Welcome readers:)
Alangkah baiknya vote dulu sebelum membaca
Happy reading:v
"Tuhan punya cara istimewanya tersendiri untuk mempertemukan kita"
Pagi ini Gladies sangat bersemangat untuk pergi ke sekolah. Karena hari ini pensi tahunan akan di adakan. Bersama suasana pagi hari dan embun pagi yang menyapa, Gladies duduk di halte untuk menunggu Bus yang menuju ke sekolahnya.Karena Rian yang mendapat telepon dadakan untuk menjalani meeting pagi ini, terpaksalah Gladies harus berangkat menaiki bus. Tapi tak apa, selama ia tidak telat maka semuanya tidak menjadi masalah baginya.
Namun ada yang membuatnya sedikit kesal. Bukan karena Rian, ataupun Rita mamahnya, melainkan Aksa si adik bungsunya. Dengan seenaknya dia meninggalkan Kakaknya untuk berangkat sendiri. Adik yang kurang ajar memang, Kakaknya dibiarkan untuk berangkat sendiri sementara dia sudah berangkat sejak 10 menit yang lalu bersama temannya.
Mengabaikan rasa kesalnya, Gladies menoleh ke arah jalan yang akan di datangi bus. Beruntungnya, tepat setelah ia menoleh Bus pun datang. Begitu sampai tepat di hadapannya, Gladies melangkah masuk ke dalam Bus.
Di dalam Bus tidak terlalu banyak orang yang menempati jadi dengan begini Gladies tidak perlu repot memilih dan berebut dengan penumpang lain. Gladies memilih duduk di bangku dekat dengan jendela, supaya ia bisa melihat sekeliling ketika mobil Bus sedang berjalan.
Gladies tak sengaja menoleh ke sampingnya. Ia melihat seorang cowok yang sedang mendengarkan musik dengan earphone. Gladies menatap bergantian ke arah pakaian yang dikenakannya dengan pakaian cowok tersebut. Ternyata sama, pakaian yang digunakannya sama. Apakah dia satu sekolah dengannya?
Tapi Gladies belum pernah melihat cowok itu di lingkungan sekolah, bertemu pun tidak.
Bus berhenti di halte dekat SMA Pelita. Gladies melihat cowok itu ikut beranjak dari tempat duduknya sesaat sebelum ia hendak beranjak. Pandangan keduanya bertemu untuk beberapa detik, namun cowok itu hanya menatap Gladies sekilas tanpa menyapa atau sekedar senyum. Dia berlalu begitu saja mendahului Gladies, Gladies hanya mengedikkan bahu.
Gladies berjalan di belakang cowok tersebut. Masih sedikit memperhatikannya. Mereka berdua masih berjalan dengan Gladies yang berada di belakang cowok tersebut. Sampai di tangga lantai dua Gladies berhenti karena kelasnya berada di lantai dua. Cowok itu masih berjalan menuju lantai tiga, itu berarti dia adalah Kakak tingkatnya Gladies.
Gladies sekali lagi berusaha mengabaikannya dan masuk ke dalam kelas. Diletakannya tas miliknya di kursi. Gladies memainkan handphonenya sebentar hanya untuk mengecek beberapa chat atau notif penting dari akun media sosialnya.
Di kelas hanya ada dirinya seorang. Tidak ada murid satu pun karena ini masih terlalu pagi untuk murid datang ke sekolah. Dengan kebosanannya, Gladies mengambil buku tulis dalam tasnya.
Tak sengaja sebuah surat keluar dari dalam buku tulisnya. Ia membolak-balikkan surat tersebut.
Surat berwarna pink itu masih terlihat bagus walaupun sudah lama ia simpan. Keberanian yang belum juga muncul menjadi salah satu faktor penghambatnya. Butuh keberanian ekstra hanya sekedar memberi sepucuk surat. Siapa yang bilang jika memberi surat itu adalah hal yang mudah? Nyatanya sampai dua tahun ini Gladies masih menyimpan surat tersebut.
Surat yang akan diberikannya kepada Revan kini hanya sebatas benda tak tersampaikan.
Dengan perlahan Gladies membuka surat miliknya itu. Ia keluarkan isi di dalamnya lalu membacanya dalam hati. Deretan tulisan yang berbahasa kaku membuatnya terkekeh. Bahasanya yang terlalu berbelit khas seperti anak remaja pada umumnya. Tulisan tangan disaat umurnya baru menginjak 14 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Gath! (Series 1) [COMPLETED]✔
Teen FictionGathan tidak akan menyangka setelah pertemuan pertamanya dengan Gladies, akan berdampak besar pada kehidupannya. Memberi warna di setiap hari-harinya. Namun tidak dengan Gladies. Baginya, Gathan itu adalah dampak buruk. Selain kehidupannya yang perl...