Kkrrriiettt
Hana meringis setelah mendengar pintu ruangan eskul ia dorong. Debu pun langsung menyambutnya, maklum ruangan ini sebenarnya mau direnovasi. Jadi sudah berbulan-bulan tidak dipakai. Dan aneh kan kekasihnya itu mengajaknya kesini?
"Uhuk uhuk. Pak Wonwoo kenapa sih ngajak kesini? Nggak ada romantis-romantisnya sama sekali."
Hachimm hachim
Astaga hidungnya gatal. Mana Wonwoo? Katanya mengajaknya kesini? Jika tidak muncul segera, Hana takut akan pilek dadakan.
"Hana."
Senyum Hana pun merekah mendengar namanya dipanggil. Cepat-cepat Hana merapikan rambut dan juga poninya lalu ia berbalik. Lia dibuat terkejut oleh Wonwoo yang tidak datang sendiri. Maksudnya Wonwoo datang dengan membawa coklat dan juga.....kalung?
"Yaampun!" Hana perlahan melangkah maju. Bisakah ia menarik ucapan bahwa tempat ini tidak romantis? Demi apapun. Ini adalah tempat termanis yang pernah ada. "Ulang tahunku masih lama loh. Masa ud-"
"Apa perlu momen cuma mau buat kamu seneng?"
Ambyar.
Hati Hana sudah berserakan dilantai sekarang. Ahhh kenapa Wonwoo manis sekali? Apa pria itu habis makan sesuatu yang salah?
"Ihhh kamu mahh. Malu nih. Pasangin dong," Wonwoo sedikit terkejut saat Hana meraih coklatnya dan menyerahkan kalung dari kotak padanya. Hana lalu membalik badan dan mengisyaratkan untuk memakaikannya.
Berpacaran dengan anak remaja memang seabsurb ini ya? Kenapa Hana menggemaskan sih? Tingkah remaja benar-benar sulit ditebak.
Wonwoo tersenyum kecil saat tanpa diperintah pun Hana menarik keatas seluruh rambutnya dan menampakkan lehernya yang putih. Wonwoo pernah melihatnya sebelumnya tapi ia masih cukup terkejut dengan itu.
"Pak. Kok diem?" Tanya Hana yang merasa Wonwoo tidak lekas memasangkannya. Maklum, Wonwoo sempat terpesona sesaat.
"Bentar," Wonwoo kembali sadar dan segera mengaitkan kalung tersebut. Hana ingin menjerit rasanya karena mendapat kalung secantik ini dan kini bersarang dilehernya.
Hana membalik badan menatap Wonwoo yang tersenyum itu. Dulu ia sulit sekali loh mendapatkan senyuman setampan itu. Boro-boro senyuman, dapat perhatian saja ia sudah bersyukur.
"Makasih sayang ehe."
"Eh siapa bilang itu gratis."
"Hah? Ini nggak dikasih? Loh kok gitu?! Kamu kan tau aku masih sekolah. Masa kamu suruh aku bay-"
"Sssttt!" Wonwoo segera membekap mulut Hana. Membuat Hana tidak mampu berbicara lagi. Bukannya bagaimana, ia juga takut jika ada seseorang memergokinya disini. "Jangan suka nyimpulin sendiri ah. Bukan pake uang bayarnya."
"Trus?"
"Pake ini," mata Hana membulat sempurna saat tubuh besar gurunya itu mendekat dan bertemulah bibirnya dengan bibir Wonwoo. Hana mengerjap dan ciuman itu perlahan bergerak. Pelan tapi pasti, Wonwoo berusaha mendominasi sekarang.
Akal sehat Hana berbicara jika ini tidak boleh dilanjutkan. Mengingat ini masih dilingkungan sekolah, tapi hati Hana mengharapkan lebih. Hana harus memilih apa? Tubuhnya lemas. Sungguh.
Tidak mendapat respon yang berarti, Wonwoo semakin berani membuat Hana terpojokkan hingga pinggang Hana berhenti di sebuah meja. Dengan posisi Hana yang mendangak dan Wonwoo yang terlalu menunduk. Ini membuat Wonwoo memilih mengangkat tubuh Hana keatas meja. Membuat ciuman ini lebih mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Cakep | Jeon Wonwoo✔
Fanfiction[COMPLETED] Semuanya berawal dari dua perasaan yang amat sangat berbeda. Bagai kutub magnet yang saling membelakangi tapi juga saling tarik menarik. Saya tuh sukanya sama Bapak. Ngerti nggak sih?! Jadi bapak usahain perasaan Bapak buat saya ya! Saya...