Entah kenapa Wonwoo harus melakukan ini semua. Ia berlari ke mobil juga ngebut dijalan hanya karena sebuah pesan yang beberapa menit lalu masuk diponselnya. Wonwoo mengepalkan tangannya kesal saat melihat orang yang ia khawatirkan justru sedang duduk manis di bangku dekat jembatan bersama dengan kucing kecil berwarna putih yang setia ia elus sejak tadi.
Tunggu sebentar. Apa? Dirinya khawatir? Wonwoo mendengus kasar. Sepertinya ia sudah benar-benar gila. Wonwoo meremat kedua tangannya menyalurkan kekesalannya. Dari pada rasa khawatir ternyata rasa kesalnya lebih mendominasi.
Dengan langkah besarnya, Wonwoo segera menghampiri orang itu dan ingin memarah-marahhinya hingga puas. Enak saja sudah mengganggu waktunya yang berharga.
Orang itu pun nampak kecewa saat kucing yang ia elus pergi begitu saja. Tapi saat ia berdiri dan menemukan Wonwoo didepan matanya. Itu sukses membuatnya kaget dan mundur beberapa langkah karena posisi Wonwoo yang terlalu dekat.
Wonwoo mengeluarkan ponselnya dan segera membuka roomchatnya. "Bisa-bisanya kamu mengirimkan hal seperti ini pada saya?! Kamu kira saya apa bisa kamu permainkan?! Hah?!" Bentak Wonwoo sambil menyodorkan sebuah pesan singkat disana. Orang itu mundur lagi beberapa langkah karena bentakan Wonwoo yang terdengar menyeramkan baginya.
"Kim Hana-ssi?!" Bentak Wonwoo lagi. Gadis bernama Hana itu berjingkat kaget, lagi. Ia memandang Wonwoo dengan rasa gemetarnya. Hana pun melirik ponsel Wonwoo dan membaca pesan disana.
Pak tolong kesini
Saya udah capek idup
Saya tunggu di sungai han ya pak
Saya butuh bapak
Bapak kesini yaaa
Saya pengen liat bapak sebelum saya beneran mau selesaiin hidup saya
Saya tunggu satu jam deh pak buat bapakHana tercekat ditempat. Itu memang pesannya tadi yang memang ia kirim pada Wonwoo. Wonwoo menarik ponselnya dan memasukkannya kedalam jaket dengan cepat.
Pria itu menghela nafas kasar sembari memandang kearah lain. Ia bisa saja menonjok wajah Hana jika ia memaksa menatap Hana sekarang.
"Bapak khawatir ya sama aku?" Tanya Hana dengan senyumannya yang mengembang. Jika biasanya orang lebih memilih takut setelah dibentak sekasar itu, Hana lebih memilih tersenyum karena ia menyadari. Bahwa Wonwoo menggunakan kekhawatirannya walau sedikit untuk menyusulnya disini.
Wonwoo sontak menoleh kearah Hana. Bisa-bisanya gadis sinting ini bercanda? "Kamu beneran permainin saya Kim Hana?!"
Hana justru terkekeh. "Bapak khawatir kan aku kenapa-napa?" Tuduhnya lagi.
"Jaga bicara kamu!"
"Halah. Kalo nggak mah, Bapak pasti nggak akan dateng. Jawab pesanki aja Bapak nggak kuat," dengus Hana. Wonwoo memutar bola matanya malas.
"Jangan ge-er kamu. Jika itu bukan kamu pun, saat saya dikirimi seperti itu. Saya juga akan melakukan hal yang sama."
Hana tersenyum, jadi semakin seru jika Wonwoo mulai mengelak seperti ini.
"Aku nggakpapa kalo Bapak mungkin khawatir." Bukannya menjawab, Wonwoo malah memandang kearah salah satu lengan gadis itu yang di perban. Wonwoo mengerutkan dahinya. Gadis didepannya ini sebenarnya kenapa?
Bukannya dirumah tidur agar besok tidak terlambat, gadis itu malah kesini dengan keadaan yang tidak bergitu baik.
Hana menyadari arah mata Wonwoo yang menatap lengannya terus dari tadi. Senyum Hana kembali mengembang. "Ah ini. Saya abis kesiram air panas, melepuh deh. Trus di perban sama abang saya. Saya kasih tau ini kalo mungkin Bapak masih belum berani tanya," cicit Hana dengan malu-malu. Wonwoo menatap kesal kearah Hana. Bisa-bisanya ia hanya mendapat tawa bodoh itu saat dirinya gila-gilaan dijalanan tadi. Hana tidak tahu ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfic[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...