"Boleh dong. Sementara ini. Lo juga sendirian kan disini? Lumayan ada gue jadi temen."
"Nggak. Balik rumah sana."
Yerim tidak mau menyerah begitu saja, gadis itu terus mengikuti temannya itu hingga ia di perbolehkan tidur di tempatnya. Ia tidak mau tahu.
"Gue janji nggak akan repotin lo kok. Entar gue bisa bersih-bersihin tempat lo dan gue juga kerja biar nggak pinjem duit," yang dia ajak berbicara tidak menjawab dan itu membuat Yerim kesal.
"Tolong lah. Gue nggak tau harus pergi kemana lagi."
"Kalo nggak tau mau kemana. Ya kaga usah kabur goblok. Kesel gue," Yerim mengikuti temannya itu di ruang tengah dan duduk disampingnya.
"Lo kan tau sesusah apa kondisi gue sekarang. Gue yang ada makan ati terus kalo disana. Boleh ya?? Song Mingiiiiii. Ganteng dehhh," pria bernama Mingi itu mendengus.
"Oke. Kalo iya gue bolehhin. Lo mau sampe kapan disini?" Yerim bungkam. Gadis itu menunduk, masalahnya ia juga tidak tahu kapan dirinya akan kembali. Mengingat begitu rumitnya masalah yang ia hadapi.
"Sampe semuanya kelar, gu-"
"Kapan kelarnya? Emang lo pikir dengan kabur masalah selesai gitu aja?"
Yerim menggeleng. "Tapi gue udah nggak tahan, Gi. Disana bener-bener bikin gue marah mulu. Jadi biarin gue disini sampe gue bisa berpikir jernin."
"Iyaa. Rencananya lo mau sampe kapan disini? Ini bukan penginapan ya. Nanti kalo nyokap gue tiba-tiba dateng, trus liat lo. Dikira ngapain," Mingi juga khawatir jika besok dirinya kepergok. Pria itu memang tinggal sendiri, tapi tidak menutup kemungkinan orang tua atau kerabat dekatnya berkunjung. Yerim menghembuskan nafas pelan.
"Bisa lo lindungin gue?" Mingi terhenyak mendengar permohonan itu. Apa lagi melihat wajah Yerim yang begitu terlihat putus asa, sepertinya gadis itu benar-benar frustasi.
Sialan. Tidak ada jalan lain, Mingi mengalah sekarang.
"Oke lo boleh tinggal disini, tapi inget. Lo-"
"Iya, Gi. Semua syaratnya pasti gue penuhhin," jawab Yerim sumringah.
Mingi pun beranjak dari duduknya dan menarik pelan koper besar yang Yerim bawa ke tempat yang Mingi siapkan. Yerim mengikuti Mingi dari belakang dan sampailah mereka di sebuah kamar yang ukurannya cukup minimalis.
Yerim memandang segala sudut, not bad.
"Ini tempat yang lo bakal pake buat tidur. Sorry nggak segede kamar gue, tapi seenggaknya lo nyaman selama disini. Dan di mohon jangan ngerusak barang disini, soalnya ini barang-barang gue dari gue kecil sampe sekarang beberapa gue taruh disini."
Yerim mengangguk. Gadis itu sungguh merasa beruntung masih memiliki teman yang begitu baik. Walau Mingi suka sekali menyebalkan, tapi Yerim tidak bohong jika pria itu baik hati.
"Btw, lo bilang mau kerja."
"Hooh."
Mingi menghela nafas. "Lo nggak bisa. Di daerah ini mininal 17 tahun buat part time. Jadi lo baiknya tetep minta sama bokap."
"Maunya gitu. Tapi kan gue lagi marah sama dia. Nanti apa di-"
Tringg
Yerim menunda ucapannya dan merasakan ponselnya ada sebuah pesan. Segera ia cek dan muncullah satu nama disana.
Bang Yohan💓
Maaf, Abang nggak bisa bantu apa-apa
Abang harap kamu baik-baik aja disana
Nanti kita bicara ya
Kembalilah setelah semuanya membaik
Abang bakal usahain yang disini
Kamu cuma perlu sekolah dan tinggal dengan nyaman diluar
Kamu bisa pake uang yang Abang kirim buat cari tempat yang nyaman
Nggak usah kerja, kamu masih kecil
Jadi beri Ayah kesempatan ya?
Dan kakak harap, kamu jangan berbuat hal-hal yang nggak baik
Mengerti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfiction[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...