11-takut yang beralasan

723 87 5
                                    


"Bapak tadi bicarain apa sama Ayah aku?"

"Urusan lelaki. Kamu tidak perlu tahu," Hana mendengus. Tidak bohong jika Hana tadi terkejut melihat Wonwoo begitu akrab dengan Ayahnya. Heyy mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

Aneh. Ayahnya tidak melarang atau apapun itu seperti respon Yohan padanya. Ayahnya terlihat begitu menyukai Wonwoo. Wahh Wonwoo hebat ya. Bisa memikatnya dengan cepat dan juga bisa memikat calon mertua dengan baik.

Ayahnya juga tumben sekali pulang secepat itu. Ah mungkin ikatan batin antara calon menantu dan calon mertua ya? Haha.

Lupakan. Justru bagus jika ia direstui. Tidak akan sulit jika ingin kencan. Hana menoleh kearah samping. Pengemudi mobilnya tampan sekali pikir Hana.

"Pak, saya cantik nggak? Puji dong," pinta Hana.

"Jelas," senyum Hana merekah seketika. "Kamu perempuan," seketika ia diterjunkan dari jurang. Hana mendengus, jika boleh mengumpat. Hana ingin sekali mengatai Wonwoo sialan.

"Pak-"

"Hana."

"Ya?" Wonwoo menoleh kearah Hana dan itu membuat Hana gugup seketika.

"Bisa tidak jika di luar sekolah jangan panggil saya Bapak?" Tanyanya lalu menghadap depan lagi.

"Kenapa, Pak?"

"Pak lagi. Bahkan panggilan kamu dan Ayah kamu memiliki arti sama Hana."

"Ohh. Terus mau aku panggil apa? Sayang?" Seketika perasaan berdebar menyeruak didadanya. Tangannya tidak sadar meremat stir mobilnya kuat. Itu terlalu vulgar.

"So cringe. Ganti," katakan Wonwoo itu tsundere parah. Padahal hatinya oke tapi mulutnya bohong.

Hana menghembuskan nafasnya pelan. Kedua tangannya pun ia lipat didada. Seraya memandang jalan diluar, ia berpikir dan berharap mendapat suatu pencerahan disana. Baru pertama kali dirinya pusing hanya karena nama panggilan.

Tiba-tiba keajaiban datang dikepalanya.

"Ahh saya tau panggilan yang cocok buat Bapak."

"Apa?"

"Bebeb, ahhh cuteee," gemas Hana. Wonwoo seketika mendelik.

"Saya bukan remaja. Terlalu kekanak-kanakkan jika menggunakan panggilan itu."

"Aku kan emang masih remaja, Pak. Mungkin kalo Bapak lupa," ah benar juga. Wonwoo tidak kepikiran.

"Tapi ya tetap saja."

Hana mendengus kesal. "Trus maunya apa?"

Wonwoo berpikir sebentar. Apa ya kira-kira panggilan yang cocok untuknya? Ah sialan. Tidak ada pilihan.

"Yang pertama saja. Itu lebih lumayan," Hana bersorak gembira.

"Sayanggggg," goda Hana. Wonwoo terkekeh lalu mengacak gemas rambut Hana yang itu sukses membuat Hana meleleh. Ahh jiwa buceennya meledak.

"Ahhh. Kenapa sih kamu gini baru sekarang. Kemarin kemana aja coba heuhh."

Wonwoo tersenyum tipis lalu tangan kanannya ia ulurkan untuk menggenggam tangan gadisnya ini. Ah apa ya sebutannya untuk pendekatan ini? Rasanya Wonwoo ingin mengklaimnya langsung.

"Maafkan saya. Saya sudah jahat sebelumnya. Ada sesuatu yang membuat saya takut untuk memulai."

"Ihh jangan formal dong. Ini kamu udah pegang tangan aku loh," ucap Hana seraya mengangkat genggaman tangan mereka. Wonwoo terkekeh.

Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang