Empat Belas

136 6 0
                                    

Sore harinya Ria bermalas-malasan di kamarnya. Bermain gadget sambil menggulingkan badan kesana kemari. Hingga akhirnya Mita memasuki kamarnya tanpa permisi.

"Aku tunggu di parkiran ternyata kamu udah pulang. Resek ya.." kesal Mita sambil menimpuk kepala Ria dengan bantal.

"Sakit woyy.." Keluh Ria meskipun tangannya masih memegang gadgetnya.

"Emang kenapa sih pulang lebih awal?" Tanya Mita sambil duduk di sisi ranjang.

Ria menaruh gadgetnya asal dan duduk menghadap Mita.

"Ada masalah kecil lah, jadi aku harus pulang." Jawab Ria sekenanya.

"Kita udah temenan dari kecil ya Ya. Kalau kamu cerita sama aku , silahkan aja." Kata Mita.

"Kalau masalah besar pasti aku cerita, aku gak cerita sama kamu karena aku memang bisa bisa menghadapinya. Jangan khawatir, oke.."

"Baik lah, tapi ada berita yang kurang mengenakan yang harus aku sampaikan."

"Apa?" Tanya Ria penasaran.

"Sekolah mengadakan study tour ke Puncak, temanya mengenal alam. Bermalam disana 2 malam. Acaranya dilaksanakan dua gelombang. Gelombang satu anak IPA, gelombang keduanya anak IPS."

"Ya bagus donk." Kata Ria antusias.

"Bagus apanya." Mita menoyor pelan kepala Ria.

Ria hanya mengelus kepalanya.

"Siapa teman kamu disana, kalau ada apa-apa gimana? Kalau disekolah aku gak terlalu kefikiran karena aku masih satu tempat sama kamu. Nah disana, kalau ada apa-apa sama kamu gimana. Aku gak ada disana." Jelas Mita.

Ria bisa merasakan sahabatnya kali ini mengkhawatirkannya. Dia hanya diam tak menjawab.

Jam istirahat di sekolah, Ria berada di perpustakaan karena ada tugas yang belum terselesaikan. Baru saja dia membuka buku, sahabatnya mengagetkannya.

"Dorrr.." Kata Mita sambil menepuk bahunya.

"Punya mulut dijaga, ini perpus." Kata Ria sambil menimpuk bahu Mita dengan buku yang ia bawa.

"Sakit tau.. Iya maaf." Balas Mita sambil duduk disebelahnya.

Ria hanya menunjukkan wajah sewotnya.

"Lusa kamu berangkat. Kamu harus hati-hati disana. Jaga diri baik-baik dan harus pulang dengan selamat." Pesan Mita.

"Bawel banget sih. Iya iya."

"Di bis duduk sama siapa?" Tanya Mita.

"Gak ada temen ya duduk sendiri." Jawab Ria sambil melanjutkan kembali tugasnya. Mita mendengus kesal karena Ria mengabaikannya.

Tibalah hari dimana study tour dilaksanakan. Ria datang dengan diantar papanya. Papanya setia menunggu hingga bis berangkat.

"Kamu duduk sama siapa?" Tanya Om Danu.

Ria tak menjawab.

"Sampai kelas sebelas ini kamu masih belum punya teman dekat selain Mita?" Tanya Om Danu yang sudah mengetahui masalah putrinya.

"Mending punya teman sedikit dari pada punya teman banyak tapi munafik semua." Jawab Ria.

"Kalau terjadi sesuatu segera hubungi papa." Pesan Om Danu.

Ria mengangguk sambil tersenyum. Tak lama papanya melihat Pandu yang baru datang.

"Pandu.." Panggilnya.

Pandu yang merasa terpanggil langsung menghampiri mereka.

"Pagi Om." Sapanya.

"Saya titip anak saya. Saya rasa kamu sudah tahu masalah apa yang dialami putri saya di kelasnya. Boleh pinjam ponsel kamu?" Kata Om Danu.

Pandu langsung memberikan ponselnya. Om Danu langsung mengetikkan nomornya disana dan menyimpannya. Setelah itu mengembalikannya pada Pandu.

"Ria terkadang keras kepala, kalau terjadi sesuatu sama dia dan dia tidak mau telfon saya, saya harap kamu yang menghubungi saya." Pesan Om Danu.

Pandu tersenyum dan mengangguk. Tanpa mereka bertiga sadari beberapa pasang mata memperhatikan mereka. Apalagi kedekatan antara Pandu dan papanya Ria menimbulkan rasa penasaran di benak mereka. Pasalnya Ria dan Pandu belum ada ikatan apa-apa.

Di bus, Ria duduk seorang diri di bagian kursi depan. Tiba-tiba ada Pandu dan kawan-kawannya memasuki busnya dengan diantar Pak Bani, guru olahraga mereka. Pak Bani mengatakan jika Pandu dan kawan-kawannya akan berada di bus ini karena bus kelas milik mereka sudah penuh dengan tambahan beberapa guru yang ikut dan memilih bus milik kelas Pandu. Ria dan teman-temannya mengiyakan. Pak Bani pun keluar dari sana. Bus kelas Ria lumayan kosong, tapi entah kenapa Pandu duduk disamping Ria. Hal itu mengundang heboh teman-teman Ria. Ria pun kaget bukan main, meskipun dalam hati dia bersorak kegirangan.

"Kenapa duduk disini?" Tanya Ria pelan.

"Iya." Jawab Pandu singkat.

"Iya kenapa?" Tanya Ria lagi karena tidak puas dengan jawaban Pandu.

"Kalau gak boleh ya udah aku pergi." Jawab Pandu hendak berdiri.

"Enggak boleh enggak boleh. Disini aja." Kata Ria tersenyum.

Pandu yang mendengarnya berusahan menahan senyum, entah kenapa terasa geli mendengar kalimat Ria barusan.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang