"W-woo pelan-pelan yaampun."
"Kenapa? Sakit?" Tanya Wonwoo panik. Hana menggeleng kemudian mendorong tubuh Wonwoo menjauh. Tapi pria itu tidak juga bergerak dari tempatnya, justru semakin menindihnya.
"Ya!" Hana heran kenapa rumah sebesar ini tidak ada orang. Ia kan hari kesulitan meminta pertolongan.
"Ini pada kemana sih sepi banget?" Tanya Hana sedikit tertahan. Lehernya benar-benar geli dari tadi dikecup Wonwoo berulanh kali. Ditambah pria itu yang ada diatasnya. Demi apapun, ini berat. Pria ini benar-benar tidak tahu diri.
"Hehh udah!" Muak Hana kembali mendorong Wonwoo.
"Diem bentar."
"Aku belum siap, Woo. Kalo kamu maksa sih terserah, aku tinggal lapor atas tindakan pemerkosaan."
Wonwoo mendengus, ia kemudian bangkit dan memakai kaosnya lagi. Hana terkejut ditempat melihat Wonwoo yang tiba-tiba ngambek. Pria itu bahkan keluar kamar tanpa mengucapkan apapun.
"Apa sepengen itu ya dia wik wik sama gua?" Gumam Hana.
"WOO!!" Hana cepat-cepat keluar dan menyusul Wonwoo diruang tengah. Masa baru baikan ia harus marahhan lagi. Pria itu sedang menonton TV. Perlahan Hana duduk disebelah Wonwoo.
"Kok marah?"
"Nggak."
"Itu marah Woo."
"Nggak Hana."
"Yaa maaf."
"Nggakpapa."
Hana menghela. "Kamu kayak gini cuma karena aku nggak mau ngangkang didepan kamu? Sebenernya kamu tulus nggak sih sama aku?"
Wonwoo sontak menoleh. Ia merasa tidak setuju dengan pertanyaan itu. Hana sudah jelas tahu setulus apa perasaannya padanya. Kenapa gadis itu meragukannya?
"Kamu nggak percaya aku?"
"Ya nggak lah. Kalo tulus kamu nggak bakal maksa aku kayak gitu."
"Itu nggak ada hubungannya Hana."
Hana muak sekali. Ia berdebat hebat hanya karena ini. Sekuat tenaga ia menahan Wonwoo yang sudah sejak tadi turn on. Sebenarnya sedikit salut karena Wonwoo tidak melanjutkan walaupun ia bisa memaksa. Tapi ya tetap saja. Perlakuan pria itu sedikit keterlaluan.
Wonwoo terkejut melihat Hana yang tiba-tiba menangis. Bukan ini maksud ka mengajak Hana ketempatnya. Hatinya tiba-tiba sakit.
"Naa." Wonwoo bangkit. Kemudian meraih tubuh Hana kedalam pelukannya. Ya ia keterlaluan karena tidak seharusnya ia meminta hal seperti itu pada gadis kesayangannya.
Sejujurnya ia melakukannya karena ingin mengikat Hana. Tidak ada yang boleh menyentuh Hana selain dia.
"Maaf."
"Kamu tuh ngeselin. Mau kamu apa sih? Baru juga tadi sore kita baikan. Baru tadi kamu nyium aku penuh kasih sayang. Tiba-tiba kamu nafsu. Tau nggak gimana rasanya jadi perempuan yang digituan? Merasa jadi wanita murahan tau nggak. Aku berasa cewek gampangan."
"Aku cuma nggak mau kamu pergi. Oke kalau kamu nggak mau. Aku nggak bakal maksa. Hem? Tapi kamu janji nggak bakal ninggalin aku lagi oke. Sekarang jangan nangis lagi. Aku sayang banget sama kamu."
"Ngikat aku nggak harus pake hamilin, Woo." Lirih Hana. Hana menatap mata Wonwoo dalam. Air matanya masih menetes.
"Kamu sendiri yang bilang. Aku masih remaja. Kamu harusnya nyeimbangin aku. Bukan sebaliknya. Kamu pernah diumurku, tapi aku belum pernah diumurmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfiction[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...