Jantung Hana rasanya sangat berdebar sejak mendengar dari temannya bahwa dirinya dipanggil diruang guru oleh Wonwoo. Sepertinya usahanya selama ini tidak sia-sia. Aww.
"Udah kalik. Mukanya nggak usah sebahagia itu. Pak Wonwoo tuh mau hukum lo bukan mau terima cinta lo," ucap Xiao salah satu teman dekat Hana yang lain. Hana menoleh kearah Xiao dengan masih memasang wajah bahagia dan tangannya yang seolah menahan jantungnya agar tidak jatuh.
"Nggak. Gue yakin, Pak Wonwoo lama-lama suka gue. Serius. Gue jamin," ucap Hana dengan percaya diri. Temannya yang lain -Haerim dan Gahyeon- hanya bisa geleng-geleng kepala melihat temannya ini terlampau bucin pada salah satu guru pengajarnya.
"Kalian juga. Kayaknya nggak pernah dukung gue buat sama Pak Wonwoo," dengus Hana sambil membuka makanan ringannya dengan penuh emosi.
"Bukannya kita nggak dukung, kita cuma gimana ya...nggak mau lo tuh bakal jatuh dan kecewa pada akhirnya. Generasi kalian itu beda, and your thinking is different too," ucap Haerim. Hana mendengus.
"Halahhh. Bilang aja nggak setuju. Pake bahasa halus segala," cerca Hana. "Gue ingettin ya sama kalian, gue nggak bakal nyerah sebelum gue dapettin apa yang gue mau. Dan gue bakal buktiin sama kalian, kalo cinta bisa buat orang lupain umur, status, atau bahkan dirinya sendiri!" lanjut Hana lalu meminum esnya dengan cepat, gadis itu buru-buru bangkit guna segera menemui Wonwoo. Siapa tau pria matang itu berniat langsung menjadikannya istri? Yakan?
"Good luck my baby Hana!" Teriak Xiao yang sukses membuat Haerim dan Gahyeon murka dengan menampar lengan gadis China itu kesal.
"Apa sihh," kesal Xiao seraya mengusap kedua lengannya yang di tampar bersama itu.
"Ya lo tuh berasa dukung dia banget," jawab Gahyeon. Terdengar helaan nafas dari Xiao.
"Tau nggak sih? Gue rasa, ini waktunya kita dukung Hana deh. Karena...gue liat dia bener-bener suka sama Pak Wonwoo. Heuh, walau bakal berat dan bahkan nggak mungkin. Bukannya lebih baik kita dukung mereka? Sampai si Hana capek sendiri," ucapan Xiao sukses membuat Haerim dan Gahyeon menghentikan makannya.
Haerim meletakkan sendoknya. "Gue rasa Xiao bener. Walau diakhir mereka nggak bersama, setidaknya selama proses berlangsung. Hana tau kalo kita dukung dia," jawab Haerim. Gahyeon terdiam. Rasanya ia masih belum terima jika temannya itu bucin pada orang yang bahkan lebih tua satu dekade lebih itu. Tidak cocok.
"Hehh. Ngelamun. Gimana?" Tanya Haerim menyenggol Gahyeon. Gahyeon tersenyum canggung.
"E..gue ngikut aja deh. Asal baik buat Hana."
"Ahhh kita emang harus dukung satu sama lain," Xiao memeluk kedua temannya ini dikanan kiri. Lagi-lagi hanya Gahyeon yang masih ragu. Karena sebenarnya, ia takut jika Hana benar-benar bisa membuat Pak Wonwoo jatuh hati.
Bukan, jika kalian pikir dirinya naksir Pak Wonwoo. Tidak. Gahyeon hanya khawatir akan....sesuatu.
❤❤❤
Dengan berdebar Hana mempersiapkan diri untuk bertemu pujaan hatinya. Tangannya terulur setelah mengatur nafasnya.
Tok tok tok
"Masuk," suara Wonwoo melegakan hati Hana. Dengan semangat Hana membuka pintu dan masuk.
Diujung meja ada Wonwoo yang sibuk mengerjakan sesuatu. Mata Hana melihat sekeliling, sepi.
"Duduk. Saya mau bicara," suara itu sukses membuat perhatian Hana teralihkan. Hana tersenyum dan mengangguk.
"Emm. Kenapa Bapak panggil saya? Ahh Pak Wonwoo udah pertimbangin perasaan Bapak ya? Jadi seneng," ucap Hana dengan percaya diri. Wonwoo hanya tersenyum tipis. Tidak habis pikir dengan sikap blak-blak an muridnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfiction[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...