Kelas XI IPA 2 tampak ramai karena guru berhalangan hadir. Mereka hanya mendapat tugas merangkum bab selanjutnya dan dikumpulkan hari ini. Setelah selesai mengerjakan, sebagian dari mereka duduk bergerombol dan berbincang-bincang. Begitu pun dengan Pandu dan teman-temannya.
"Lomba minggu depan aman kan, Ndu?" Tanya Amar, teman dekatnya.
"Iya." Jawab Pandu singkat.
"Soal Bayu yang kamu keluarkan kemarin, kamu gak mau fikir ulang?" Tanya Amar lagi.
"Gak."
"Bayu kamu keluarkan bukan karena Ria kan, Ndu?" Tanya Dani dengan senyum jailnya.
Pandu tak menanggapi, dia hanya memutar bola matanya dengan malas. Bosan dengan suasana kelas, dia memilih keluar kelas sendirian. Amar dan Dani yang sudah hafal betul kemana sahabatnya pergi saat jam kosong hanya membiarkannya tanpa mau mengejar.
Merasa haus, Pandu mampir ke kantin terlebih dahulu. Tak sengaja matanya menangkap Bayu dan kawan-kawannya sedang nongkrong di kantin. Pandu segera menuju meja kasir setelah mendapat minuman yang ia cari. Sambil menunggu kembaliannya, telinganya mendengar apa yang diperbincangkan Bayu dengan teman-temannya.
"Tangan lo kenapa? Kok kayak ada luka gitu?" Tanya seorang dari mereka.
"Biasalah, habis berulah kemarin." Jawab Bayu sengaja mengeraskan suaranya.
"Berulah gimana?" Tanya murid itu tak puas dengan jawaban Bayu.
"Gue berulah karena dia banyak tingkah." Jelas Bayu sambil tersenyum jahat kepada Pandu yang ternyata memperhatikannya.
Teman-temannya masih kurang mengerti maksudnya. Entah kenapa mendengar kalimat itu dan mendapatkan tatapan serta senyum dari Bayu membuat hati Pandu tak nyaman. Segera ia pergi dari sana setelah mendapatkan uang kembaliannya.
Entah kenapa langkah Pandu membawanya ke kelas XI IPA 3. Dia berniat melihat Ria dari kaca jendela. Baru saja matanya menangkap keberadaan Ria, Pandu harus mendengar guru pengajar disana memarahi Ria.
"Kamu tahu kan saat pelajaran berlangsung dilarang mengenakan jaket." Kata guru itu sedikit membentak.
"Tau, Bu." Jawab Ria dengan malas.
"Kalau sudah tahu kenapa tidak segera dilepas."
"Lagi enak dipakai Bu, gak mau dilepas." Jawab Ria asal.
"Ria.." Kesal guru itu.
"Iya, saya Bu."
Guru itu terus saja memarahi Ria dan membuat Pandu akhirnya pergi dari sana.
Setelah dimarahi habis-habisan oleh gurunya, Ria diminta keluar kelas. Dengan senang hati dia melakukannya. Kali ini kakinya membawanya ke perpustakaan sekolah. Tidur disana sepertinya lebih baik dari pada berada di kantin.
Perpustakaan terlihat sepi. Bahkan guru penjaga tidak ada disana. Selama Ria memandang ruangan itu, tak terlihat siapapun disana. Dia berjalan menyusuri rak buku untuk mengambil beberapa buku tebal sebagai bantal. Baru saja memilah-milah, terdengar suara derap langkah memasuki perpustakaan. Ria tak mau ambil pusing dan tetap melanjutkan aktifitasnya. Hingga akhirnya sebuah tangan mencekal pergelangan kirinya.
"Awwww.." Rintih Ria pelan.
Dilihatnya kesamping siapa pemilik tangan itu. Matanya membulat saat mengetahui ternyata itu Bayu.
"Lepasin gak.." Kata Ria sedikit membentak.
"Kalau aku gak mau?" Bayu menantang.
"Aku bakal teriak." Jawab Ria setelah berhasil menarik tangannya.
"Silahkan.. Perpustakaan sepi Ria."
Ria memilih pergi dari sana, namun baru beberapa langkah tangan kiri Ria kembali ditarik Bayu. Sontak tangan kanan Ria memegang beberapa buku disana agar tidak tertarik. Namun sayang tarikan Bayu kuat hingga buku yang ia pegang berjatuhan.
"Lepas gak.." Ria mulai kesal.
Bayu justru tersenyum melihatnya.
"Kalau aku bilang lepas ya lepas." Kata Ria sedikit teriak.
"Kalau aku gak mau?" Balas Bayu.
"Lepas.." Sebuah suara yang terdengar dingin menginterupsi Bayu untuk melepaskan cekalannya.
Bayu yang sudah mengenal siapa pemilik suara itu hanya bisa tersenyum sendiri.
"Pahlawannya datang.. Sampai jumpa di lain kesempatan." Tutur Bayu dan pergi dari sana sambil melewati Ria.
Barulah Ria tahu siapa lelaki yang berhasil membuat Bayu pergi dari sana.
"Pandu.." Panggil Ria sedikit tersenyum.
"Lepas." Kata Pandu mengabaikan panggilan Ria.
"Apanya?" Tanya Ria tak mengerti.
Pandu yang tak ingin banyak bicara langsung melepas jaket Ria. Ria hanya kebingungan dengan sikap Pandu. Setelah jaketnya berada ditangan Pandu, barulah Ria mengerti.
"Kenapa?" Tanya Pandu dengan memperhatikan pergelangan tangan kiri Ria yang membiru.
"Bukan apa-apa." Jawab Ria sambil membuang muka.
"Bayu." Kata Pandu.
Ria yang mendengarnya cukup terkejuat dan spontan matanya menatap lawan bicaranya. Ria hanya diam tak mau berbicara. Pandu yang melihatnya langsung memegang pergelangan tangan Ria.
"Udah di obati?" Tanya Pandu.
"Udah kok. Makasih ya.." Kata Ria.
"Buat?"
"Udah nolongin aku dari Bayu." Ucap Ria tulus.
Pandu hanya diam tak menjawab. Mereka saling tatap dan hanyut oleh fikiran masing-masing.
"Kayaknya aku harus pergi. Karena situasi kayak gini gak bagus buat jantung aku."
Ria tersadar lebih awal dan segera pergi dari sana meninggalkan Pandu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIA LOVES PANDU
Novela JuvenilDisaat banyak perempuan mempunyai rasa malu untuk memendam perasaannya, namun tidak dengan Ria. Murid yang terkenal karena parasnya yang cantik namun terkesan kasar dan tak memiliki banyak teman secara terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya terh...