Hana dengan riang gembira kembali ke kelas bersama wajah yang bahagia bukan kepalang.
"Oyyy Choi Yuna! Makin cantik aja ihh," ucap Hana sambil menoel pipi gadis berponi itu. Yuna yang mendapat perlakuan tidak senonoh itu hanya sedikit bergidik. Teman kelasnya ini tidak sedang mabuk kan?
"Aduhh rajin banget sihhh bule ganteng iwiiwww. Beneran mau jadi jaksa ya?" lagi-lagi Hana bertingkah dan menghampiri Vernon alias Hansol yang tengah membaca sebuah buku tentang hukum. Yaa akhir-akhir ini pria berdarah Amerika itu sedang kobamnya dengan dunia hukum.
"Lo napa sih ah?! WOY XIAO NIHH SERET TEMEN NGGAK JELAS LO!" teriak Hansol dengan tidak santai. Hana langsung merengut.
"Lohh, lo kok bilang gue nggak jelas sih. Gue kan muji elo ah," Hansol diam tidak menjawab dan lebih memilih kembali membaca. Mengacaukan saja.
Baru saja Hana ingin menendang tulang kering pria itu jika seseorang tidak menariknya lebih dulu.
"Udah ya Hana sayang. Yuk duduk kursi aja oke," Xiao narik tangan Hana pelan sebelum Hana dan Hansol berakhir gelut dan itu akan susah dipisah.
Sebenarnya tidak akan bertengkar yang sampai tonjok-tonjokkan, hanya sebuah adu bacot yang tidak berkesudahan. Dan itu sukses membuat seiisi kelas pusing karena mereka yang tidak mau mengalah satu sama lain.
Karena Hana dan Hansol dulu pernah bertengkar hebat hanya karena Hana yang tidak sengaja mematahkan pulpen milik Hansol. Hansol yang tidak terima dan juga Hana yang bersikeras tidak sengaja melakukannya. Berakhir adu bacot hingga tidak selesai selama dua jam.
Jika bukan guru BK yang melerai, keduanya tidak terpisah.
"Tapi Xiao. Kan gue niat baik, Hansol gitu terus sama gue. Gue salah apa coba," ucap Hana sambil menatap melas kearah Xiao.
"Iya tau. Udah duduk dulu oke. Mending lo cerita ke kita gimana lo sama Pak Wonwoo tadi? Dari pada ngurussin bule itu," Xiao mencoba mengalihkan topik. Wajah Hana kembali sumringah dan cepat-cepat duduk agar bisa segera mendongeng kepada temannya.
Disebrang sana Hansol melirik sekilas wajah Hana yang bersemangat karena guru matematikanya. Namun setelah itu Hansol tidak peduli.
"Pak Wonwoo ternyata mikirin gue dongg.... sumpah gue speechless banget tadi," ucap Hana dengan semangat membara.
Haerim menghentikan tulisannya dan mulai tertarik kearah pembicaraan. "Lah? Masa? Dia bilang apa?"
"Tadi ya dia bilang kalo dia nggak mau gue tersakiti sama dia. Bahkan dia nyuruh gue buat nggak ganggu dia. Yaa kalian tau lah siapa gue, mana pernah gue lakuin perintah orang apa lagi perintah untuk berhenti suka Pak Wonwoo. Ihii."
"Ya terus sisi mana Pak Wonwoo yang mikirin lonya maemun," sergah Gahyeon sambil noyor kepala Hana pelan. Gadis itu dari tadi diam dan muncul karena merasa Hana sedikit tidak masuk akal.
"Berantakan hyeon!" Erang Hana.
"Ya intinya Pak Wonwoo nyuruh gue berhenti karena nggak mau gue kesakiti. Tuhkann baik banget emang calon suami," ucap Hana dengan senangnya.
Mereka bertiga-Haerim Gahyeon dan Xiao-hanya bisa memaklumi. Mereka mengerti sebucin apa Hana pada guru kece itu.
"Eh tapi tunggu-" Hana menahan ketiganya untuk tidak beranjak.
Hana menatap ketiganya satu persatu. "Sejak kapan kalian perhatian dan peduli sama hubungan gue dan Pak Wonwoo?"
"Sejak.....tadi?" Jawab Xiao sambil garuk kepalanya yang tidak gatal. Hana memicingkan matanya, apakah ini benar? Mereka bertiga temannya kan? Mereka tidak kerasukan kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfic[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...