-5-

1.2K 162 58
                                    

Imam Untuk Ayana

¤¤•¤¤


"Jadi paman, saya kesini bersama keluarga ingin menyampaikan niat baik saya. Saya ingin melamar Ayana. Saya ingin ta'aruf dengan dia."

Nafas Ayana tercekat begitu Alfin mengucapkan niatnya pada ayahnya.

Ayana meremas jarinya sendiri karena gugup. Sang nenek, Mela dan sahabatnya, Jiji menggenggam tangan dingin Ayana. Ayana memandang dua orang yang duduk mengapitnya bergantian. Mereka sama-sama tersenyum seolah mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Tidak usah khawatir.

Ayana menatap ayahnya yang terdiam sejenak lalu menatap Alfin yang nampak tersenyum pada ayahnya.

Ah iya, Alfin sejak tadi berbicara menggunakan Bahasa Korea. Ayana sempat kaget karena tidak menyangka saja jika dokter tampan itu masih fasih berbahasa Korea. Dia kira sudah lupa dan akan berbicara menggunakan bahasa Inggris saja.

Lalu pandangannya berjalan, melihat ibu Alfin, kakaknya, lalu kakak iparnya juga seorang gadis kecil yang manis, dia keponakan Alfin. Saat berkenalan tadi dia mengenalkan dirinya sebagai Salma.

Ayana menatap kagum pada mereka. Ibu Alfin, kakaknya, dan keponakannya sangat cantik. Kakak iparnya juga tampan. Ayana seperti sedang bermimpi sekarang. Dia merasa kalau dia hanyalah rakyat jelata yang beruntung karena dilamar seorang pangeran.

Pandangannya beralih pada dua orang yang duduk tidak jauh juga darinya. Mendadak kesal saat melihatnya. Adik tirinya itu, Yuri melihat Alfin seolah tidak pernah melihat orang tampan saja.

Mata jelalatan! Juling tau rasa lu! Umpat Ayana dalam hati.

Awalnya Ayana sangat senang karena Yuri tadi sempat dibuat malu oleh Alfin. Saat Yuri mencoba menjaba tangannya, Alfin malah menunduk dan hanya menyatukan dua tangannya di depan dada, membuat adik dan ibu tirinya itu terlihat kecewa dan malu, berbalik dengan Ayana dan Jiji yang sudah cekikikan karena menertawakannya. Tapi sekarang coba bayangkan saja. Adiknya itu masih berani senyum-senyum genit sambil menatap Alfin.

Huh! Untung aja Mas Alfin gak jelalatan matanya.

"Alfin bisa ikut saya sebentar? Kita bicara berdua."

Ayana sontak mengalihkan pandangannya. Matanya membulat, dia menggigit bibir bawahnya.

Kenapa lagi, sih Appa? Batinnya kesal.

Alfin mengangguk. Kedua pria itu lalu meninggalkan ruang tamu dan berjalan keluar rumah guna berbicara empat mata dengan ayah Ayana.

Ayana menghembuskan nafas setelah dua pria itu menghilang dari pandangannya.

"Sans, Ay. Gua yakin Kak Alfin bisa taklukkan appa lo." bisik Jiji.

Ayana mengangguk.

Semoga appa gak bilang macem-macem. Aamiin.

Meninggalkan Ayana dan semua yang ada di ruang tamu, Alfin dan Yunhoo kini tengah duduk di kursi depan. Tepatnya di teras.

"Rokok?"

Alfin tersenyum saat pria yang akan jadi ayah mertuanya itu menawarinya rokok. Dengan sopan Alfin menolaknya.

"Maaf, saya gak merokok paman." katanya.

Pria itu mengangguk.

"Rokok memang tidak sehat, tapi bisa menghilangkan stress."

Alfin tersenyum kecil. Yunhoo memantik korek apinya lalu menyalakan rokok yang sudah menancap di bibirnya. Menyesap lalu menghembuskan asapnya.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang