25-putri kecil

478 51 0
                                    

"Yaampun seneng banget bang bisa bawa Yerim pulang."

"Pokoknya Yerim hari ini harus mau pulang."

"Abang sama Ayah udah janji loh sama Hana. Awas ya!"

Yohan terkekeh pelan lalu mengacak gemas rambut adiknya ini. Senang rasanya melihat Hana sebahagia ini. Yoojung yang ada dibelakang kedua anaknya itu hanya bisa tersenyum simpul. Disamping ia gugup akan menemui putri kecilnya, dia juga khawatirkan akan sesuatu.

Yohan melirik Ayahnya yang terlihat melamun. Otak Yoojung hanya penuh dengan percakapannya malam tadi dengan putra satu-satunya itu. Putra yang tengah memandangnya bingung.

"Ayah nggakpapa? Apa mau besok aja?" Hana menghentikan langkahnya. Rumah dari teman Yerim hanya tinggal beberapa pintu saja dari lantai ini. Tapi sepertinya Ayahnya itu begitu....gugup? Entah. Hana tidak tahu.

"Kalau Ayah emang belum siap. Jangan dipaksa," ucap Yohan lagi. Yoojung tersenyum samar lalu menggeleng. Selanjutnya ia melewati Hana dan Yohan disana.

"Ayah....kenapa? Kayaknya kemarin baik-baik aja," gumam Hana. Yohan menatap punggung Ayahnya itu. Apakah ucapannya semalam meganggu pikiran pria itu?

Hana menoleh kearah Yohan yang sejak tadi tidak memberinya jawaban. Hana senggol lengan Yohan hingga siempunya menoleh.

"Abang ngomong aneh-aneh ya sama Ayah?"

"Nggak!" Yohan berdecak pelan. Pria itu langsung saja merangkul bahu Hana untuk berjalan menuju rumah teman Yerim yang katanya ada di unit apartemen ini.

"Bangg ihhh pelan-pelan!" Kesal Hana yang main diseret begitu saja. Ia kan sulit jalannya. Yohan terkikik geli dengan tangan yang masih merangkul bahu Hana.

Adiknya ini memang lelet.

❤❤❤

"Aku udah tau semuanya. Tentang kamu yang akan mengatakan sesuatu pada Hana. Kerjasamamu dengan Papa dan bahkan tentang kamu yang suka aku. Kenapa......kamu nggak pernah bilang apapun?"

Jennie menunduk. Ia takut sebenarnya dihadapan Wonwoo seperti ini, ditambah ia yang sudah digep. Pasti Wonwoo tahu dari Mamanya. Salahkan dirinya yang justru datang ke tempat Ahn Jieun.

Kini Jennie hanya bisa bungkam dan tidak mampu berkata apapun. Ditambah kemarin ia gagal menemui Hana untuk membongkar semuanya. Tapi jika ia sudah gagal tentang itu dan kini ia sudah ketahuan. Bukankah riwayatnya sudah selesai?

"Jawab aku Jen."

Tegas Wonwoo. Perlahan Jennie mengangguk, perempuan itu memejamkan matanya kuat. Ia takut akan respon yang akan diberikan Wonwoo didepannya. Ditambah ia bisa mendengar helaan nafas kasar dari Wonwoo. Bisa dibilang jika ia cukup keterlaluan.

Detik kemudian Jennie dibuat terkejut oleh tepukkan pelan dikepalanya. Jennie membuka matanya dan menemukan senyuman Wonwoo menghiasi wajah tampannya. Tunggu. Bukankah harusnya pria itu marah?

"Suka sama orang itu nggak salah. Tapi cara buat dapat perhatiannya itu juga harus pake cara yang bener."

"Jenn..."

"Ya?"

"Maaf. Tapi aku sukanya Hana. Kamu tau itu kan? Jadi....kamu bisa suka orang lain kalau kamu udah capek."

Daripada meminta orang lain untuk berhenti menyukainya. Wonwoo lebih memilih untuk memintanya berpaling jika bosan. Karena ia tahu. Menyukai bukanlah sebuah dosa yang harus ia larang perlakuannya. Jennie menyukainya, berarti itu masalahnya. Ia tidak berhak sama sekali untuk memintanya berhenti.

Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang