EMPAT PULUH DELAPAN

144 10 0
                                    

"Jangan bawa-bawa nyokap gue." Tegas Pandu.

Rendi langsung mengkode Bayu dengan kedipan matanya untuk berbuat sesuatu. Pandu yang tak sadar hanya bisa menatap tajam ke arah Rendi. Sementara Ria yang masih berusaha melepas ikatannya sambil mengamati keadaan sekitar dibuat kaget karena melihat Bayu berjalan mendekat ke arah Pandu dengan tongkat besinya. Ria segera mempercepat memotong tali ikatan itu. Setelah terlepas, Ria segera berlari ke arah Pandu karena Bayu sudah berada tepat di belakang Pandu sambil mengayunkan tongkat besinya.

"Pandu awas..." Teriak Ria sambil mendorong Pandu.

Pandu terjatuh, tak lama dia melihat Ria ikut terjatuh dan Bayu berada disamping Ria sambil memegang tongkat besi. Bayu langsung membuang asal tongkat besi itu. Rendi tersenyum puas karena niat awalnya memang melukai Ria di hadapan Pandu akhirnya terwujud. Rendi segera bangkit dari sana karena melihat darah yang mulai mengalir dari kepala Ria dan pergi bersama Bayu beserta anak buahnya. Sementara Pandu masih diam tak percaya, Ria mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Dia berjalan pelan kea rah Ria yang sudah pingsan. Mengangkat tubuh Ria dan membawa kedekapannya. Air matanya mengalir mengetahui gadisnya kembali terluka karena dirinya. Tangannya merasa basah dan menyadari darah segar mengalir dari kepala Ria. Dia memeluknya erat dengan isakan kecil.

Di depan ruang operasi, Pandu senantiasa berdiri didepan pintu dan terus berdoa untuk keselamatan Ria. Tak lama Om Danu datang dengan wajah marahnya. Beliau hanya bisa diam dan menatap tajam ke arah Pandu.

"Tampar saya, Om." Pinta Pandu setelah Om Danu mendekat.

Om Danu masih diam dengan tangan yang terkepal erat.

"Ayo Om tampar saya." Lanjut Pandu dengan sedihnya.

Om Danu melihat jelas mata Pandu yang sembab dan memerah. Entah kenapa Om Danu yang awalnya ingin menghajar Pandu mendadak mengurungkan niatnya karena melihat mata itu. Dia hanya bisa menarik nafas panjang.

"Maafkan saya yang tidak bisa menjaga anak Om." Ucap Pandu sedih dengan tertunduk.

Disaat Om Danu mengkhawatirkan keadaan putrinya didalam, namun disatu sisi dia dibuat prihatin dengan keadaan Pandu. Noda darah terlihat jelas di kaos biru yang dikenakan Pandu, mata yang sembab, rambut yang acak-acakan seperti dijambak kasar, mata sembab dan merah, serta wajah Pandu yang lesu. Ternyata bukan Om Danu saja yang mengkhawatirkan putrinya, lelaki yang saat ini didepannya juga sangat mengkhawatirkan Ria.

Menit berlalu, Pandu dan Om Danu masih setia berdiri menunggu pintu operasi terbuka. Tak lama derap langkah menghampiri keduanya. Ternyata Amar dan Dani yang datang.

"Gimana Ndu?" Tanya Dani.

Pandu hanya menggeleng. Tak berselang lama pintu ruang operasi terbuka. Mereka berempat langsung menghampiri dokternya.

"Bagaimana keadaan putri saya?" Tanya Om Danu.

"Luka yang dikepalanya akibat pukulan benda tumpul cukup parah. Pukulan itu mengenai luka lama pasien yang masih belum sembuh total karena benturan keras akibat kecelakaan. Mohon maaf saya harus menyampaikan ini, anak bapak saat ini koma." Jelas dokter itu.

Mereka semua yang ada disana kaget. Om Danu hanya bisa diam sambil bersandar didinding. Sementara Pandu yang sedih bercampur kesal karena mengetahui fakta jika Ria koma langsung menendang keras tempat sampah yang ada didekatnya hingga pecah. Tak cukup disitu, dia memukul tangannya sendiri ke dinding. Amar yang melihatnya segera mendekatinya berusaha untuk menenangkan sahabatnya itu. Dia tahu betul, jika Pandu merasa bersalah pasti dia akan melukai dirinya sendiri.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang