Cerahnya matahari pagi seolah mengikuti suasana hati seorang gadis cantik dengan rambut sebahu ini. Poninya yang ikut terbelah bebas dan juga senyum manis yang menghiasi wajah remaja berumur 17 tahun ini rasanya hal menyejukkan di pagi hari. Kim Hana.
Berparas cantik nan mempesona selalu melekat dalam dirinya. Juga watak ramah dan humblenya yang ia miliki sukses membuat orang sekitarnya merasa senang dan juga nyaman.
"Eh buset, tumben amat setengah tujuh udah dateng aja," Suara itu sukses membuat Hana membalikkan tubuhnya menghadap temannya yang duduk dibangku belakang.
"Gue kan anak muda calon penerus bangsa. Jadi harus disiplin," terlihat gadis itu alias teman Hana itu merotasi bola matanya malas. Mulai lagi nih orang.
"Bilang aja semangat karena jam pertama. Dasar cabe," sungut gadis itu. Hana tertawa geli dan memberi dua jempol didepan wajah temannya itu. Tepat sekali.
"Gahyeon, Hana. Ngapain sih? Pagi-pagi juga," ucap seseorang yang baru saja duduk disebelah Hana. Haerim, teman sebangku Hana.
"Udah ngerjain PR matematika?" Tanya Haerim, Hana menunjuk dirinya.
"Lo tanya gue?"
"Sama angin! Sama lo lah bambank," Hana terkikik geli. Dia suka jika temannya ngegas.
"Udah dong. Nih," Hana lalu mengeluarkan buku tulis matematikanya dan memberikannya pada Haerim.
"Harus bersyukur gue, lo banyak berubah ke positif akhir-akhir ini,"gumam Haerim pelan. Hana mendengar tapi tidak menjawab, ia lebih memilih membuka ponselnya dan berselancar bebas di dunia maya.
Wifi sekolahnya benar-benar lancar, Hana tidak boleh menyia-nyiakannya. Mengingat Hana adalah tipe orang yang jarang membeli paketan data karena ia lebih suka yang gratisan.
If there are free, why you should pay?
Mendownload drama korea atau film. Lalu menontonnya dirumah, lumayan lah bagi Hana untuk selingan jika ia bosan belajar. Belajar 30 menit, nonton drama satu jam. Enak.
Jika kebanyakan orang lebih menyukai akhir yang bahagia di sebuah cerita, lain dengan Hana. Gadis ini justru lebih menyukai akhir sedih dalam sebuah drama atau film bahkan buku. Kata Hana, itu rasanya lebih berkesan dan memuaskan, mengingat disebuah real life tidak ada yang selebay dan sekebetulan itu.
But who knows?
Saat Hana melirik pintu, senyum Hana merekah seketika. Hana segera memasukkan ponselnya dan mengambil cermin bedak miliknya yang sudah ia lepas dan menyisakan kepala cerminnya saja.
Hana menepuk Haerim dan gadis itu menoleh. "Rim. Gue cantik kan?" Tanya Hana.
"Lo tuh mau belajar, bukannya mau goda om-om buat diporotin," ucap Haerim sambil merapikan mejanya setelah aksi memindahbukukan pekerjaan rumah milik Hana mejanya jadi cukup berantakan.
Hana yang mendengar jawaban Haerim pun hanya mendengus dan melanjutkan memeriksa penampilan dicermin kecil miliknya. Temannya memang tidak solid dengannya.
"Lah kan emang gue mau godain om-om," gumam Hana pelan tapi sudah cukup membuat Haerim menoleh dan mencubit kecil lengan Hana.
"Akhh," pekik Hana pelan. Rasanya sakit. Hana tidak bohong.
"Lo tuh-"
"Selamat pagi anak-anak. Silahkan kumpulkan buku PR didepan. Paling belakang bisa diestafetkan kedepan, buka buku catatan dan kita mulai bahas materi selanjutnya," ucapan Haerim terpotong dengan ucapan orang didepan. Haerim melirik Hana disampingnya. Hana yang merasa dipandang pun hanya tersenyum lebar seolah tidak ada apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfic[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...