Gathan tidak akan menyangka setelah pertemuan pertamanya dengan Gladies, akan berdampak besar pada kehidupannya. Memberi warna di setiap hari-harinya.
Namun tidak dengan Gladies. Baginya, Gathan itu adalah dampak buruk. Selain kehidupannya yang perl...
Alangkah baiknya vote dulu sebelum membaca. Jadilah pembaca yang budiman dengan menghargai karya sang penulis☺
Happy reading:v
"Memang benar kata orang. Bangun cinta itu lebih menyenangkan dibandingkan jatuh cinta. Karena jika sudah jatuh, itu rasanya sakit"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dua insan yang sedang menikmati masa pendketakan mereka. Sekarang tempat yang di tempati oleh keduanya adalah rumah pohon. Menikmati pemandangan dari atas sini.
Dengan beberapa camilan yang dibawa oleh Gladies, kini mereka berdua bisa menikmati makanan sambil memandangi pemandangan yang indah. Gladies merasa senang kini Gathan sudah kembali pulih. Sudah bisa menemani hari-harinya kembali.
Selama Gathan berada di rumah sakit waktu itu, Gladies tidak henti-hentinya cemas terhadap Gathan. Ia sangat cemas. Sampai ia tidak mau pergi dari rumah sakit, dan memilih menemani Gathan selama di rumah sakit.
Walau ada Arya, Papah Gathan. Tapi tidak bisa setiap waktu beliau menjaga Gathan. Ada kesibukan juga di perkejaannya. Jadi Gladies memutuskan untuk menjaga Gathan selama Papahnya itu pergi bekerja. Tepat juga saat jam pulang sekolahnya. Jadi ia mempunyai waktu untuk merawa Gathan.
"Enak kan?" Tanya Gladies saat cowok itu memakan kue buatannya.
Gathan mengangguk cepat "Iya, enak banget" Katanya sambil tersenyum ke arah Gladies.
Senyum itu, sekarang bisa membuat jantung Gladies berdetak kencang. Reaksi yang ditimbulkan sungguh luar biasa. Hanya dengan senyum itu, Gladies bisa merasa getaran di dadanya.
"Pinter masak, pinter ngerawat gue. Cocok buat jadi calon istri" Kata Gathan.
Tidak tahukah ia bagaimana reaksi Gladies setelah mendengarnya. Pipinya memerah, seperti kepiting rebus. Gladies memukul lengan Gathan, karena ia malu mendengar kata yang keluar dari mulut Gathan
"Ish, apaan sih. Gak jelas tahu" Gladies memukul pelan lengan Gathan. Mencoba menyembunyikan rona merah di pipinya
Gathan terkekeh melihat reaksi Gladies. Walau Gladies berusaha menyembunyikan rona merah di pipinya, jelas Gathan tahu. Karena rona merah di pipi Gladies, membuatnya gemas. Ingin sekali Gathan mencubit pipi chuby Gladies.
"Gemesin" Akhirnya Gathan pun mencubit pipi Gladies pelan. Hanya berselang selama beberapa detik. Lalu ia melepas cubitannya.
Tidak terasa sakit sih. Cuma sekarang pipi Gladies tambah memerah. Bukan hanya pipinya, tapi jiwanya juga seakan ingin melayang. Gathan mampu membuatnya terbang, tersipu.