30-butuh tangisan

467 47 4
                                    

Wonwoo melirik jam tangannya, pukul empat. Harusnya Hana sudah pulang sekarang. Tapi sejak tadi Hana sulit dihubungi. Makanya Wonwoo langsung datang kerumah Hana dan bisa ditebak. Wonwoo menunggu.

"Kok nggak diangkat ya?" Gumam Wonwoo pelan dengan masih menempelakan ponsel ditelinganya. Wonwoo pun kembali menelpon nomor Hana. Wonwoo datang hanya berniat untuk memberikan kue dan juga titipannya Heejin karena setelah ini ia ada janji dengan seseorang. Tapi kenapa Hana sulit dihubungi?

Wonwoo reflek meneggakkan punggungnya ketika nada tersambung terdengar.

"Hal-"

"Aku turun. Bentar."

Tut

Wonwoo menjauhkan ponselnya yang sudah terputus panggilannya. Mencoba mencerna kejadian barusan dengan seksama ini berarti gadis itu sejak tadi dirumah tapi kenapa ponselnya tidak diangkat? Wonwoo bingung. Apa ia membuat kesalahan? Tapi apa? Sudah lah. Nanti akan ia bicarakan jika Hana sudah turun.

Berpacaran dengan anak remaja memang sulit saat dirinya sudah dewasa. Karena salah satunya harus mengalah untuk satu lainnya. Entah siapa ya harus menyesuaikan.

Dengan sabar Wonwoo menunggu Hana yang katanya sudah otw menghampirinya. Cukup pegal sebenarnya menunggu Hana sejak tadi yang tidak ada kabar, tapi Wonwoo tidak mungkin pergi begitu saja tanpa menyelesaikan niat awalnya. Kue dan juga masker ditangannya harus bisa sampai di tangan pemiliknya. Dan setelah itu ia bisa pergi.

Traanggg

Suara gerbang terbuka membuat Wonwoo menoleh. Detik kemudian senyuman Wonwoo pun terangkat. Hana dengan masih mengenakan baju trainingnya berjalan kearahnya. Ya tubuh Hana memang tidak goals seperti gadis kebanyakan seumurannya. Tapi tubuhnya juga tidak seburuk itu.

"Hai," Hana diam serta memasang wajah kesal. Seolah Wonwoo sudah melakukan kesalahan besar nan fatal. Dan kini wajah itu seolah sedang mengintai dirinya.

"Kamu kenapa? Nggak sehat?" Wonwoo terkejut ketika tangannya langsung dihempas saat ia ingin menempelkan punggung tangannya ke dahi Hana, Wonwoo jelas bingung dengan perubahan sikap Hana yang tiba-tiba ini. Walau Hana terbilang sangat sering mood swing, tapi Hana tidak pernah kasar padanya. Jadi Wonwoo mencoba memahami.

"Oke mungkin kamu nggak mau diganggu," Wonwoo kembali tersenyum lalu menyodorkan kresek berisi kuenya semalam dan juga masker titipan Heejin. Ingat. Mereka beda massa dan sekarang Wonwoo harus mengerti. "Ini Lemon Cake yang aku buat kemarin. Dan ada maskernya Heejin juga. Semoga bisa ngembaliin mood ka-"

Brakkk

"Pergi dari sini. Kue itu nggak bakal bisa buat moodku membaik. Bahkan kamu sendiri," Wonwoo kembali dibuat terkejut oleh respon Hana yang malah menyambar kreseknya hingga isinya jatuh berceceran. Wonwoo merasa.....tidak dihargai.

"KIM HANA! Kamu apa-apaan sih?! Marah-marah nggak jelas?"

"Kamu bentak aku?"

"Sikap kamu memang pantas buat dibentak," Hana mendecak, meremehkan sikap Wonwoo barusan.

"Jangan bersikap diluar batas Kim Hana," peringat Wonwoo yang kini mulai tersulut emosinya. Ia sedang marah tapi Hana justru menyepelekannya.

"Siapa suruh macarin anak SMA?"

"Kamu yang maksa kalau lupa."

"Oh kamu sekarang nyesel?" Wonwoo mendecak. Berbicara pada betina memang selalu disalah artikan.

"Bukan gitu maksudnya. Han-" Wonwoo meraih tangan Hana dan langsung gadis itu hempas.

"Jangan pegang aku! Dan apa kamu bilang? Nggak jelas?" Jujur saja. Wonwoo merasa emosi sekarang. Tapi ia selalu menekankan bahwa ia tidak boleh membalas Hana. Atau semuanya akan semakin kacau.

Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang