34-mudah goyah dan egois

507 47 5
                                    

Hidup Wonwoo kini rasanya sangat tidak karuan. Biasanya tiap hari ia akan pusing menghadapi tingkah aneh Hana atau kadang ia juga menahan emosi saat perempuan itu selalu ceroboh dalam melakukan sesuatu. Tapi saat perempuan itu tidak ada disisinya lagi, hidup Wonwoo tidak berarti. Pantas saja rasanya seperti separuh dirinya hilang, ternyata Wonwoo memang sudah bergantung dengan Hana.

Wonwoo tanpa sadar membutuhkan perempuan itu.

Wonwoo sedih, bukan hanya karena ditinggal Hana, namun wajah kecewa Hana, air matanya. Itu benar-benar membuat seorang Jeon Wonwoo gagal untuk menjaga orang terkasih.

"Kak..."

Slakkk

"Akkhhh!"

"Wonwoo!" Wonwoo meringis dan langsung melempar asal pisau ditangannya. Jieun sang ibu pun segera menghampiri putranya yang ada dibelakang tubuhnya. Heejin yang berada disana pun bergegas pergi mengambil P3K.

"Udah dibilangin nggak usah bantuin. Heejin udah cukup." Wonwoo memejamkan matanya kuat-kuat ketika sang ibu menarik jarinya, membasuhnya dalam air mengalir di wastafel. Jieun sedikit menekannya hingga lama-kelamaan darah pun berhenti mengalir.

"Ini Ma kotaknya." Jieun mengangguk. "Kakak nggakpapa kan?" Tanya Heejin panik.

Wonwoo menggeleng. "Nggakpapa."

Jieun mendecak, ia membantu melepas apron Wonwoo dan apron miliknya, meletakkannya ke kursi lalu mengalihkan pandangannya pada putrinya.

"Heejin. Mama minta tolong nanti lima menit lagi sayurannya dimasukkin ya. Abis itu kue ikan dan juga yang udah mateng duluan itu belakangan. Mama mau obatin kakak kamu dulu."

"Iya mah."

"Ayo kak." Jieun menarik lengan putranya menuju meja makan. Jieun sudah bisa menebak, aksi masak-memasaknya pasti berakhir seperti ini jika Wonwoo kekeuh berniat untuk membantu. Entah kenapa Wonwoo mengajukan diri untuk ikut masak saat suasana hatinya sedang buruk.

Jieun cukup prihatin dengan keadaan Wonwoo akhir-akhir ini. Tidak menyangka saja, gadis remaja berumur belasan tahunanlah pemicunya.

"Jangan bantuin apapun kalau kamu masih galau gini."

"Mahhh." Jieun tidak merespon dan langsung mengobati jari Wonwoo yang terluka. Untung saja lukanya tidak terlalu dalam, darahnya juga sudah berhenti. Jieun janji akan memarahi putra kesayangannya ini jika luka pria itu lebih parah dari ini.

"Pasti masih belum beres urusannya."

Wonwoo menghela, pria itu menyandarkan tubuhnya kebelakang, menghela nafas kemudian. Memang ia tidak akan pernah bisa menghindari masalah ini terlebih ia juga tidak pandai menutupinya dari sang ibu. Jieun itu sangat peka dan dari kecil pun Wonwoo tidak pernah bisa membohonginya.

Menutupi kebenaran hanya sebuah kesia-siaan belaka.

"Dia kayaknya udah nggak mau lagi sama aku. Dia bener-bener....benci aku." Wonwoo jadi mengingat kejadian tempo lalu di jalanan itu. Wonwoo masih ingat dengan jelas bagaimana wajah Hana yang begitu nampak frustasi karena dirinya. Wonwoo sadar jika ini masih belum tepat waktunya untuk menjelaskan. Atau memang ia sudah tidak punya kesempatan? Wonwoo masih belum tahu jawabannya.

"Tenang aja. Dia cuma emosi. Bentar lagi dia juga baik-baik aja. Dia itu cinta banget sama kamu. Satu-satunya cara biar bisa balik ke kamu. Ya cuma damai sama masa lalu."

"Udah berapa kali sih aku bilang. Hana itu udah kecewa. Mama nggak usah bilang yang cuma nenangin deh."

"Akhh Mah!" Teriak Wonwoo, bagaimana tidak berteriak ketika lukanya malah di tekan? Jieun menatap tajam Wonwoo.

Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang