DUA PULUH TIGA

134 4 0
                                    

Sementara itu di sekolah Pandu tampak menghubungi Ria namun taka da jawaban. Berulang kali melakukan panggilan tapi hasilnya tetap sama. Dia menggeram kesal.

"Ndu, kamu udah beneran suka ya sama Ria?" Tanya Dani pelan.

Pandu hanya menatap sahabatnya dalam diam.

"Soalnya ini bukan kamu Ndu." Lanjut Dani.

"Ndu, kalau kamu memang suka bilang aja suka. Supaya aku gak cari kesempatan buat ingin dekat sama dia. Aku rela mundur kok demi kamu." Timpal Amar yang langsung mendapatkan tatapan tajam Pandu.

"Kalau memang mulai suka dia, kurangi sikap kasar kamu yang kayak gini." Nasehat Dani.

Pembicaraan mereka terhenti karena kehadiran Bayu.

"Wah wah, Pandu lagi galau ya Ria gak angkat telponnya. Lagi nge-date kali dia sama cowok lain."

"Maksud lo apa?" Tanya Pandu yang terpancing emosinya.

"Ndu, ini masih di sekolah." Tegas Dani.

"Iya, dia lagi ketemuan sama cowok lain." Kata Bayu dengan senyum liciknya.

Tak lama dia menunjukan foto yang ada di ponselnya. Terpampang jelas disana Rendi memegang tangan Ria dan Ria hanya menatapnya. Pandu yang sudah hafal dimana tempat itu langsung pergi dari sana. Bayu yang merasa rencananya berhasil langsung tersenyum puas dan mengabaikan kedua sahabat Pandu yang menatapnya kesal.

Di tempat lain Ria masih berusaha melepaskan tangannya, namun belum berhasil. Rendi yang melihat usaha Ria berusaha melepaskan diri darinya justru tersenyum sendiri.

"Elo itu lucu ya, udah cantik, santai lagi orangnya." Kata Rendi.

"Udah deh, aku mau pulang. Lepas gak." Kata Ria kesekian kalinya.

Rendi justru tertawa kecil mendengarnya.

"Kalau aja elo belum ada yang punya, pasti udah jadi pacar gue. tapi ada senengnya juga, elo lebih pantas jadi mainan gue. Gue seneng lihat elo menderita dan Pandu akhirnya marah-marah." Jelas Rendi.

"Gila.." Balas Ria.

"Iya, gue emang gila. Gila gara-gara elo." Jelas Rendi dengan tatapan dinginnya.

Membuat Ria diam tanpa kata dan langsung menarik tangannya dan berhasil. Saat Ria ingin pergi dari sana, Pandu sudah datang. Pandu langsung menghampiri Rendi.

"Ngapain elo disini?" Tanya Pandu langsung.

"Kencan sama cewek elo lah, berduaan, pegangan tangan." Jawab Rendi dengan senyum jahatnya.

"Sekali lagi elo sakitin dia, elo berurusan sama gue." Tegas Pandu.

Rendi tersenyum kecil dan langsung pergi dari sana. Selepas kepergian Rendi, Pandu langsung menghampiri Ria.

"Udah tau sakit, ngapain gak langsung pulang?" Tanyanya.

"Ini juga langsung."

"Gak usah pegangan tangan sama dia. Cewek apaan lo mau aja di pegang sama dia."

Ria tak menjawab, percuma berdebat dengan Pandu dengan situasi yang seperti ini.

"Di sekolah pengen aja deket sama gue, di luaran elo bisa aja deket sama siapa aja." Lanjut Pandu.

"Salah aku apa sih sama kamu. Percuma aku jelasin kalau kamu aja kayak gini." Tutur Ria dan memilih pergi dari sana.

Pandu hanya diam menatap kepergian Ria. Dia juga bingung kenapa dirinya bersikap seperti ini kepada Ria. Ria yang jelas tak salah apapun tetapi sikap yang diberikan Pandu justru seperti ini.

Malam harinya Ria berada di salah satu warung tenda. Menikmati ayam penyet sambil menikmati indahnya jalanan. Entah kesengajaan atau tidak, Ria melihat gerombolan motor berhenti didepan warung tenda. Seseorang menginterupsi untuk makan di warung tenda tersebut. Terlihat sekali jika lelaki itu adalah pimpinan geng itu. Saat lelaki itu membalikkan badan, Ria terkejut melihatnya.

"Pandu.." Ucap Ria pelan.

Pandu belum menyadari keberadaan Ria. Saat sudah memasuki warung tenda itu, barulah Pandu menyadari adanya Ria disana. Pandu hanya menatapnya dalam diam. Ria hanya memberikan senyumannya tanpa mau menyapa.

"Udah malam, gak baik anak cewek keluyuran." Kata Pandu dan mengabaikan teman-temannya.

"Jam delapan aja belum ada Ndu. Aku juga udah pamit sama orang rumah." Balas Ria.

"Keluar sendirian, kalau ada apa-apa dijalan gimana. Siapa yang repot?"

"Ya udah gak usah dibikin repot."

Ria mulai jengah dengan situasi seperti ini lagi. Dia bangkit dari duduknya dan segera membayar. Selepas itu segera pergi dari sana dan mengabaikan tatapan dari teman-teman Pandu. Selepas kepergian Ria, matanya langsung menangkap ponsel Ria yang tertinggal di meja. Segera dia mengambilnya dan pamit kepada teman-temannya.

RIA LOVES PANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang