EMPAT PULUH

111 6 0
                                    

Disinilah Ria sekarang, berdiri bersama beberapa penonton yang akan menyaksikan balapan motor. Ria tampak antusias karena yang akan balapan Pandu. Ria tak henti-hentinya memberikan semangat dan Pandu melihatnya dengan senyum kecilnya. Sungguh sederhana untuk membuat Ria bahagia. Tak lama balapan pun dimulai. Seorang gadis dengan memegang kain kecil berdiri di tengah Pandu dan lawannya. Saat hitungan selesai dan gadis itu menjatuhkan kainnya, Pandu segera melaju dengan kuda hitamnya. Dia berada didepan dengan jarak yang cukup jauh dari lawannya yang tertinggal dibelakang. Tikungan pun dilewati Pandu dengan baik. Tak butuh waktu lama Pandu menyelesaikan balapannya dan semakin membuktikan jika dirinya adalah pembalap yang tak mudah dikalahkan di balapan yang seperti ini. Amar dan Dani yang menghampirinya langsung memberikan semangat. Pandu yang melihat Ria ikut senang langsung melambaikan tangannya dan memintanya mendekat. Ria pun mendekat dan mengucapkan selamat kepada Pandu. Melihat senyum Ria membawa kebahagiaan tersendiri untuk Pandu. Ria, Amar dan Dani terlihat membahas kemenangan Pandu sementara Pandu hanya diam dan terus memperhatikan Ria yang tampak senang berbincang dengan kedua sahabatnya.

Hari ini adalah hari libur, Ria datang ke rumah Pandu karena permintaan papa Pandu yang kebetulan sedang pulang. Disana sudah ada Bi Inah yang mempersilahkannya masuk dan membawanya ke taman belakang. Sudah ada Om Rahmad yang duduk santai sambil meminum teh.

"Pagi Om." Sapa Ria dengan senyum hangatnya.

"Ria, ayo duduk." Balasnya tak kalah hangat.

Ria dengan senang hati duduk dikursi kosong yang ada disana. Pembicaraan pun dimulai, mulai dari yang serius hingga obrolan santai. Nampak Ria bercerita sesuatu dan berhasil membuat Om Rahmad tertawa kecil. Bahkan Om Rahmad tak jarang menimpalinya dengan hal lucu dan membuat Ria tertawa. Kali ini Om Rahmad sudah menerima kehadiran Ria yang berada di kehidupannya putranya.

"Pandu belum bangun Om?" Tanya Ria.

"Belum, hari libur seperti ini biasanya selesai subuh dia tidur kembali. Cek saja dikamarnya." Jawabnya.

"Boleh?" Tanya Ria.

"Boleh aja, tapi jangan macam-macam ya." Jawab Om Rahmad sambil tersenyum usil.

"Apa sih Om, ya enggak lah." Balas Ria lalu pergi dari sana.

Om Rahmad yang melihat Ria tampak malu-malu hanya tersenyum kecil.

Dikamar Pandu, Ria membuka pintu kamarnya dan membiarkannya terbuka. Tirai kamar masih tertutup rapi saat jam sudah pukul delapan lebih. Ria menariknya dan membuat Pandu menggeliat kecil. Setelah cahanya masuk, Ria melihat sajadah dan sarung yang masih berada diatas lantai belum dirapikan. Ria mengambilnya dan melipat sajadah serta sarung itu dan menempatkannya di sofa. Ria membangunkan Pandu dengan memanggil namanya untuk bangun namun yang dipanggil tak kunjung bangun. Ria kesal sendiri melihatnya. Belum ada niatan untuk membangunkan Pandu lagi, Ria memilih untuk melihat-lihat kamar Pandu. Disalah satu sudut kamar ada meja belajar yang lengkap dengan buku yang berjejer rapi. Namun ada deretan miniatur motor yang di letakan di bagian atas. Cukup banyak dan membuat Ria betah mengamati satu per satu miniature itu. Dirasa puas dan berbalik badan, Ria dikagetkan dengan keberadaan Pandu yang sudah sejak tadi ada dibelakangnya dan memperhatikan Ria yang mengamati miniatur motornya. Ria dibuat kaget sekaligus tersenyum sendiri karena melihat Pandu baru bangun tidur dengan tampilan rambut yang acak-acakan. Hal itu justru menambah kadar ketampanan Pandu.

"Ngapain?" Tanya Pandu.

Ria hanya menggeleng dengan masih tersenyum.

"Senyum-senyum gak jelas, aneh." Lanjut Pandu.

"Belum mandi kan, sana mandi dulu." Perintah Ria.

Pandu hanya mengkerutkan dahinya.

"Belum mandi aja udah ganteng, kalau mandi pasti tambah ganteng. Aku tunggu dibawah." Lanjut Ria diakhiri mengedipkan mata kirinya dan segera pergi dari sana.

Pandu hanya dibuat tersenyum dengan tingkah Ria pagi ini.

Saat di tangga, Pandu melihat kebersamaan papanya dengan Ria. Hal itu membuat Pandu tersenyum kecil. Setidaknya kedekatannya dengan seorang gadis tidak dilarang oleh papanya. Dia berjalan pelan menghampiri mereka. Pandu yang masih bingung ingin berkata apa saat bersama papanya hanya berdehem saja.

"Eh Pandu, Ria sudah tunggu kamu dari tadi. Kalian sarapan dulu ya. Papa pergi dulu ada urusan." Pamit papanya.

Pandu mengangguk dan Om Rahmad pergi dari sana. Pandu langsung mengambil tempat duduk yang diduduki papanya tadi.

"Masak iya pagi begini gak mau menyapa papanya?" Kata Ria.

Pandu tak menjawab.

"Serenggang apapun hubungan kamu sama papamu, tapi dia orangtua kamu. Oma udah meninggal dan hanya beliau yang kamu punya. Terima kehadiran papa kamu dan jangan menjaga jarak. Ingat, penyesalan datangnya diakhir. Melihat kamu sejauh ini dengan papa kamu, pasti almarhumah mama dan oma kamu sedih. Kamu gak mau kan saat papa kamu gak ada dan hubungan kamu dengan beliau masih menjauh. " Nasehat Ria.

Pandu diam dan mencerna kalimat Ria. Pandu tersenyum mengiyakan.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang