31-hal paling berbahaya

445 48 2
                                    

Dibalik kaca mata hitamnya. Jennie memperhatikan Hana dan Wonwoo yang tengah berseteru tersebut. Dari jarak jauh Jennie bisa melihat pertengkaran keduanya. Ini berarti rencananya berhasil. Mereka pasti akan berakhir dengan berpisah.

Maka setelah ini urusannya selesai.

"Kalau aku nggak bisa goyahhin hati kamu. Seenggaknya kalian punya hubungan buruk," gumam Jennie. Perempuan itu langsung menaikkan kaca mobilnya dan mengemudikannya untuk menjauh dari rumah Hana.

Masih ada satu hal yang harus ia lakukan untuk membuat semuanya benar-benar berakhir untuknya.

❤❤❤

Mendapat usiran Hana, terpaksa Wonwoo harus pergi dari rumah kekasihnya tersebut. Mau gadis itu mengatakan bahwa mereka putus, tapi bagi Wonwoo jika salah satu pihak belum menyetujui. Maka ini belum bisa diputuskan sebagai berpisah. Hana masih kekasihnya.

Wonwoo masih belum paham atas sikap Hana barusan. Jujur Wonwoo begitu pusing menghadapi tingkah anak remaja yang selalu kode-kodean seperti ini. Saking tidak fokusnya, Wonwoo sejak tadi diklaksonni dari arah belakang tanpa henti. Tapi tiba-tiba sesuatu terlintas dibenaknya.

Wonwoo menghentikan mobilnya tepat saat lampu masih menyala hijau. Menimbulkan nyaring suara klakson yang sama sekali Wonwoo abaikan. Daripada peduli akan amarah orang lain. Otak Wonwoo hanya menjurus pada satu orang.

"Aishh!" Wonwoo langsung menjalankan mobilnya dan memutar, balik arah untuk kembali ke rumah Hana. Ia sangat mengkhawatirakan sesuatu yang mengerikan. Sesuatu yang menjadi ketakutan Wonwoo selama ini.

"Jangan bilang Hana udah tau semuanya.......tentang aku yang anak dari dalang sengsaranya hidupnya dulu," Wonwoo memandang jalanan dengan gugup. Ia panik dan juga takut.

Apakah setelah ini ia tidak bisa melihat senyuman manis dan gombalan lagi dari Hana? Karena Hana meninggalkannya?

Wonwoo gemetar hanya karena membayangkan.

Lebih dari itu. Wonwoo takut kehilangan.

❤❤❤

"HANA BUKA GERBANGNYA. DENGERIN PENJELASANKU."

"AKU TAHU KAMU SAKIT HATI TAPI AKU PUNYA ALASAN."

"PLIS KITA BICARA BAIK-BAIK YA. KAMU KELUAR DULU."

Sunyi. Tenang. Dan hanya suara deras air hujan yang terdengar disore menjelang malam ini. Dengan menggigil Wonwoo masih belum menyerah untuk mendapatkan waktu sesaat untuk berbicara dengan Hana. Tapi nihil.

Gadis itu sama sekali tidak ada tanda-tanda akan keluar. Bahkan sejak dua jam lalu sebelum hujan ini datang.

Tubuh Wonwoo lemas seketika. Laki-laki itu bahkan berlutut dan memandang jendela kamar Hana lekat. Siapa tahu Hana sedikit peduli padanya minimal menengoknya.

Namun tidak sama sekali. Wonwoo benar-benar diabaikan. Ya. Dirinya memang pantas mendapatkan semua ini. Memang seharusnya anak menanggung dosa orang tuanya. Walau sebenarnya bukan maksud Wonwoo untuk menutupinya. Tapi kenapa melihat Hana yang marah seperti ini membuatnya merasa tidak adil?

Kenapa disaat seperti ini ia merasa Hana.......tidak mengerti dirinya. Astaga. Wonwoo sama sekali tidak ingin berprasangka apapun pada Hana. Wonwoo harus menanamkan dalam pikirannya bahwa semua masalah ini berdasar padanya. Tidak ada urusan dan sangkut pautnya dengan Hana.

Wonwoo menangis. Menunduk dan juga memeluk lututnya. Membiarkan tubuhnya basah kuyup. Pria itu sama sekali tidak tertarik dengan kesehatannya. Yang ia inginkan hanya Hana. Hanya gadis itu yang membuat dirinya berselera akan hidup. Wonwoo sama sekali tidak bisa membayangkan jika ia harus berpisah dengan Hana.

Tangisan Wonwoo pun terhenti ketika sebuah payung membuatnya tidak kehujanan. Ia berharap itu adalah Hana. Tapi terasa ditampar kenyataan, ternyata pelakunya adalah kakak laki-laki dari Hana.

"Hana masih shock. Dia butuh waktu buat menyesuaikan fakta ini semua," Wonwoo perlahan bangkit dan berdiri tegak.

"Tolong buat Hana keluar nemuin aku. Aku bener-bener butuh ngobrol sama dia."

"GUE BILANG DIA MASIH SHOCK. PAHAM NGGAK?!" Bentak Yohan seraya mencengkram kemeja Wonwoo yang basah. Membuat payung yang melindunginya jatuh. Kini keduanya benar-benar kehujanan.

"JANGAN BENTAK SAYA!" Wonwoo mendorong tubuh Yohan hingga siempunya hampir terjatuh. Yohan mendecih.

"Anda lebih tua tapi sama sekali tidak dewasa Bapak Jeon Wonwoo terhormat."

"Apakah Bapak sadar kalau sikap baik Bapak selama ini membuat Hana semakin kecewa?"

"Bapak pernah bayangin nggak kalau Bapak yang dibohongin?"

"Kalau Bapak benar anak dari Jeon Juho. Bapak pasti bisa memperkirakan semenderita apa keluarga saya karena keluarga Bapak!"

Wonwoo semula begitu emosi dan marah. Tapi diserang dengan fakta sedetail itu. Dirinya sama sekali tidak bisa apa-apa. Apakah benar bahwa ia salah dalam ambil tindakan?

"Siapapun tidak ingin dirinya dibohongi."

Yohan pun mendekat lalu menepuk bahu Wonwoo pelan. Membuat Wonwoo mengangkat kepalanya.

"Bapak mending pulang. Nggak ada gunanya Bapak disini. Hana itu keras kepala dan Bapak tahu itu. Jadi biarin dia tenang dan baru kalian bisa obrolin baik-baik enaknya gimana."

"Bukan bermaksud menasehati terlebih saya yang berumur lebih muda dari Bapak. Tapi saya sedang bersikap sebagai seorang kakak yang berusaha melindungi perasaan adik perempuannya."

Wonwoo benar-benar malu. Dirinya begitu pengecut sejak awal. Dan kini ia juga gegabah dalam bertindak. Kenapa diusia yang hampir kepala tiga ini dia masih begitu kekanak-kanakan dalam menghadapi masalah?

Kenapa pria berusia 27 tahun ini kalah dengan gadis 17 tahun?

❤❤❤

Wonwoo bukannya pulang justru malah menyambangi rumah Jennie. Sepertinya Wonwoo kalut sekalut-kalutnya. Yang biasanya ia meredam emosi lalu mengintropeksi diri. Kini justru tengah berusaha berlari mengejar seseorang untuk disalahkan.

"Sialan!" Umpat Wonwoo disepanjang lorong apart milik Jennie. Untuk pertama kalinya ia seemosi ini dengan Jennie. Tidak ada siapapun lagi yang setega ini dengannya selain perempuan egois itu.

Wonwoo kesal setengah mati saat pintu apart Jennie tidak segera dibuka. Terpaksa Wonwoo mendobrak pintunya dan betapa terkejutnya ia melihat ruangan yang ia masuki sudah kosong. Semua barang-barang perempuan itu tidak ada.

"Dia kabur?!" Wonwoo mengerang kesal. Dengan tubuh yang masih basah karena hujan, Wonwoo kembali terduduk dilantai dan menangis lagi.

Wonwoo benar-benar merasa sangat hancur. Dihari yang sama ia kehilangan kepercayaan Hana dan juga kehilangan sahabatnya, Jennie. Tersangka utama terkuaknya masalah kini melarikan diri meninggalkan masalah besar dan itu harus Wonwoo tanggung sendiri.

Wonwoo tidak tahu lagi harus bersikap seperti apa. Semuanya berjalan begitu saja dan tanpa terkontrol.

Benar kata orang. Bahwa orang yang paling berbahaya itu adalah orang terdekat. Wonwoo sudah membuktikannya hari ini.

Tbc

Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang