"Lo kenapa lagi sih Na?"-Xiao.
"Ada yang ganggu pikiran lo?"-Haerim.
"Apa Yerim ngapa-ngapain lo?"-Gahyeon. Hana mengacuhkan berbagai pertanyaan yang keluar dari mulut teman-temannya itu. Otaknya hanya berkelana menuju kejadian semalam. Saat ia mendatangi Yerim disebuah toko roti.
Dia begitu merindukan adiknya yang sudah lama meninggalkan rumah. Hana bahkan sudah membujuk kakak bahkan Ayahnya untuk meminta Yerim kembali. Tapi keduanya tidak mau dan membiarkan Yerim keluar dari rumah.
Hei adiknya itu masih SMP. Bukankah mereka terlalu tega? Apa mereka tidak mengerti perasaan Yerim?
Maka semalam ia nekat meminta Yerim kembali. Jelas ia ditolak mentah-mentah. Bahkan ia dikatai sok peduli dan sok baik. Apakah ia salah mengkhawatirkan adiknya sendiri?
"Lo tuh kenapa sih baik banget sama dia? Dia udah jahatin lo Na. Kenapa sih?" Kesal Haerim. Hana menoleh kearah Haerim.
"Iya ih. Harusnya lo balik marah kek sama dia atau paling nggak lo nggak peduli aja deh sama idup dia. Ayah sama kakak lo aja udah nyerah. Ngapain lo harus ribet?" Timpal Xiao.
"Bisa diem nggak sih kalian?!"
"Hana-ya. Kita nggak-"
"Kalian bisa ngomong gitu karena kalian nggak diposisi gue! Sejahat apapun dia sama gue, dia adik gue gaes," ucapan Gahyeon terpotong seketika oleh Hana.
"Tapi dia juga nyelakain lo Na! Mau sampe kapan lo diem? Sampe lo jadi penghuni rumah duka?!" Balas Xiao lebih emosi. "Kita gini karena kita peduli. Lo nggak pantes di gituin sama orang lain," lanjut Xiao.
"Gue tau gue bodoh karena masih peduli sama dia. Tapi kalian tau kenapa gue tetep ngelakuin hal bodoh itu?" Ketiganya diam. "Karena gue tau ada sesuatu yang buat dia ngelakuin hal itu. Nggak akan ada asap kalo nggak ada api. Yerim itu aslinya baik kalo masalah itu nggak ada."
"Masalah apa? Lo tau apa masalahnya? Masalah apa yang bahkan sampe Ayah lo benci anaknya sendiri?!" Sungut Xiao.
"Udah Xiao. Jangan tambah emosi lagi. Hana lagi sedih ini," tahan Gahyeon.
Hana menghembuskan nafasnya kasar lalu memijat kepalanya pusing.
"Itu maksud gue," ketiganya pun memandang Hana bersamaan. Gadis itu benar-benar terlihat frustasi.
"Pasti ada sesuatu dibalik ini semua, yang jelas itu berkaitan dengan Ayah gue. Dan gue pengen minta bantuan kalian semua," ketiga temannya itu pun bingung.
"Bantuan apa?" Tanya Xiao.
"Bantu gue nemuin masalah itu dan buat hubungan gue sama Yerim baik lagi."
"Oke. Kita temen lo, kita pasti bantu," jawab Xiao. "Maaf tadi gue bentak lo."
"Nggakpapa. Gue tau lo peduli. Makasih ya China!"
Gahyeon tersenyum simpul dan hanya bisa berdoa semoga semuanya terungkap dengan baik. Tanpa ada seorang pun yang merasa kehilangan.
Gahyeon merasa jahat dan sedih secara bersamaan. Gadis itu memilih diam saat dirinya tahu segalanya dan membiarkan Hana bingung dan menderita.
Apakah ia masih bisa dikatakan teman?
"Gahyeon-ah!"
"Hem?"
"Mikirin apaan?" Tanya Hana lagi.
"Ah nggak kok. Nggak mikirin apa-apa," padahal aslinya Gahyeon tengah memikirkan rasa bersalahnya.
Apakah persahabatannya akan selamat? Bahkan saat hal terburuk itu terjadi?
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfiction[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...