35-delapan belas tahunku?

483 45 3
                                    

Eighteen doraoji anheul i sunganeul neoui neoege

All in all in

Eighteen jigeum i sigani

This might be my everything everything everything

Oohhhhh....yeh yeh yeh....ohhh....gi gi now🎶

"Oohhhhh....yeh yeh yeh.... This my be my everything my- ANJIRRR!!" Hansol terlonjak kaget. Tiba-tiba ia melihat ada orang yang duduk di ayunan sendirian. Hansol tidak menyadarinya karena sejak tadi ia fokus bernyanyi sambil memutar-mutar badan. Ditambah lagu tersebut sedang dinyanyikan oleh Vernon, rapper kesukaannya. Maaf saja ia jadi lupa sekitar.

Hansol perlahan mendekat, ia sepertinya mengenalnya, ternyata dugaannya benar.

"Hana?" Hana diam, sedangkan Hansol melihat sekitar. Tidak ada orang lain disini. Hansol pun duduk di ayunan sebelah Hana. Ayunan ini ada dua buah. Perempuan itu masih belum menoleh tapi Hansol yakin Hana tahu keberadaannya.

"Kenapa lu?"

Setelah diam beberapa detik, Hansol mendengar Hana mendesah pelan, mata Hana kemudian beralih pada pria disampingnya. Tatapan yang datar.

"Nggak nyangka. Orang sediem lu, se reseh lu, kalo nggak ada orang joget kayak orang gila." Hansol mendelik, apa ia baru saja dikritik?

"Ya  ngape kalo gue joget? Masalah?" Tanya Hansol nyolot. Intinya mereka jika bertemu tidak afdol jika belum ngegas.

"Ya aneh lah bego!"

Hansol mengayunkan tubuhnya maju mundur dengan mulut yang masih menjawabi Hana. "Gini-gini gue dulu hampir trainee idol. SBS, KBS sama MBC aja sampe rebutan."

Hana tertawa remeh. Ia sangat tahu Hansol itu hanya bohong. Mana mungkin stasiun televisi memproduksi idol. Tapi tidak tahu juga jika sekarang benar ada? Hana bukan penikmat pria atau wanita menari itu. Mungkin yang dikatakan Hansol tidak 100% salah.

Hansol malu sebenarnya mengatakan hal itu, tapi lumayan. Itu bisa membuat Hana tersenyum. Walau dalam artian meledek dirinya.

"Tumben nggak reseh sama gue." Celetuk Hana. Hansol menimang dagu, benar juga. Hubungannya dan Hana itu memang seperti Tom & Jerry. Saling benci dan kalau bertemu selalu berkelahi. Tapi sepertinya saat ini Hansol tidak bisa melakukannya.

Hansol cukup waras untuk tidak mengajak ribut orang yang bermasalah.

"Lo kayaknya lagi punya masalah. Kayaknya gua kurang ajar kalo nambahhin. Gue yakin masalah lo ini aja lo nggak sanggup."

"Anjrit bener." Kekeh Hana. Hansol tersenyum. Rasanya seperti mimpi bisa berbincang dengan Hana bukan karena perkelahian. Sebenarnya Hansol berkelahi pun bukan karena ia benci tapi Hansol tidak percaya diri. Ia menyukai Hana. Tapi ia tidak bisa mengatakannya.

Ia tidak bisa bersikap manis saat jatuh cinta, ia hanya bisa menyebalkan saat berhadapan dengan Hana. Entah kenapa ia selalu memancing emosi Hana. Mungkin selamanya Hana tidak akan tahu ia menyukainya. Karena memang Hansol pengecut. Image dirinya dimata Hana sudah buruk. Jadi Hansol tidak mau berharap banyak.

Hansol lebih suka melihat Hana memukulnya, memakinya, bahkan menatap tajam kearahnya daripada melihat wajah murung Hana seperti ini. Karena Hansol bingung menyikapinya seperti apa.

"Lo pernah nggak ngerasa dikhianati?" Hansol menoleh, berduaan seperti ini kadang membuat Hansol lupa jika Hana punya kekasih. Walau ia tidak tahu siapa pria itu. Tapi Hansol bisa menebak jika Hana punya masalah dengannya.

"Berantem sama pacar lo?"

"Ya gitu deh...." Hana mendesah panjang.

"Belum pernah sih. Tapi sering liat orang dikhianati dan gue juga pernah punya temen yang mengkhianati orang lain juga. Punya pengalaman lah."

Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang