12-perdebatan panjang

703 79 3
                                    


Tok tok

"Masuk," setelah mendengar suara itu. Yerim segera mendorong pintu dan masuk keruangan. Di kursi kerja di depan sana, Yerim melihat sesosok pria gagah yang sedang nampak sibuk dengan komputernya seraya memegang lembaran kertas sebagai teman.

Perlahan Yerim menurunkan secangkir kopi kesukaan Ayahnya di meja beliau. Yerim juga duduk di kursi yang membuatnya berhadapan langsung dengan Ayah Kim bersaudara.

Sang Ayah mengangkat wajahnya saat putri kecilnya telah duduk di depannya.

"Kamu perlukan sesuatu?" Tanyanya lembut.

Yerim tersenyum dan menggeleng. "Aku cuma pengen liat Ayah, pengen ngobrol. Bisa, Yah?"

"Kamu tidak lihat Ayah sedang apa? Bukankah kamu keterlaluan mengajak Ayah berbicara saat keadaan seperti ini?" Akhirnya kata-kata penolakan lah yang Yerim dapat. Oke. Jika biasanya ia sudah langsung keluar karena ucapan serupa. Tapi kali ini dirinya ingin lebih berani dan menunjukkan jika dirinya ada. Yerim tidak ingin mati menyesal karena tidak melawan.

"Kenapa? Ya udah. Ayah cari waktu dan temui Yerim abis itu," ucap Yerim yang memberi saran.

Cetak

Bunyi keras dari pulpen Ayahnya sedikit membuat Yerim gemetar. Beliau bahkan melempar tatapan tajam kearahnya. Itu cukup menakutkan. "Tidak ada waktu Yerim. Kamu kembali ke kamar, ini sudah larut," usirnya.

Yerim mengepalkan tangan di pangkuannya kuat-kuat. Demi Tuhan. Ia sudah tidak kuat menahan ini semua.

"Bahkan satu jam lalu Ayah nemenin dia belajar. Dan saat aku kesini, Ayah berubah sibuk. Begitu ya Ayah membagi kesibukan?"

"Dia yang kamu maksud memiliki nama. Bisa kamu lebih sopan? Dia kakak kamu!"

"Buat apa aku sopan? Nggak menguntungkan!"

"Yerim!" Yerim medecih mendrngar bentakan Ayahnya, baginya itu tidak lebih dari sebuah gertakan semata.

"Bentakan Ayah bahkan terdengar merdu sekarang. Aku tuh masih heran, kenapa Ayah begitu membenciku dan hanya mencintai dia dan Yohan. Apa anak 14 tahun ini memiliki kesalahan besar Ayah?" Seketika si kepala keluarga Kim itu tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya itu juga pertanyaan yang sulit untuknya. Karena dririnya juga tidak pernah tahu alasan dirinya melakukan hal ini.

"Kenapa diem? Nggak lucu kan kalo Ayah nggak tau? Kalo aku nggak dapettin alesan khusus kenapa aku dibenci. Ayah nggak usah nyuruh aku berhenti untuk terus ganggu putri kesayangan Ayah!"

"Jangan beraninya kamu menyentuh Hana! Dia kakak kamu!"

"Apa gunanya status jika Ayah hanya memilih dia?" Kesalnya seraya berdiri. "Untuk apa aku ada jika untuk dibuat seperti ini?! KENAPA, YAH?!"

"Yerim. Lebih baik kamu keluar, sebelum Ayah marah sama kamu."

"Justru itu yang Yerim mau. Buat Ayah marah sampe aku ngerasa bener-bener benci Ayah sepenuhnya. Bukankah Ayah terlalu tega sama aku? Aku nggak punya ibu lagi dan sekarang Ayah melatihku untuk tidak punya Ayah?"

Kepala keluarga itu pun membulatkan matanya. Amarah sudah membuncah di dada pria berusia setengah abad itu. Dengan tubuh ringkihnya pria itu berdiri dan langsung menampar putri di depannya.

Plakkk

"Jadi seperti ini hasil Ayah membesarkan kamu?" Geramnya. Yerim diam, air matanya turun deras dengan wajah yang masih menoleh kearah kiri. Sakit. Tapi tidak sebanding dengan rasa sakit membayangkan seorang Ayah yang sangat dipujanya, menamparnya begitu keras dengan tangan pahlawannya.

Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang