EMPAT

182 8 0
                                    

Kali ini jam istirahat kedua. Kantin tak begitu ramai karena para siswa sedang melakukan sholat dhuhur berjamaah di masjid sekolah mereka. Ria yang penyendiri mendatangi salah satu kantin sekolah dan memilih duduk di pojok kantin.

"Pergi. Aku mau disini." Kata Ria kepada murid cewek yang duduk disana.

"Tapi kak.." Murid itu berusaha menolak.

"Kalau aku bilang pergi ya pergi." Putus Ria.

Gadis berkaca mata dengan rambut yang di kuncir itu akhirnya memilih pergi dari sana. Merapikan buku-bukunya dan mulai beranjak pergi.

"Tunggu.."

Gadis itu berhenti dan berbalik badan. Gadis itu terkejut melihat Ria berjongkok lalu tiba-tiba memberikan pulpennya.

"Lain kali hati-hati." Kata Ria lalu duduk disana.

"Makasih Kak." Balas Gadis itu.

Karena tak mendapat balasan, gadis itu pergi dan meninggalkan Ria sendirian. Melihat kantin yang sepi, Ria meletakkan kepalanya di meja kantin sambil menunggu bel masuk berbunyi.

Kelas XI IPA 3 mendadak heboh karena kedatangan kapten tim basket, siapa lagi kalau bukan Pandu. Bu Maya yang mengajar disana hanya bisa pasrah karena tidak bisa menghentikan teriakan siswa perempuan.

"Bagi anggota tim basket, nanti pulang sekolah jangan pulang dulu. Ada kumpulan untuk membahas lomba minggu depan." Jelas Pandu singkat.

"Ada lagi Pandu yang mau kamu sampaikan?" Tanya Bu Maya.

Pandu hanya menggeleng sambil di iringi senyum dan kembali mengundah kehebohan siswa perempuan. Namun kehebohan tak berselang lama karena kehadiran Ria yang tiba-tiba muncu dari balik pintu. Sontak semua murid memandang ke arah Ria karena sikap kurang sopannya. Sementara Ria hanya berjalan santai menuju bangkunya. Pandu yang ada disana juga dibuat terdiam karena melihat Ria yang tak menyadari kehadirannya.

"Kenapa?" Tanya Ria setelah sadar jika dirinya sedang diperhatikan.

Para murid tak ada yang menjawab. Kali ini Bu Maya yang angkat bicara.

"Sudah menjadi kebiasaan ya, kamu masuk kelas pasti lima belas menit setelah bel masuk. Jam isitirahat kamu kurang." Tegas Bu Maya.

"Iya kali, Bu." Jawab Ria tanpa mau memandang yang diajak bicara.

"Waktu istirahat cukup lama masih dibilang kurang, mau mengistirahatkan apa lagi?" Kata Bu Maya sedikit sinis.

"Fikiran dan hati saya juga perlu diistirahatkan lah Bu."

Pandu hanya menyimak mendengar obrolan antara murid dan guru itu.

"Saya permisi dulu, selamat siang Bu." Pamit Pandu.

Bu Maya hanya tersenyum membalasnya.

"Eh Pandu. Kamu gak mau ucapkan selamat siang gitu sama aku." Kata Ria yang sukses membuat langkah Pandu terhenti.

Pandu hanya diam tak membalas.

"Ria, emang dia siapanya kamu. Sadar donk." Kata Siska, teman sekelasnya yang tidak suka kepada Ria.

"Calon imam buat aku, ya nggak Ndu." Terang Ria tanpa tahu malu.

Pandu hanya bisa menghela nafas pasrah mendengarnya.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Ria baru terbangun dari tidurnya karena ketiduran saat pelajaran Bu Maya. Saat bangun tidur pun Ria terlihat tersenyum. Ternyata tak ada yang membangunkannya dan meninggalkannya sendirian di kelas. Sungguh teman yang sangat luar biasa. Ria berjalan santai menuju parkiran sekolah. Kali ini pandangannya tertuju pada lapangan basket sekolah. Ria tersenyum sendiri karena mengingat Pandu pasti ada disana. Dia tak ingin mendekatinya karena tak ingin mengganggu Pandu latihan. Ria berjalan santai sambil pandangan lurus ke depan. Samar-samar dia mendengar teriakan kata awas tapi Ria menghiraukannya. Hingga akhirnya sebuah tangan menangkap bola basket yang tepat berada didepan wajahnya. Ria sedikit kaget melihatnya.

"Siapa yang melempar bola ini?" Teriakan dari pemilik tangan sukses membangunkan Ria dari diamnya.

Dilihatnya ke samping dan ternyata itu Pandu.

"Siapa?" Teriak Pandu sekali lagi namun terdengar membentak.

Ria yang disampingnya pun dibuat terkejut. Pandu yang tiba-tiba menarik tangannya membuat Ria hanya bisa menurut. Sesampainya disana sudah ada lelaki yang berjalan mendekati Pandu dan Ria.

"Minta maaf." Perintah Pandu.

Lelaki itu hanya diam dan memandang kesal ke arah Ria. Kenapa sampai berurusan dengan Pandu hanya karena Ria.

"Minta maaf." Kali ini Pandu sedikit menekan.

"Maaf.." Ucap lelaki itu namun tak melihat ke arah Ria.

Entah kenapa Pandu dibuat kesal melihatnya.

"Kamu keluar dari tim basket mulai hari ini." Putus Pandu.

Membuat lelaki itu terkejut, begitu pula anak basket yang lainnya dan juga Ria.

"Kenapa aku dikeluarkan? Gak boleh sepihak donk." Ucap lelaki itu tidak terima.

"Bayu, pergi dari sini." Kata Pandu.

Bayu pun mengalah dan memutuskan pergi dari sana. Anak tim basket hanya bisa terdiam melihatnya begitu pula Ria.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang