-15-

1.3K 137 99
                                    

Part 14 terletak setelah Part 15









Rizki yang Tidak Terduga

¤¤•¤¤

Tidak terasa pernikahan Alfin dan Ayana sudah berlalu sebulan. Terbilang cukup baru, jadi jangan heran jika mereka masih terlihat mesra.

Bulan Ramadhan pun sudah tiba. Ayana dengan semangat menjalankan puasa kali ini. Kalau dulu masih sering bolong dan kadang mokel**, tapi sekarang tidak. Sudah malu katanya.

Setiap malam Ayana selalu bangun paling awal. Ayana mencoba istiqamah sholat tahajjud. Tidak lupa dia membangunkan Alfin.

Asal tau saja, Alfin adalah tipikal tidur ngebo. Kalau sudah tidur susah sekali bangunnya. Jadi jangan salah kira jika Alfin itu rajin sholat malam. Nope. Alfin juga manusia biasa. Dia mungkin terlihat sempurna, tapi tetap punya celah. Jarang sekali dia bisa sholat malam. Mungkin hanya beberapa kali dalam sebulan. Tapi sejak menikah dengan Ayana, Alfin mulai rajin melakukannya.

Ya, tentu saja. Kalau bukan Ayana yang membangunkannya dan minta dia jadi imam, Alfin mungkin tidak akan bangun. Lagipula, kapan lagi bisa sholat bersama Ayana? Alfinkan lebih sering sholat di masjid daripada di rumah, sementara Ayana lebih sering sholat di rumah.

"Ayana, masak apa?"

Ayana menoleh pada Hana yang datang dengan senyuman menghampirinya.

"Cuma telur bu, he he... Sama panasin sayur yang buat buka tadi, masih sisa. Mubadzir kalau dibuang."

Hana beroh ria.

"Alfin udah bangun?"

"Itu, di sofa," kata Ayana sambil menunjuk sofa di ruang tengah dengan dagunya. Ya memang dapur dan ruang tengah hanya dipisahkan sebuah sekat yang seperti kaca.

Hana menghembuskan nafas.

"Kamu lanjut siapin, ibu yang bangunin Alfin."

Ayana mengangguk, lalu Hana berjalan ke ruang tengah dan membangunkan Alfin. Ayana hanya terkekeh melihat mereka berdua.

Susah sekali membangunkan Alfin. Untung Hana itu orangnya super sabar. Kalau tidak, mungkin akan ada perang dunia.

Hana kembali bersama Alfin yang memasang wajah bantal mengekor di belakang ibunya. Dia menarik kursi lalu duduk sambil menopang dagunya.

Ayana hanya terkekeh melihat itu lalu memberikan sepiring nasi beserta lauknya di depan Alfin.

"Mas Alfin mending cuci muka dulu atau sikat gigi deh. Biar melek," kata Ayana.

Bak tersihir, Alfin langsung bangkit dan berjalan ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Beberapa puluh detik berselang, Alfin sudah kembali dengan wajah yang lebih segar.

"Nah, kan gitu lebih enak dilihat," kata Hana.

"Emang hari-hari Alfin gak enak dilihat ya? Orang ganteng gini."

Kedua wanita itu hanya terkekeh mendengar pernyataan dari Alfin. Ya, memang dia ganteng sih.

"Udah, udah. Ayo dimakan. Keburu imsak," kata Hana.

Lalu mereka bersama menyantap makanan sahur mereka. Beberapa kali Alfin melirik Ayana yang nampak tidak enak makannya.

Ayans seolah menahan sesuatu. Membuat Alfin mengernyit heran.

"Ay, kamu gak papa?"

Ayana langsung menatap Alfin dan Hana menatap Ayana.

"Hah? Apa? Nggak papa, kok mas. Emang kenapa?" tanya Ayana.

Because of God [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang