"Aku seneng kalo kamu sekarang jauh lebih terbuka pikirannya. Sebenarnya terlalu berlebihan kamu harus gini dengan cara buruk." Ujar Jieun. Juho menunduk, Juho tidak percaya selama masa terpuruknya Jieun selalu berada disisinya yang notabennya adalah mantan istrinya. Jika Juho boleh memohon, maukah Tuhan mengembalikan semuanya? Minimal keluarganya.
"Kamu kayak gini buat aku makin nyesel. Harusnya kamu nggak usah peduliin aku. Aku.....bukan Papa yang baik buat anak-anak. Dan dulu pun aku bukan suami yang baik buat kamu. Kenapa kamu repot-repot ngurus aku?" Tanya Juho melas. Jieun meletakkan mangkuk sisa makan Juho di nakas kemudian mengulurkan obat untuk Juho minum. Selepas pria itu meminumnya, Jieun menerimanya kembali.
"Sejahat dan seburuk apapun kamu. Kamu itu Papa dari Wonwoo dan Heejin. Anak aku, anak kamu. Walaupun Wonwoo sekarang mungkin benci sama kamu, tapi dia tetap darah daging kamu. Dia tetap orang pertama yang paling khawatir Papanya kenapa-napa."
"Nanti aku bakal bantuin kamu untuk bisa ngobrol sama anak laki-laki kamu itu. Mungkin bakal sulit karena permasalahan kalian itu nggak simpel. Apapun yang bakal dia katakan, tolong jangan di bantah. Kecewanya dia sama kamu itu nggak main-main. Karena secara nggak langsung, kamu renggut kebahagiaan Wonwoo sama gadis itu karena kesalahan kamu dimasa lalu." Ujar Jieun lagi.
Juho mengangguk pelan. Ia akan menuruti ucapan Jieun barusan. Sudah tidak ada alasan lagi untuk ia aneh-aneh lagi. Umur semakin tua yang ia butuhkan adalah anaknya sendiri.
Juho mengingat ucapan-ucapan Jieun beberapa waktu lalu itu. Wanita itu menepati janjinya untuk membawa Wonwoo padanya. Sulit dipercaya Wonwoo mau mendatanginya.
Wonwoo bingung haruskah ia menyesal atau apa karena kakinya malah berjalan kesini. Menemui sang Papa. Sebenarnya ini adalah keputusan yang berat. Rasa bencinya dengan Juho itu sudah terlalu penuh.
"Maafkan Papa. Karena kesalahan Papa, kamu yang jadi kena. Jadi tolong, bantu Papa menemui gadismu itu. Papa bakal minta maaf langsung." Wonwoo menghela nafasnya panjang. Kemudian menatap langit kosong diatas sana. Keduanya sedang berada di halaman belakang.
"Dia masih marah sama aku. Aku juga yang salah udah nutupin semuanya."
"Andai dulu Papa nggak menggoda Ibunya. Mungkin semuanya nggak bakal kayak gini. Papa nggak bakal dendam dengan sahabat Papa sendiri. Bahkan tetap membuat Mama kamu tetap disisi Papa."
Wonwoo menoleh, sejahat apapun Papanya. Dalam keadaan seperti ini rasanya Papanya terlihat begitu menderita. Tanpa sadar, sedikit mulai sendikit Wonwoo perlahan memaafkan kesalahan Papanya.
"Semua belum terlambat Pa. Kita cari jalan keluarnya bareng-bareng. Hem?" Mata Juho tiba-tiba berair, pria paruh baya itu perlahan meneteskan air matanta mendengar kata-kata itu keluar dari mulut putranya.
Kalimat itu. Mendandakan bahwa Wonwoo sudah membuka hatinya untuk memaafkan dirinya. Tidak ada yang bisa mendeskripsikan semuanya. Intinya Juho sangat bersyukur.
Digenggamnya erat tangan putra satu-satunya itu. Wonwoo menatap kedua netra Papanya lembut.
"Terimakasih nak."
❤❤❤
Tidak tahu kenapa hati Hana sekarang rasanya jauh lebih tenang. Sepertinya obrolannya dengan Hansol tadi membuka hatinya. Membuatnya sedikit berpikir lebih jernih. Beberapa hari berlalu Hana baru tahu jika ia terlalu berlebihan dalam menyikapi masalah ini.
Harusnya ia tidak memperlakukan Wonwoo seperti itu. Kalau ditanya siapa yang salah, jelas ini salah Papanya Wonwoo bukan Wonwoonya. Bodoh sekali Hana justru menyalahkan Wonwoo.
Srakk
Hana menendang asal kaleng penyok didepannya. Menimbulkan suara gesekkan dengan aspal yang cukup nyaring. Hana kesal setengah mati.
"Begonya gue. Sampe minta putus lagi. Kenapa coba gue baru bisa mikir sekarang? Kemarin kemana aja??" Gumam Hana. Sebenarnya tidak pantas disebut gumaman karena Hana mengucapkannya cukup keras.
Hana tidak sadar ada yang menatapnya dari jauh. Kepala Hana menunduk dan mulutnya terus berceloteh tentang kekesalannya hari ini. Membuat seseorang tersenyum melihatnya.
"Kamu masih remaja."
Srek
Hana reflek menghentikan langkahnya. Apa ia tidak salah dengar? Barusan ia seperti mendengar suara Wonwoo. Hana menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Gua halu fiks." Gumam Hana. Tidak mungkin ada Wonwoo disini. Cepat-cepat Hana melangkahkan kakinya. Menjauh dari tempat ini. Tapi suara itu terdengar lagi.
Membuat Hana terdiam ditempat.
"Nggak lagi halu Kim Hana...." Hana menoleh.
Dari jauh Hana melihat Wonwoo tengah tersenyum lembut kearahnya. Demi apapun. Hana baru sadar jika Wonwoo setampan itu dilihat dari ia berdiri. Perlahan Wonwoo berjalan mendekat saat melihat Hana tidak kunjung merespon keberadaannya.
Perempuan itu menoleh dan juga tidak kabur. Berarti perempuan itu sudah lebih tenang dari sebelumnya.
"K-kamu?"
Wonwoo yang tidak bisa menahan diri pun langsung memeluk Hana didepannya. Padahal Hana belum tentu sudah memaafkannya. Urusan ditendang atau ditampar. Wonwoo pikir belakangan. Yang penting ia bisa melampiaskan kerinduan yang mendalam ini sekarang juga.
"Aku kangen kamu. Sampe pengen mati rasanya."
Hana mengerjap. Ia bingung harus merespon seperti apa. Karena dirinya juga sangat merindukan pria ini. Boro-boro menjawab ungkapan kerinduan Wonwoo. Hana justru mengatakan hal yang tidak ia duga dan pikirkan sebelumnya.
"Pakk....maafin aku."
"Nggakpapa. Bukan salah kamu. Wajar kamu marah. Karena aku emang nggak jujur lebih awal." Wonwoo melepas pelukannya. Menangkup kedua pipi Hana yang kini sudah mengalir cairan bening disana. Gadis kesayangannya menangis.
"Nggakpapa. Jangan nangis. Hem?" Hana bukannya semakin tenang tapi ia semakin menangis. Benar-benar ia tidak menduga akan bertemu Wonwoo saat perjalanan pulang. Tapi ia bersyukur, karena ini pun ia bisa mempercepat baikannya.
"Mau pulang?" Tanya Wonwoo. Sebenarnya ia tadi memang berniat kerumah Hana untuk ini. Tapi ternyata bertemu lebih awal diperjalanan.
"Tadinya. Sekarang nggak."
"Heh?"
Hana tersenyum, tanpa permisi ia menggandeng lengan Wonwoo erat. Hana mendangak, ia tersenyum cantik didepan wajah Wonwoo.
"Pengen sama Bapak." Tanpa ditanya lagi. Wonwoo ingin berjingkrak detik itu juga. Tanpa pikir panjang, Wonwoo segera menarik Hana untuk ketempatnya. Ia tidak akan melepaskan Hana malam ini.
Tbc
Kira2 bapak wonwoo mau ngapain ya??? Mau ehem2 apa mau main bekel?
Jadi permasalahan ini tuh sebenernya ga rumit. Tapi karena hana itu masih peralihan ke dewasa jadinya mikirnya ga mateng. Masa2 remaja itu tuh masa2 yang apa2 enaknya nyalahin orang mulu. Apa2 masukkin hati.
Pada paham kan nilai dari cerita ini?
Yap kehidupan remaja.
Btw kadang aku yang nulis tuh suka bingung mau manggil wonwoo apa haha. Jadi kadang nama kadang pakek pak. Gapapa yahh haha
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfic[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...