri."

"Kalau gak suka gak usah ikut campur. Gue yang dulunya udah tobat jadi kayak gini lagi gara-gara elo." Kata Pandu sambil menarik kasar tangannya.

"Aku?" Tanya Ria bingung.

"Iya. Pertama, gue menghindar dari elo karena gue gak mau elo kenapa-kenapa lagi disekolah dan itu gara-gara gue. Yang kedua, gue fikir setelah gue menghindar dari elo, elo akan baik-baik aja. Ternyata salah. Rendi dan teman-temannya manas-manasin gue untuk buat elo celaka karena dendam mereka sama gue. Elo fikir jadi gue mudah? Enggak Ya." Jelas Pandu marah mengeluarkan masalahnya.

Ria terdiam mendengarnya.

"Sekarang gue tanya, elo bisa gak sih kasih gue saran supaya gue gak kefikiran ancaman mereka dan gak kefikiran elo lagi?" Lanjut Pandu.

"Jika emang sesuatu terjadi sama aku, abaikan saja. Toh aku bukan siapa-siapa kamu. Kamu kan yang memintaku untuk pergi dan menghindar, jadi kenapa kamu harus memikirkan aku. Jadi jangan sok peduli lagi sama aku." Tegas Ria meskipun hatinya merasa sakit.

"Sikap lo yang kayak gini justru membuat gue semakin sakit." Balas Pandu dengan nada rendahnya.

"Kenapa?" Tanya Ria bingung karena sikap Pandu yang berubah-ubah.

"Memang mulut gue yang meminta elo untuk menjauh, tapi di sisi lain enggak. Gue gak bisa lihat elo jauh dari gue, apalagi lihat elo bersama lelaki lain. Saat gue ada didekat elo, elo berusaha tegar dengan kalimat yang elo ucapkan. Padahal gue tahu, elo tersakiti karena permintaan gue. Gue minta maaf."

Ria tak bisa membendung air matanya mengalir tanpa isakan. Entah kenapa hatinya tersentuh mendengarnya. Pandu yang tak banyak bicara, namun malam ini dia berbicara untuk menjelaskan semua beban yang dia rasakan setelah meminta Ria untuk menjauh. Pandu hanya bisa menatap dalam Ria, berharap kata maafnya bisa diterima.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang