Sudah hari ke sepuluh Ria dirawat, siang ini teman sekelasnya datang berkunjung. Ria pun tampak tertawa karena salah satu diantara mereka ada yang membuat lelucon. Sementara Pandu yang sudah ada disana sebelum kedatangan mereka hanya diam menyaksikan pemandangan yang ada didepannya. Dia memilih duduk di sofa dan membiarkan Ria berinteraksi bersama temannya. Bahkan Pandu tak ada niatan untuk pergi dari ruangan itu. Secara tidak langsung Pandu ingin menunjukkan kepada mereka yang hadir jika Ria adalah seseorang yang penting dalam hidupnya. Bahkan Bagas yang menawarinya buah hanya Pandu balas dengan anggukan dan senyum kecil.
Sore harinya suasana ruangan itu sudah sepi. Ria hanya diam sambil menonton acara TV dengan Pandu yang duduk di sofa. Merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaannya, dia bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Ria. Ria yang sadar dengan keberadaan Pandu disampingnya langsung menolehkan kepala.
"Ada apa?" Tanya Ria dengan senyum kecilnya.
"Entah kapan perasaan ini mulai tumbuh, yang jelas aku gak bisa lihat kamu terluka. Aku merasa harus bisa melindungi kamu dan memastikan kamu gak kenapa-napa. Aku ingat dari awal kamu yang berjuang sendirian, berusaha untuk mendekati aku dan membuat aku suka sama kamu."
Ria mengangguk membenarkan.
"Hingga akhirnya usaha kamu yang berjuang sendirian itu membuat aku tersadar. Kamu sosok penting dalam hidup aku, sabar menghadapi aku dengan kekeras kepala aku dan rela mengorbankan dirimu demi aku. kehilangan kamu membuat aku jatuh dan serapuh-rapuhnya. Hari ini aku mau bilang kalau aku suka dan sayang sama kamu. "
Pernyataan itu Ria bahagia, akhirnya perjuangannya membuahkan hasil. Lelaki yang ia sukai membalas perasaannya.
"Aku harap, kamu gak akan ninggalin aku untuk ketiga kalinya." Pinta Pandu.
"Tiga kalinya? Perasaan aku baru kali ini separah ini. Harusnya kan kedua kalinya." Tanya Ria bingung.
Pandu menyentil pelan dahi Ria sehingga membuat sang punya mengaduh kesakitan.
"Pertama, kamu masuk rumah sakit karena menolong anak kecil. Kedua, kamu masuk rumah sakit karena menolong aku. Aku harap cuma itu saja dan semoga tidak akan ada yang ketiga kalinya." Jelasnya.
Ria mengangguk mantap.
"Terima kasih." Ucap Ria.
"Untuk?" Tanya Pandu bingung.
"Karena kamu udah balas perasaan aku. Aku akan pastikan ke kamu kalau perasaanku ini bukan hanya sekedar suka, tapi juga cinta." Jawab Ria dengan tersenyum.
Pandu mengangguk sambil menanggapi. Ria yang melihatnya membuat senyumnya pudar.
"Mulai deh ke mode irit bicaranya." Lanjut Ria jutek.
Pandu hanya tersenyum kecil mendengarnya. Entah kenapa melihat ekspresi Ria membuatnya terlihat lucu. Jika saja Ria tahu, Pandu merasa senang bukan main akhirnya Ria juga merasakan cinta kepadanya.
Hari sudah berganti, kali ini Ria sudah pulang sejak beberapa hari yang lalu. Kondisinya pun membaik. Sore ini dia sedang menunggu seseorang yang akan datang menjemputnya. Seperti biasanya, Ria berpakaian kaos dengan celana kainnya. Menit berlalu hingga akhirnya sebuah mobil Toyota Chamry hitam memasuki rumahnya. Ria yang tadinya duduk langsung berdiri dan mengernyit heran dengan tamunya sore ini. Pasalnya dia baru melihatnya sore ini. Saat pintu kemudi terbuka, barulah di dikagetkan dengan lelaki yang baru turun dan berjalan menghampirinya.
"Pandu." Sapanya.
Yang dipanggil hanya diam dan tersenyum.
"Mobil siapa yang kamu bawa?"
Senyumnya luntur tak kala mendengar pertanyaan dari Ria. Bukannya menanyakan tentang dirinya melainkan mobil yang ia bawa.
"Mobil dealer gue pinjem bentar." Jawab Pandu.
"Oh."
"Oh doank?" Kesal Pandu.
"Terus?"
Sungguh Pandu kesal dengan Ria saat ini.
"Mobil aku Ria, kan aku mau ajak kamu jalan. Sekali-kali naik mobil gak papa kan." Jelas Pandu dengan senyum yang dibuat-buat.
Ria tersenyum mendengarnya. Mengenal Pandu lebih jauh ternyata ada sikap lain dari Pandu yang baru ia ketahui dan itu membuat Ria bersyukur.
"Jalan sekarang apa nanti?" Tanya Ria.
"Tahun depan." Jawab Pandu asal lagi.
Ria kembali tersenyum, akhirnya dia melangkah terlebih dahulu ke mobil Pandu.
Diperjalanan mereka tampak bercerita satu sama lain. Meskipun Ria yang selalu aktif bercerita, namun dengan senang hati Pandu menanggapinya. Saat dilanda kemacetan, Ria hanya mengeluh dan terlihat gemas didepan Pandu. Pandu tertawa kecil melihatnya. Tanpa berfikir panjang, Pandu mengabadikan momen tersebut tanpa sepengetahuan Ria. Melihat Ria yang terdiam dan tanpa bicara, Pandu meminjamkan ponselnya agar menghilangkan rasa bosannya. Ria yang tak tahu main game terlihat kaku memainkan salah satu game ternama di ponsel Pandu. Pandu kembali tertawa melihatnya dan Ria justru semakin kesal.
Tibalan mereka disalah satu mall perbelanjaan. Mereka berjalan berdampingan dengan Pandu mengikuti kemana pun langkah kaki Ria berjalan. Diajak memasuki beberapa toko baju, namun Ria hanya melihat-lihat saja. Begitu pula saat memasuki toko tas dan baju, hanya berjalan mengitari tanpa niatan membeli. Pandu dibuat heran melihatnya. Hingga akhirnya mereka duduk disalah satu kursi dengan ditemani minuman dingin sambil melihat keramaian pengunjung mall.
Dilain tempat, Ria sudah duduk di tangga masjid. Dia menunggu Pandu yang belum terlihat selepas sholat maghrib. Tak berselang lama, yang dinanti pun datang dan berdiri didepan Ria.
"Masyaallah, tampan sekali calon imam aku." Puji Ria dengan tersenyum
Pandu hanya senyum kecil menanggapinya.
"Tiap hari diimamin sama kamu pasti gak ada bosan-bosannya." Lanjut Ria.
"Masih lama, tunggu aja." Jawab Pandu santai sambil berjalan ke mobilnya.
Berbeda dengan Ria, wajahnya berbinar tak kala mendengarnya. Dengan semangat Ria berdiri dan melangkah ke mobil Pandu dengan senyum yang masih terukir.
Kali ini Pandu membawanya ke salah satu taman di Bekasi yang selalu ramai di malam harinya. Saat Pandu menawarinya makanan, Ria minta dibelikan ayam penyet dan es jeruk. Pandu pun menemukan penjualnya dan segera memesan 2 porsi. Sembari menunggu, Pandu mengajaknya menikmati pemandangan taman itu sambil berdiri.
"Suka ?"
"Banget." Jawab Ria singkat dengan tersenyum.
Kali ini Pandu memandang Ria dalam diam, Ria yang sadar akhirnya memandang balik Pandu balik.
"Maaf atas semuanya, dan terima kasih karena kamu hadir dalam hidupku serta menerima kekuranganku."
Ria pun menggenggam tangan Pandu.
"Buat apa minta maaf, kamu gak ada salah sama aku. Buat apa berterima kasih, jika memang udah jalan-Nya kita pasti dipertemukan dan aku selalu menerimamu dengan baik." Kata Ria.
"Aku gak pernah merasakan ini sebelumnya. Jadi aku mohon, jangan tinggalin aku." Pinta Pandu serius.
"Apaan sih, lebay." Ria melepas genggemannya dan beralih memandang ke depan.
"Aku serius."
"Insyaallah ya, calon imam." Balas Ria dengan tersenyum.
Mereka pun kembali memandang ke depan, hingga akhirnya pesanan mereka jadi. Mereka menyantap bersama pesanan mereka dengan duduk di tikar. Hal yang menjadi favorit Ria dan Pandu tahu itu. Tak lupa saling bercerita satu sama lain meskipun kalian tahu pasti Ria yang sering membuka obrolan.
"Ketahuilah aku semampu kamu tahu. Karena tanpa kamu ingin tahu tentang aku, biarkan aku yang selalu ingin tahu tentang kamu. Biarkan aku yang berjuang, dengan caraku untuk menunjukan rasa peduliku terhadap kamu yang aku sayang."
Ucap Pandu dalam hati sambil sesekali memperhatikan Ria yang menikmati keramaian malam ditaman itu.
*TAMAT*
KAMU SEDANG MEMBACA
RIA LOVES PANDU
Teen FictionDisaat banyak perempuan mempunyai rasa malu untuk memendam perasaannya, namun tidak dengan Ria. Murid yang terkenal karena parasnya yang cantik namun terkesan kasar dan tak memiliki banyak teman secara terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya terh...